Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

47. Justification

"HAH?! PAMANKU BENAR-BENAR IKUT PERJODOHAN?!"

Teriakan cetar membahana itu menggema sampai ke semak-semak di mana para kelinci tengah bermain.

Saking kagetnya, mereka pergi menjauh selagi Lan Jingyi menggeplak punggung Jin Ling untuk duduk kembali.

"Nggak usah teriak, 'napa! Jangan menakuti kelinci-kelinci!"

"Sialan, minta ditabok ya kau?!"

"Ling-Xiong, sudah sudah!"

Hanya ada helaan nafas Lan Shizui disela peleraian teman-temannya bersama Lang Wangji dan Wei Wuxian

Di lapangan kelinci, sudah ada keempat murid dengan pasangan WangXian yang duduk berdiskusi di salah satu taman Cloud Recesses.

Setelah dari pertemuan di Jingshi, mereka hendak menuju ke lapangan latihan, tapi keempatnya malah menghalangi jalan dan coretmenculikcoret mereka untuk ke lapangan kelinci.

Dan begitulah ceritanya, mengapa mereka bisa sampai bermain-main di tempat penuh bola-bola halus berkeliaran di sekitar.

Sembari tenang dan mereka duduk, Jin Ling memastikan lagi perkataan mereka.

"Benarkah yang kau bilang itu? Jangan mengada-ada!"

"Mana mungkin, lah! Aku bahkan lebih kaget lagi sebelum kau, A-Ling."

"Oh tidak, ini bencana..." Muka Ouyang Zhizhen memucat, menepuk dahinya sendiri.

Sudah kepalang pusing karena perkara ini, Lan Sizhui lanjut bertanya, "Apakah kita harus menemuinya, Senior Wei?"

"Entahlah. Tapi kalau sampai seserius seperti ini, berarti aku harus bicara dengan A-Cheng."

Langsung saja, Lan Wangji memberikan raut tidak bisa dideskripsikan.

"Wei Ying."

Dia melirik balik setengah serius. "Tidak ada cara lain lagi. Dia memang begitu orangnya, dan kita harus menemuinya langsung. Kau tahu bagaimana waktu itu, bukan?"

Pria Gusu itu bungkam setelahnya, dan diisilah keheningan itu dengan pertanyaan Jin Ling yang sedikit penasaran.

"Apakah Paman akan menolak kalian?"

"Bisa jadi. Tapi aku harus mencobanya. Kalau tidak, Cloud Recesses tidak bisa berjalan dengan baik walau ada Lan Zhan."

'Lalu bagaimana dengan Tetua Qiren dan istrinya?'

Lan Sizhui menelan pertanyaan itu selagi Lan Jingyi menatap mereka dari tadi dengan raut curiga serta penasaran.

"Senior, Hanguang-jun. Maaf kalau tidak sopan tapi jika ada rahasia dibalik pertengkaran ini, kami bisa menutup mulut."

Ketiga temannya melirik sang Lan tidak Lan sama sekali berbicara aneh, terutama Jin Ling.

Kenapa bisa bocah ini berbicara handal sekali?

Bahkan kedua pasusu di hadapan mereka pun tertegun akan perkataan yang bisa jadi bocoran investigasi keempatnya.

"Kami hanya ingin tahu demi Cloud Recesses. Kenapa Jiang-Zhongzhu dan Zewu-jun sampai bertengkar hebat? Apakah akan berpengaruh dengan aliansi keduanya, atau ada sesuatu yang terjadi tapi kami, para junior, tidak tahu?"

Walau Lan Jingyi tahu sekarang bukanlah waktu yang tepat membongkar, tapi kesempatan harus dilakukan selagi mantap meminta penjelasan.

Karena ketua sekte adalah pilar terkokoh di sebuah sekte, tidak mungkin tidak mempengaruhi yang di bawahnya.

Setidaknya, ia paham dasar itu.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Senior Wei?"

Mendengar itu, senyuman tipis yang rumit diartikan muncul perlahan.

Wei Wuxian hanya bisa memberikannya jawaban seperti di atas.

"Kalian akan paham saat jadi dewasa dalam bersosialisasi di antar sekte nanti, itu saja yang bisa katakan."

Keempatnya terbungkamkan dengan perkataan sang kultivator hitam selagi angin menyapu sepoi mereka.

Lan Wangji menghela nafas dan menyahut pada keheningan.

"Wei Ying. Senja."

"Oh, iya."

Teringat, Wei Wuxian segera berdiri dan meregangkan badannya. "Aduh, capeknya!~ Lan Zhan, aku lapar!"

"Mn." Lalu pria berjubah putih itu menoleh kepada mereka. "Makan malam sebentar lagi. Kembalilah."

"I-Iya.."

Lan Sizhui mengomando pelan dan mereka semua berdiri, sebelum Wei Wuxian menoleh sambil menggelayut lengan sang suami.

"Ah, yang soal tadi. Tenang saja, lagipula pertengkaran laki-laki takkan berakhir lama seperti perempuan. Jadi jangan khawatir dan fokus belajar saja~ Lan Zhan, ayo!"

Dan begitulah, keempat remaja akhir itu ditinggalkan seperti peserta uji nyali di taman kelinci tersebut oleh pasangan kultivator itu.

"Argh, aku semakin tidak mengerti dengan mereka. Masa bodohlah! Persetan!"

"Lha, Ling-Xiong... tunggu aku! Sizhui-Xiong, Jingyi-Xiong, kami duluan, ya!"

Jin Ling berlalu pergi terlebih dahulu, disusul oleh sang tuan muda Ouyang Baling dan meninggalkan duo Lan remaja tersebut di sana.

Lan Sizhui menoleh ke arah kawannya. "Jingyi. Apa yang telah kau katakan tadi itu..."

"Baiklah, baik! Aku hanya frustasi karena banyak drama di tempat ini! Puas? Kau juga penasaran kenapa sampai begini, bukan?"

"Drama, ya..."

Yah, kalau dipikir pemimpin 'drama' kali ini memang dua ketua sekte yang kebetulan mereka ketahui banyak.

"Kau pasti merasa Senior Wei mengelabui pertanyaanku, bukan?" Lan Jingyi bersekedap tangan, wajah merengut. "Awas saja kalau nanti kita lebih tahu duluan rahasia kenapa Jiang-Zhongzhu dan Zewu-jun bertengkar, nanti aku akan minta traktir sama Hanguang-jun!"

"Kenapa Hanguang-jun?"

"Karena Senior Wei tidak punya uang!"

Remaja itu terkekeh dan menggeleng pelan karena sikap temannya itu.

"Ya sudah, ayo kita kembali."

Walau dirinya juga menyadari ada yang aneh dari konflik aneh dua pemimpin tersebut, rasanya familiar.

'Seperti melihat A-Die dan Xian-gege, aura sekitar mereka berbeda.'

Meski begitu, Lan Sizhui tidak bisa apa-apa untuk mengutarakan pikiran aneh itu keluar selain berjalan bersama kawannya menyusul dua tuan muda tadi untuk kembali ke lorong arah asrama laki-laki.

Disaat yang sama, senja mentereng terpampang lebar di langit sekitar wilayah perairan Yunmeng.

Teratai bertengger melebar demi angin sepoi, mengundang rasa kantuk dan malas karena musim panas akan segera berakhir.

Begitu santai dan waktu terasa berjalan lambat.

Ah, suasananya sangat cocok untuk minum arak sampai larut malam...

"Jiang-Zhongzhu?"

Kepalanya langsung menoleh pada wanita yang tengah menatap di seberang meja bulat.

"Apakah ada masalah? Anda terlihat pucat."

Mereka tengah bercengkerama di salah satu paviliun di di Lotus Pier menghadap pada perairan luas yang menyejukkan di sore hari.

Tersadar dan mengutuk diri agar tetap fokus dari lamunan tak berujung, Jiang Cheng menjawab balik. "Ah, tidak. Bukan hal besar. Silakan, bisa dicicipi dulu biji teratainya."

Dengan anggun, Liu Mingyan memakan satu saja dari mangkuk.

"Bagaimana dengan tidur Anda? Semoga kami tidak membuat Anda tidak nyaman di sini, Nona Liu."

"Sama sekali tidak. Semuanya bisa beristirahat untuk mengisi energi. Latihan juga berjalan denagn lancar, Jiang-Zhongzhu tidak perlu merasa khawatir."

Mendengar itu, Jiang Cheng diam-diam lega dan hanya mengangguk paham sebagai jawaban. Baguslah kalau tidak ada kendala berarti.

Sang bungsu Liu kemudian menoleh ke perairan teratai yang mempesona.

"Jika para shimei-ku ada di sini, mereka pasti akan berenang dan menceburkan diri di sini."

"Nona Liu tidak masalah jika murid Puncak Anda masuk ke wilayah sekte yang banyak lelaki?"

"Sama sekali tidak. Itu tidak jadi masalah karena kami sama kuatnya dengan Puncak Baizhan."

Yang ada malah mereka yang dikeroyok kalau macam-macam.

Jiang Cheng paham maksudnya dan hanya menyeruput teh lagi.

"Tidak dipungkiri, tempat kami sering melahirkan perenang handal juga. Jika mau, nanti bisa didiskusikan untuk pelatihan mental fisik diselingi liburan setelahnya."

"Itu akan lebih baik lagi, saya akan bilang pada Gege untuk mempertimbangkannya dengan ketua Puncak saya."

Lalu keduanya bisu dalam menikmati teh di senja yang mulai jatuh bercampur keunguan.

"Apakah Anda sudah terbiasa di sini dan beradaptasi dengan baik?"

"Masih berusaha keras, tapi saya bisa melakukannya."

"Jika ada sesuatu, bisa beritahu saya langsung atau ke wakil saya kalau tidak ada di kediaman."

Hanya anggukan dari Liu Mingyan dan mengambil satu biji teratai lagi kemudian diam menyapa.

"Hmm... Jiang-Zhongzhu?"

"Hmm?"

"Apakah perjodohan ini benar-benar dibutuhkan, sementara Anda tahu kalau aliansi saja sudah cukup?"

Jiang Cheng hanya bisa bungkam, membiarkan Liu Mingyan menyeruput teh dengan singkirkan cadar sesaat dan melanjutkan pertanyaannya.

"Sejujurnya, saya tidak menyangka kenapa sampai begini. Walau aliansi antara keluarga ini bagus di segala sisi, tapi ini cukup membuat kami bertanya."

'Oh, sudah kuduga.'

Jiang Cheng tahu kalau dirinya tidak terlalu dekat Liu Mingyan, jadi tidak mungkin meminta dirinya di pernikahan hanya karena cinta. Mereka baru mengenal setengah tahun. Itu pun dikenalkan oleh sang kakak.

Jadi tentu wanita itu memilikki hak untuk mengetahui kenapa sampai terjadi seperti ini.

Wanita muda itu menatapnya dengan sopan namun tetap meminta penjelasan.

"Jadi saya pikir ini cukup lancang, tapi sebagai calon tunangan Anda, maka saya ingin tahu kenapa Anda memilih saya. Karena saya tahu Anda tidak punya perasaan kuat pada saya, Jiang-Zhongzhu."

Jiang Cheng hanya memperbaikki sikap duduknya dan menatap balik.

"Tidak apa, saya juga minta maaf karena melibatkan Anda. Tapi saya hanya ingin mengambil keuntungan sebanyak mungkin dari perjanjian aliansi sekaligus mempersunting Anda."

Tentu saja itu sebuah kebohongan.

Ia tidak perduli dibilang bujang lapuk atau tetek bengek, karena ia sudah punya Jin Ling yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri.

Sebenarnya, Jiang Cheng sudah memutuskan untuk tak menyukai seseorang lagi.

Tidak ingin orang-orang tersayangnya menderita lebih jauh karena ketidak beruntungannya setiap menyukai seseorang.

Apalagi jika ia menyukai seorang wanita yang tidak bersalah, begitu tragis jika hidup di dunia.

Lihatlah mendiang Wen Qing. Mereka berbeda sekte tapi menarik perhatiannya, bahkan sampai rela membeli barang untuk menyatakan cinta saking ia tidak bisa mengucapkan kata-kata tanpa pemberian apa pun.

Tapi takdir berkata lain; Wen Qing menolak dengan hormat, sekte Wen menghancurkan dunia kultivasi, peperangan pecah, dan seluruh sekte terbantai termasuk kabar bahwa dia dibunuh di salah satu menara milik sekte Jin yang terbakar.

Jiang Cheng akui, beliau adalah wanita yang baik dan bermoral meski hanya bertemu beberapa kali, bahkan ada pikiran untuk menyelamatkannya sebagai balasan menampung saudara angkatnya. Tapi semuanya terlambat karena insiden pemicu perang dan keadaan akan tirani Wen Ruohan.

Disusul pemicu kematian Jin Zixuan, Jiang Yanli, bahkan semuanya fokus pada peperangan dengan Wei Wuxian, sehingga perhatiannya tidak bisa lagi teralihkan dan fokus menyerang Nightless City.

Dan lihatlah Lan Xichen sekarang.

Mereka dekat karena menjadi ipar, sering bertemu di rapat kultivasi, dan sekarang hubungan kemungkinan romansa ini hancur karena kesalah pahamannya dalam menganggap bahwa mereka lebih dari sekedar rekan.

Sudah tidak ada harapan lagi.

Bagaimana bisa menemukan tempat bersandar dengan mudah, dunia sudah terlalu kejam sampai ia bahkan tak bisa merasakan rasa aman itu sendiri.

Untuk apa sampai mengharapkan sesuatu yang tidak masuk akal, kalau hanya dipermainkan saja dengan perasaan aneh yang menyakitkan?

Jika bisa memilih, ia lebih baik tidak mencinta secara romansa.

Karena sekalinya Jiang Cheng begitu, maka hatinya akan berantakan sehancur-hancurnya.

Dan dirinya tidak mau disakiti lagi.

Untuk kesekian kalinya, inilah yang harus ditekankan.

Senyum tipis tapi datar tidak sampai ke mata terarah pada wanita tersebut.

Jiang Cheng mengucapkannya begitu dengan tenang. "Jadi jangan khawatir. Saya hanya ingin menutup mulut mereka yang mencemooh agar tersumpal dengan baik. Itu saja, jadi mohon kerjasamanya, Nona Liu."

Aku tidak bisa mencinta lagi.

Tidak bisa lagi.

Tidak lagi.

.
.
.

====================

I'm finally back, sori lama banget gaes tapi semoga kalian suka. First of all, selamat lebaran ketupan, moga dapat THR banyak, gaes. Mohon maaf lahir dan batin, tunggu chapter selanjutnya!

Nantikan konfrontasi Lotus brothers, kegalauan Lan Xichen, dan kejutan dari salah satu penonton drama yang dibilang LJY wkwkwkw stay tune!

As usual, thank you so much for the views, votes, and leave the comments so I can know what's on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer.

See you guys next time!~ Adios~
Regards,

Author

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro