Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9 - Drunk in the Past

Suasana di Lotus Pier sangatlah sepi. Dibandingkan dulu, sekarang inti rumah hanyalah diisi oleh sang pemimpin sekte saat ini dan keponakannya.

Namun orang kedua tengah tak ada karena pergi ke Gusu bersama rekan seperguruannya untuk berburu malam hingga kembali besok lusa.

Angin malam serta bau teratai yang menerjang penciuman kala itu membuatnya tenang saat menghirup oksigen. Dengan belasan botol arak yang bisa diminum habis untuk sekali ronde hingga selesai, yang bersangkutan berencana untuk menghabiskan malamnya dengan minum-minum hingga teler.

Memang, suatu hal yang jarang dilakukan oleh Ketua Sekte Jiang adalah minum sampai titik penghabisan. Tapi ia lakukan dengan kondisi khusus.

Dengan syarat kondisi kalau ingin minum dan jika waktunya juga tepat.

Jiang Cheng membuka guci botol arak khas yang disukai saudaranya.

Apa lagi kalau tak lain tak bukan adalah Emperor's Smile.

Wei Wuxian yang meninggalkannya di sini, kalau ia kembali untuk berkunjung dan minum-minum.

Tapi sekarang, giliran Jiang Cheng yang meminumnya sampai puas.

Biarkan, nanti juga dia bisa beli lagi. Uang Lan kedua pasti banyak, sebagai pasangan maka pastilah permintaannya dituruti.

Lan Wangji 'kan memang budak cintanya.

Sang pria Yunmeng menuangkan cairan fermentasi tersebut ke dalam gelas sebelum mengangkatnya.

Ia memandang sesaat ke dalam gelas dan mengulurkannya di hadapan—yang dimana hanyalah pemandangan kolam teratai di balik jendela ruangan redup namun hangat tersebut.

Jiang Cheng mempersembahkan gelasnya untuk mendiang kedua orang tua dan kakaknya yang ada di surga sebelum meminumnya dalam satu tegukan.

Rasa asam dan khas alkohol yang menghampiri indera pengecapnya sangat kentara terbaca di wajah Jiang Cheng.

Bagaimana bisa saudara sintingnya itu menjadikan minuman ini sebagai favoritnya?

Kalau dipikir lagi, dari awal remaja pun Wei Wuxian sudah mengkonsumsinya dan lebih kebal daripada Jiang Cheng.

Pikirannya terbayang lagi saat dia, saudaranya, dan Nie kedua diam-diam minum di Cloud Recesses. Mereka menyusupkan arak untuk begadang bersama hingga teler.

Kekehan kecil lolos dari mulutnya, mengingat masa muda mereka yang kacau dan penuh kenakalan.

Sebelum semua tragedi dari klan Wen membantai mereka yang tak bersalah hanya karena tak sependapat. Sungguh disayangkan.

Ia mengisi lagi cangkirnya dan menyesap perlahan, menikmati asam rasanya. Seperti kehidupannya.

Dikhianati oleh saudaranya, ditinggal sang kakak, orang tuanya dibantai, semuanya habis dilalap tak tersisa ketika pembantaian terjadi.

Sektenya luluh lantak.

Bahkan Jiang Cheng harus kabur meski ingin kembali menyelamatkan semuanya.

Tapi waktu tak bisa diubah.

Jiang Cheng membangun sekte seorang diri. Bayangkan, jika dia tak dibantu oleh sekte aliansi dan hubungan relasi, seorang remaja sepertinya harus naik tahta dalam kepemimpinan di saat kondisi keluarganya hancur berantakan?

Perasaan campur aduk yang takkan bisa dideskripsikan dalam kata-kata.

Setelah itu, kehancuran Wen membuatnya lega tapi Wei Wuxian menjadi kultivasi hitam. Itu sangat membuatnya hancur untuk yang kedua kalinya.

Berjanji akan menjadi tangan kanannya saat naik tahta, bersama membangun sekte... Kebohongan manis itu harus ia buang jauh-jauh.

Lalu, pernikahan kakaknya yang tersayang. Meski perjodohan, namun keduanya saling mencintai—dan ia bersyukur akan hal itu. Jiang Yanli sungguh bahagia dan mereka mendapatkan Jin Ling, namun manis itu harus diakhiri dengan kematian keduanya.

Bahkan ia masih ingat senyum terakhir saat Jiang Yanli sekarat di pelukannya.

"Argh..." Diteguknya lagi arak tersebut, bahkan sampai tiga kali dalam tegukan cangkir.

Ia memegang kepalanya, mengingat kejadian selanjutnya.

Semuanya mengincar saudaranya hingga ia mati di tangannya sendiri.

Namun, tiga belas tahun kemudian Wei Wuxian kembali.

Ia ingin sekali membunuhnya tapi Lan Wangji menjaganya dengan protektif. Awalnya ia heran mengapa orang yang dijahili oleh saudara sintingnya itu mau melindunginya.

Bukan karena rasa teman, tapi rasa cinta.

Lalu ia mengerti.

Saudaranya dicintai oleh Lan kedua.

Namun, perjalanan sampai mereka menikah pun memang tidak mulus. Pertentangan orang-orang, dan norma adat istiadat sekte pun sungguh digencar. Naas, kekuatan cinta mereka semakin kuat dan bahkan keduanya tak terpisahkan.

Dalam hati, Jiang Cheng merasa sedikit iri.

Ya, Ketua Sekte Jiang yang memiliki julukan Sandu Sengshou, iri pada saudaranya yang gila, sang Yiling Laozu.

Mengapa? Karena meski berbeda sifat dan dengan gender sama, Wei Wuxian mendapatkan cinta yang kuat dan murni dari seseorang.

Sedangkan Jiang Cheng? Mencari cinta saja harus dengan perjodohan.

Tidak bisakah ia jatuh cinta secara alami dengan seseorang?

Tak adakah yang mau mencintainya dalam kategori romansa?

Tak adakah?

Pertanyaan itu terus terngiang di dalam dirinya.

"Apakah... aku yang terlalu kuat?"

Menjadi kuat dalam menghadapi hidup adalah salah satu hal wajib yang mesti ia lakukan saat ini, walau ia benci mengakui bahwa dirinya sendiri sungguh sangat rapuh dan lemah.

Jauh di dalam lubuk hatinya, Jiang Cheng mengakui hal itu.

Dulu, ia berjanji untuk menjadi seseorang yang kuat dan takkan lemah di hadapan orang lain selain keluarganya.

Dan sekarang ia malah termakan kata-katanya sendiri; untuk menjadi kuat secara individual.

Kuat dalam segala hal dan situasi, hingga mengabaikan nilai sentimental kehidupan yang ada tanpa ampun.

Mengabaikan penderitaannya, nilai akhlak, moral, serta welas asih.

Yang membuatnya terbakar akan api amarah untuk menyingkirkan siapa saja yang menghalangi jalannya dalam membalaskan dendam.

Namun, pada kenyataannya... Semuanya sia-sia.

Mau seberapa jauh ia mencari, jawabannya sudah ada di dekatnya.

Sepertinya Jiang Cheng harus mengambil kelas khusus untuk memperluas pelajaran filosofi kehidupan, agar tidak salah jalan lagi dan menyusahkan semua pihak.

"Nghh..." Selama memikiran semua hal itu, Jiang Cheng telah menghabiskan beberapa botol Emperor's Smile.

Kepalanya sedikit terkantuk dan perlahan, ia menaruh kepalanya di lengannya yang terlipat menjadi sokongan—bantal agar bisa nyaman meletakkan kepalanya yang berat untuk istirahat.

Jiang Cheng membaringkan diri di lantai dengan pose miring. Efek setelah menegak Emperor's Smile yang memang kuat pun mulai memakan energinya.

Pada akhirnya, Ketua Sekte Jiang sudah mulai berpetualang menuju ke alam mimpi.

.
.
.

====================

Hi, guys, I am back. This is the opening of 'Angst Arc' that I'd been planning since the uncle-nephew fight. Let's use the angst materials to the max, cuz I'd love to see you guys cry. :)))

As usual, thank you so much for the views, votes, and leave the comments so I can know whats on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer.

See you guys next time!~ Adios~

regards,

Author

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro