38 - Complicated Feelings
Musim berganti sesuai kehendak yang diinginkan alam. Dari musim dingin yang menusuk tulang, berlalu dengan membawa angin sejuk disertai khas bau hutan lembab nan segar, Seperti itulah keadaan yang dialami oleh Jin Ling ketika berada di Cloud Recesses.
Sudah empat tahun lebih ia bersekolah di Gusu dan mendapatkan banyak sekali pelajaran. Kejadian dan kebenaran yang diungkap harus ditampung oleh anak lima belas tahun yang harus mengakui betapa pahitnya dunia.
Tapi ini sudah empat tahun, sekarang ia berusia sembilan belas dan dua tahun lagi ia akan lulus dari Cloud Recesses. Ia takkan bisa bermain dengan kawan-kawannya, berpetualang mencari mayat ganas, dan tidak bisa bertemu dengan mereka lagi karena berbeda sekte.
Terutama Lan Sizhui.
Memikirkan itu, Jin Ling hanya bisa menghela nafas panjang. Sejujurnya, bersama dengan Lan Sizhui cukup mengasyikan. Dia bisa tahu cerita tentang Wei Wuxian, mempelajari ilmu pedang Gusu, dan berbagi rahasia kecil yang mereka saja ketahui seperti menyembunyikan saos cabe saat Wei Wuxian hendak memakai dapur.
Meski begitu, lebih baik juga mereka berempat yang bersama-sama. Ia senang karena mendapatkan teman-teman baik walau bukan dari klan Jin. Dirinya sudah tak perduli dengan anak-anak komplotan Jin Chan. Yang penting ia masih bisa bersama ketiga kawannya itu.
Hari ini hari libur dan seharusnya mulai bersalju, namun tidak untuk sekarang. Dan ia berjalan dari koridor lorong asrama karena harus menghampiri Lan Jingyi yang memintanya untuk datang sendiri. Ke area bertarung Katanya, sih, mau duel percobaan bersama, tapi Jing Ling tahu kalau jika Lan Jingyi memanggil secara pribadi maka tujuannya adalah bukan itu meski kawannya ini anak yang tengil.
Dengan baju jubah tebal berbulu kuning, ia sampai di lapangan yang di mana sudah ada Lan tersebut di sana. Lan Jingyi tengan membuka jubahnya dan menaruh di atas meja sebelum menoleh padanya dengan tatapan tajam.
“Kau datang rupanya, Nona Muda.”
Jin Ling tersenyum miring dengan lebar. “Mana mungkin aku menolak duel denganmu.” Ia menuju ke meja yang tersedia juga dan melepas jaket serta atribut yang berat.
Karena duel, makanya mereka melaporkan akan ijin berlatih jadi tidak akan dihukum.
Keduanya berjalan ke arena dan mulai dalam jarah sepadan pun mereka mulai memberi hormat lalu memasang kuda-kuda.
Dalam hitungan ketiga, kedua besi panjang milik mereka berbenturan. Saling menebas namun tak terkena. Jin Ling menyalangkan tebasan samping pinggang sebelum dihalau, dan Lan Jingyi memakai teknik ayunan dari atas seperti mengapak lalu behasil ditekan.
Sambil berbenturan silang sekali lagi, Lan Jingyi bertanya sambil tangannya bergetar. “Bagaimana menurutmu tentang teknikku? Mantap, kan?”
“Terlalu banyak celah.” jawab Jin Ling dan mendorong pedang sang lawan sebelum menyerangnya dari belakang namun diketahui dan dapat dihalangi.
“Kalau Zizhen berpedang denganku selalu kalah, sih.”
Lan Jingyi tertawa sambil lompat akan tebasan bawah dan mulai memasang kuda-kuda pertahanan. “Meski begitu, kita semua tahu kalau Sizhui lebih pintar berpedang!”
Serangan tiba-tiba diluncurkan oleh sang Lan padahal Jin tunggal itu melihatnya memakai pertahanan, sebelum terkena rambutnya satu helai. Sial, karena nama Lan Sizhui disebutkan makanya ia lengah sesaat.
Lan Jingyi tersenyum bangga, membuat Jin Ling mendecih pelan. “Tipuan bagus, tapi takkan bekerja lagi. Kau tahu kalau dia punya Hang Guang-jun dan Wei Wuxian maka dia pasti dapat ilmunya.”
Mereka semakin membalas serangan sampai pakaian juga tersobek di sana sini. Karena merasa kalau tak berguna, maka keduanya melepas pedang dan mulai bergulat. Selama mereka begitu, keduanya mengatakan apa yang mereka inginkan dengan kekesalan.
Lan Jingyi membuat tubuhnya di punggung Jin Ling yang tengah tengkurap dan kepalanya ditarik dari leher.
“Aku tidak suka kau menghina ayam gorengku!”
“Aduh!! Itu makanan, bukan manusia!”
Posisi terbalik menjadi Jin Ling yang mendorong Lan Jingyi hingga ke lantai. “Aku tidak suka kau bertindak kekanakkan!”
“Ugh! Aku tidak kekanakkan, ini memang sifatku!”
Mereka mulai saling mendorong untuk menjatuhkan ala bergulat lantai meski berlutut pula.
“Kau selalu membuatku kesal ketika kau dan Sizhui akrab!”
Lan Jingyi menyahut dan mendorong hingga Jin Ling terduduk di jarak agak jauh, terengah pelan sambil bingung.
“Kesal? Aku dan dia tidak melakukan apa-apa!”
Lan Jingyi yang menggembungkan pipi nan kesal, mukanya memerah lalu bangkit sebelum memarahinya. “Kalau tidak melakukan apa-apa, kenapa kau salah tingkah seperti gadis kasmaran saat dengan Sizhui?!”
Jin Ling terdiam sejenak akan perkataanya sebelum membela diri. “Aku tidak bersikap begitu!”
“Tentu saja kau begitu!”
Hening sesaat sebelum Lan Jingyi mengerutkan dahinya dan tetap menatapnya yang tertegun di hadapan.
“Kutanya sekali lagi, apakah kau menyukai Sizhui dalam cinta?”
Jin Ling langsung mengalihkan pandangan dan segan untuk menjawab, masih terduduk di lantai arena batu.
“Aku… Aku tidak tahu.”
Melihat ini, sang Lan mendecih pelan dan berkacak pinggang. “Harusnya kau tahu! Tanyakan pada perasaanmu,” sebelum menurunkan tangan dari pinggang, “kita sudah empat tahun bersama. Mengapa kau tidak tahu perasaanmu padanya? Bagaimana menurutmu tentang aku?”
Jing Ling mendongak cepat, “Tentu saja sebagai teman!”
“Lalu Zizhen-Xiong?”
“Teman juga!”
“Nah kalau Sizhui?”
Jin Ling terdiam sejenak dan menunduk pelan. “…Aku bingung.”
Lan Jingyi mendekatinya, berjalan menghampiri. “Kenapa memangnya?”
“Bagaimana tidak?! Karena setiap melihat dirinya atau memikirkannya, aku seperti mau demam saja.”
Lan Jingyi mengerjap dan duduk di hadapannya. “Demam?”
Jin Ling mengangguk sambil pasrah menghela nafas. “Rasanya wajahku memerah dan panas.”
“Apa jantungmu berdebar cepat tak karuan?”
Anggukan diberikan.
“Setiap melihatnya, kau merasa malu dan tak tahu harus bertindak apa di dekatnya?”
Anggukan lagi. Jin Ling lalu menatapnya dengan heran. “Kenapa kau bisa tahu?”
Lan Jingyi menyedekapkan tangan dan berkata bangga. “Hmm, hmm~ Karena aku tahu apa yang kau alami sekarang!”
“Memangnya apa?”
Lan tersebut tersenyum dengan sangat percaya dirinya dan berkata. “Kau sedang jatuh cinta.”
Jin Ling terdiam dan memerah marah. “Ma—Mana mungkin aku jatuh cinta?!”
“Ugh! Dasar Nona Muda. Labil sekali kau!”
Lan Jingyi menunjuk di depan hidungnya dengan marah juga. “Semua gejala yang kau rasakan itu adalah gejala orang jatuh cinta!”
Jin tunggal itu mengerjap dan menurunkan perlahan jari telunjuknya. “Serius? Aku sedang jatuh cinta?”
“Dan yang kau jatuh cintai adalah Lan Sizhui.”
Jin Ling duduk dengan benar dan mengelus dadanya, menunduk perlahan. “Jadi aku benar-benar suka padanya?”
Lan Jingyi menghela nafas. “Suka dan cinta itu berbeda. Kata Zizhen-Xiong, kalau suka itu tidak melebihi gejala yang kau alami. Jadi memang kau sedang jatuh cinta pada Sizhui. Aku benar, bukan?”
Jin Ling mengangguk saja dan mendongak padanya. “Aku harus bagaimana kalau begitu? Apa bisa disembuhkan?”
Lan itu menggeleng sambil menghela nafas. “Kau gila? Cinta hanya bisa disembuhkan dengan dua hal saja; diterima cintanya dan kalian jadi kekasih, atau ditolak dan hubungan jadi canggung atau tetap jadi teman saja.”
“Begitukah…” Jin Ling menggumam dan bertanya lagi, “Kau tahu banyak bersama Zizhen soal ini. Aku jadi tak tahu harus berkata apa saat kau menceramahiku soal ini.”
“Tidak perlu, bukankah kita teman? Harusnya saling membantu. Yah, walau pun aku kadang kesal kau bertingkah tidak suka padahal senang diperhatikan oleh Sizhui.” ujarnya sambil sedekap tangan lagi.
“Hei, aku memang sedang bingung dengan perasaanku makanya begitu.” Jin Ling menjawab sebelum terdiam. “…Terima kasih. Sampaikan itu pada Zizhen juga.”
Lan Jingyi terdiam dan menyengir kuda. “Untuk teman, apa, sih, yang tidak?”
Keduanya mulai berdiri dan mengambil pedang serta memakai mantel untuk menutupi sobekan baju habis duel.
Mereka berjalan sambil berceloteh.
“Kalian pasti sekongkol buat aku duel denganmu, bukan?”
“Itu usulnya! Aku hanya melaksanakan saja!”
Dan sekarang Jin Ling mengerti, mengapa ia berdebar pada Lan Sizhui.
Karena virus kasmaran yang terlarang untuk sesama laki-laki.
.
.
.
====================
I’m back. Ehe. Sori lama.
Karena NaNoWriMo, maka dikasih kesempatan untuk mengetik selama sebulan. Kemaren nggak dapat jadi siapa tahu tahun ini bisa menang dapat 50k words ehe
Nggak pakai laptop yang di RS. Malah innalillahi, jadi saya pakai yang cadangan walau layarnya garis2 dan pembuka laptop sampingnya dah pecah. Berjuang banget buat nulis. No in phone, sudah tidak bisa lagi jadi jangan nanya saya.
It’s close to the climax, hope you enjoy it.
As usual, thank you so much for the views, votes, and leave the comments so I can know whats on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer.
See you guys next time!~ Adios~
Regards,
Author
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro