EPILOG
Setelah berkuda selama beberapa hari, Bram, Anna, dan Isabel akhirnya berhasil menyusul rombongan pasukan Kingsfort. Dari jauh, Agra yang melihat putrinya kembali, langsung berlari menyambut dan memeluknya erat. Keduanya pun segera larut dalam suasana penuh haru.
"Maaf, telah membuatmu menderita," ujar Agra.
"Ini sama sekali bukan salah Ayah." Isabel menyahut sambil terisak. "Aku sendiri yang memutuskan menerima pinangannya demi menebus kesalahanku."
"Kau benar-benar putriku yang pemberani," sahut Agra lirih.
Semua yang melihat pertemuan ayah dan anak itu pun tersenyum dengan perasaan hangat membuncah di dalam dada.
Setelah cukup lama berpelukan, Agra lalu berjalan mendekati Bram dan Anna. "Terima kasih, telah menyelamatkan putriku," ujarnya sambil menepuk bahu keduanya.
"Sebuah kehormatan karena telah mempercayakan Isabel pada kami," sahut Bram sambil menundukkan kepala.
Agra tersenyum gembira lalu mereka bergabung dengan rombongan yang lain untuk melanjutkan perjalanan pulang. Sementara Bram terus mendampingi Isabel, Andrew membawa Anna kembali ke sisinya. Suasana gembira penuh canda dan tawa segera menyelimuti semua.
Setelah melanjutkan perjalanan selama sehari lagi, mereka akhirnya tiba di ibu kota. Sorak sorai riuh bersamaan dengan bunyi tiupan terompet terdengar meriah menyambut kembalinya sang raja yang telah berhasil meraih kemenangan. Seluruh warga berdiri di sepanjang jalan sambil melambai-lambaikan kain kuning, perlambang kegembiraan.
Sang Ratu juga ikut keluar dari kastel dan menyambut kedatangan mereka. "Aku telah mencarimu ke mana-mana," ujarnya sambil memeluk Isabel penuh haru
"Maaf Ibu, kami terpaksa merahasiakan kepergianku," sahut sang putri.
"Sudahlah, yang penting kalian semua telah kembali," ujar Julia sambil melirik pada Agra yang memilih membuang muka.
Sore itu, ketika semua sedang beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh, Anna bermaksud menemui Alice. Ia pun berjalan menyusuri lorong-lorong kastel dan turun ke penjara bawah tanah.
"Apakah Alice baik-baik saja?" tanyanya pada seorang penjaga di situ.
"Maaf, dia telah dieksekusi atas perintah Yang Mulia Ratu."
Detik itu juga, Anna merasa seluruh tubuhnya gemetar. Tak mau percaya begitu saja, ia segera melesat masuk untuk melihat sendiri. Rupanya benar apa yang dikatakan oleh sang penjaga. Penjara itu kini telah kosong.
Anna terduduk lemas di situ dengan keringat dingin membanjiri tubuh. Air matanya seketika bergulir tak terbendung lagi. Segala yang telah ia korbankan, termasuk hubungannya dengan Peter, tampaknya akan berakhir sia-sia.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro