34.5 - Latern Festival
Pada waktu yang bersamaan, mari kita beralih ke sisi lain cerita.
Diantara perbatasan wilayah Gusu dan Lanling, terdapat sebuah perkampungan kecil yang mengadakan pesta rakyat merayakan hasil panen sekaligus hari jadi pembangunan desa. Meski kecil, tapi sangat ramai bahkan berisik pada malam hari.
Kebetulan juga, desa tersebut menjadi tempat beristirahat para murid junior yang lelah setelah berburu malam. Mereka menginap di sebuah penginapan yang terletak dekat dengan pusat perbelanjaan.
Sesuai tradisi tak tertulis diantara mereka semua, para murid muda bisa memilih waktu untuk bersantai sehabis kegiatan utama. Ada yang berada di penginapan saja, ada yang juga pergi bermain keluar.
Kali ini, empat orang diantaranya mulai menjelajahi pasar desa.
"Akhirnya bisa santai juga!~"
Lan Jingyi mengerang, meregangkan badan dengan santai sembari berjalan dengan tiga sekawannya di sekitar pasar desa.
Jin Ling memutar bola matanya seraya membalas, "Iya~ Santai, tapi teriak saat diserang oleh mayat ganas."
"Hah?! Justru aku berlari untuk mengalihkan perhatian supaya kalian bisa menebasnya!" protesnya, disambut muka Jin Ling yang meremehkan.
"Dengan naik ke pohon yang tinggi?"
Lan Jingyi mendecih dan menyedekapkan tangan di dada. "Setidaknya aku tidak ceroboh sampai hampir mematahkan tulang sendiri. Sok heroik sekali putri manja ini!"
"Bilang sekali lagi?!" Panggilan itu membuat umpan balik bagi kemarahannya.
Lan Jingyi memeletkan lidah sebagai balasan, semakin Jin Ling ingin melepas Suihua dari sarungnya kalau saja tidak ada dua kawan mereka menengahi.
"Sudah, sudah. Jingyi-Xiong memang begitu, jangan diambil hati." Ouyang Zizhen terkekeh garing sembari menepuk pundak remaja Lanling tersebut.
"Hmph."
Waktu senja masih terpatri di langit, bersama awan menjingga dan ozon bening menaungi. Ramainya keadaan dan kegiatan jual beli tersebar ke seluruh penjuru ujung tempat. Berbagai produk ditawarkan dengan lantang untuk menarik perhatian, anak-anak kampung berlarian dibarengi gelak tawa ceria, disertai berbagai bentuk lentera yang belum diterangi sebagai sumber cahaya malam nanti.
"Sizhui, kita mau makan di mana habis ini?" tanya Lan Jingyi sembari memanggil pada sahabatnya.
Yang bersangkutan berpikir, memegang dagunya. "Kalau mau, kita bisa mengitari pasar dulu. Kudengar banyak jajanan khas lokal di desa ini."
"Argh, aku rindu ayam! Habis jajan, kita makan daging, ya?" pintanya frustasi, dan langsung disiram air dingin oleh Jin Ling.
"Seorang Lan harusnya tahan nafsu. Masa kau tidak bisa makan ayam setahun sekali?"
"Aku ini memang Lan tapi bukan biksu juga, kau tahu!" protesnya.
Jin Ling mengejek dengan seringai dibalas muka ngambek Lan Jingyi.
Yang diam hanya bisa maklum akan kelakuan mereka.
"Hei, sudah lupakan saja... Ah," Sang pemuda Baling melihat beberapa lapak pedagang menjual cemilan.
"Lebih baik kita makan cemilan sebagai pembuka? Jingyi-Xiong setuju? Sizhui-Xiong dan Ling-Xiong juga mau?"
Langsung saja, mereka berempat mendatangi lapak yang menyediakan cemilan gula manis. Lengkapnya kudapan yang terpajang bisa membuat sakit gigi jika terlalu lama memandang atau memakannya.
"Aku akan beli yang banyak!" Jin Ling hendak memilih permen bola gula manis semerah delima.
Lan Jingyi menggeleng pelan dnegan malas. "Cih, mentang-mentang kaya. Main borong saja."
"Sesukaku lah! Tahan iri dengkimu padaku, lagipula kalau mau ingin bisa saja beli padaku."
"Curang! Dasar main serobot!"
"Jingyi..." Lan Sizhui terkekeh garing melihat mereka begitu, disampingnya sudah ada Ouyang Zizhen yang memakan mochi manis.
"Sudah biarkan saja, mumpung kita tidak di Cloud Recesses." Santai sekali sampai terbiasa.
Memang begitulah kalau mereka berempat bersama. Tidak ada rasa canggung dan diam. Mau bertarung pun pasti sering dilakukan kalau kesal.
Lan Sizhui menoleh ke arah sekitar dan ingin mencoba melihat ke lapak lainnya, sebelum ada yang menyahut.
"Ah, iya! Aku lupa!"
Lan Jingyi tampak terkejut dan mengundang penasaran ketiganya.
"Ada apa lagi?" tanya Jin Ling, mengerutkan dahi. Borongan permen gula manis miliknya diberikan pada Lan Jingyi karena dia sangat ingin memakannya. Lengannya penuh karena batang-batang permen.
"Aku lupa kalau ada lapak yang mau kudatangi tapi kelewatan. Ouyang-Xiong, aku butuh kau untuk membantuku!"
"Eh?"
Matanya sedikit mengedip aneh, tanda kalau perlu bicara. Ouyang Zizhen langsung mengerti kode tersebut dan mengangguk cepat.
"Oh, ayo! Mari kita ke sana sekarang!"
"Kalau mau kita semua bisa ke sana, Jingyi." Lan Sizhui menoleh pada sahabat seperguruannya, tapi buru-buru ditolak olehnya.
"Tidak perlu! Aku dan Ouyang-Xiong saja! Kami ingin mengincar barang yang diinginkan."
"Iya, kalian bisa berkeliling ke tempat lain. Nanti kita kembali kumpul sejam lagi kalau mau sehabis menjelajah!"
Jin Ling yang menatap keduanya seperti punya alasan pun agak bingung mau menjawab apa, selain diam saja.
Lan Sizhui tidak sadar dan hanya mengiyakan. "Baiklah kalau begitu. Kita berkumpul di depan penginapan, Tuan Muda Ouyang."
Ouyang Zizhen mengangguk dan langsung pergi bersama Lan Jingyi yang menyeretnya, berlari meninggalkan kedua remaja berbeda sekte di keramaian yang tak terlalu sepi.
Jin Ling menggerutu sembari berdiri di samping sang remaja Lan.
"Mereka mau beli apa, sih? Ada-ada saja." Tangannya bersedekap di depan dada.
"Mungkin mereka memang mau beli sesuatu yang diperlukan."
Lan Sizhui meliriknya dengan pandangan lekat dan lembut.
"Mau berkeliling bersama, Tuan Muda Jin?" usul Lan Sizhui padanya, dibalas anggukan singkat.
"Ya sudah, ayo."
Keduanya berjalan lagi menyusuri lapak dengan santai.
Cuaca yang sedikit berkabut akibat gerimis lokal telah usai, sehingga membuat jalanan sedikit berbau lumpur namun tidak becek dan angin menyepoi balik di udara bebas.
Entah mengapa kali ini mereka berdua merasa ingin diam saja. Meski suasana nyaman dan meriah karena lentera kuning kemerahan yang ada di tiap sudut lapak, namun tidak bisa membuat tuan muda dari sekte berlambang bunga peony tersebut untuk tidak melamun.
Di pikirannya, berdua begini jadi makin membuatnya canggung.
Setelah kejadian menangis pada waktu itu, Jin Ling jadi semakin bingung dan canggung akan perasaan yang ada di dalam dirinya sendiri.
Bahkan kadang jika tidak ada orang lain selain mereka berdua, pemuda itu langsung berasalan dan kabur untuk menyelamatkan wajahnya yang memerah. Entah mau latihan atau pun tidur di kamar asrama.
Apa pun selain tidak berada bersama Lan Sizhui.
Dan sekarang, ia sendiri malah berada di pasar desa jalan berdua dengan yang bersangkutan.
Kepalanya serasa akan meledak kalau berpikir lebih jauh lagi.
Berbeda dengan Jin Ling, lain lagi pada Lan Sizhui.
Pemuda itu sekarang malah asyik menikmati suasana yang cerah di malam hari. Tidak sadar akan apa pun yang menyangkut dengan perasaan canggung. Justru dirinya senang bisa berdua bersama pewaris Jin.
Dalam hati, apakah ini adalah salah satu kesempatan agar bisa berdua dengan Jin Ling. Lagipula, mereka hanya berdua untuk sementara waktu.
Entah karena keberuntungannya dari Dewa atau karena kedua kawannya yang lain.
Tapi akan dia manfaatkan sebaik-baiknya, karena berpikir kalau Jin Ling perlu hiburan seperti para remaja lainnya.
Setidaknya cuci mata adalah yang terbaik untuk saat ini.
Melihat sebuah lapak yang menarik mata, Lan Sizhui melangkahkan kaki pada arah yang dituju.
Jin Ling tersadar dan mengikutinya dari belakang dengan pelan.
"Tuan Muda Jin, lihat ini."
Kepalanya menunduk melihat banyaknya aksesoris dan ornamen hias yang terpampang untuk dijual.
"Bagus juga. Kau mau beli yang mana?"
"Hmm..." Jarinya memegang dagu, terlihat berpikir dengan seksama lalu menoleh padanya. "Menurut Tuan Muda Jin, mana yang bagus?"
Ditanya begitu, Jin Ling jadi ikut berpikir pula.
Mereka berdua menengok ke segala aksesoris yang tersedia.
Manik madu Jin Ling menangkap sesuatu yang berkilat dibawah sinar.
Sebuah ornamen hias untuk sanggul rambut menarik pandangan matanya. Warna benda itu biru kehijauan dengan pangkal hiasan atasnya berbentuk sebuah kupu-kupu yang melebarkan sayap. Meski terlihat sederhana, namun sanggul rambut tersebut dipahat dengan teliti dan cukup detail.
Melihatnya diam menatap benda itu, Lan Sizhui yang mengamati pun bertanya lagi, "Apakah yang itu?"
Tersadar, Jin Ling menoleh padanya lalu ke oranamen itu lagi. "A-Ah? Oh, iya. Lumayan, lah. Tidak terlalu mencolok—Tunggu, apa yang kau—"
Saat ia masih mengucapkan balasannya, tetiba Lan Sizhui sudah membayar uang dan membeli aksesoris tersebut.
Pemuda itu tersenyum simpul sembari mengantonginya. "Hmm? Anda bilang apa tadi, Tuan Muda Jin?"
Jin Ling bingung dan cengo sesaat.
Jadi maksudnya, dia yang memilihkannya untuk dibeli?!
Remaja Lanling tersebut mengejar si teladan Lan yang sudah berjalan lebih dahulu beberapa langkah. "Tunggu dulu! Hei, Lan Sizhui!"
Dipanggil begitu, pemuda berdarah Wen hanya melambatkan saja tapi tetap berjalan.
"Hmm?"
"Berhenti berjalan dulu!"
"Tapi saya masih ingin berjalan, Tuan Muda Jin mungkin terlalu lamban."
"Kau—!"
Berbalik tetiba, Lan Sizhui menghadap ke belakang dan membiarkan Jin Ling mendekatinya sembari mengambil nafas sesaat.
"Apa maksudnya yang tadi itu?!"
Kepalanya meneleng ke samping, sedikit polos dan imut dengan senyuman. "Hmm? Maksud Anda?"
Melihatnya begitu, pewaris Jin bertanya sedikit kesal, "Untuk apa kau membeli oranamen tadi kalau tidak dipakai?"
Hanya diam sebagai jawaban, membuat Jin Ling agak bingung menatapnya saat merogoh dalam lengan baju.
"Oi, kau tidak apa—"
Perkataannya berhenti saat pemuda teladan Lan menggapai tangan kanannya dan menyerahkan oranamen sanggul rambut kupu-kupu tersebut.
Mengerjapkan matanya, Jin Ling langsung menatap balik pada Lan Sizhui yang tersenyum lembut.
"Saya ingin memilih yang Anda mau, jadi saya beli sesuai yang Anda lihat."
Seketika, dadanya seperti ingin meledak dan berdebar. Kakinya ingin jatuh terkulai dalam imajiner, tapi ditahannya karena tidak keren sama sekali di hadapan sang pemuda bermata ametis.
Sentuhan tangan remaja di hadapannya hilang saat lepas dan terasa dinginnya ornamen rambut di telapak.
"Karena saya ingin membelikannya sebagai suvenir. Harap Tuan Muda Jin menyukainya." Lan Sizhui tersenyum dengan sempurna. Bagaikan malaikat yang memberikan mukjizat bagi orang terpilih.
Rona menguasai pipi Jin Ling dengan perlahan, tapi untuk remang lampu lentera dan keramaian membuat dirinya tak terlalu malu.
"...Y-Ya, tentu aku suka karena aku yang memilihnya."
Dan kau yang memberikannya, suara dalam hatinya seakan menjadi pengkhianat dan ia biarkan tuli sesaat dari suara tersebut.
Lan Sizhui mengangguk pelan, masih tersenyum kalem. "Baguslah kalau begitu. Mari kita jalan lagi."
Maka keduanya mulai berjalan lagi di sekitar pasar yang semakin ramai.
Sanggul tadi masih dipegang oleh Jin Ling, sebelum mengantonginya dan berjalan bersama. Sembari terdiam melamun, ia seperti ingin memantapkan sesuatu sebelum menghentikan langkahnya.
"Sizhui,"
Dipanggil, pemuda Lan merespon dengan menoleh. "Ya, Tuan Muda Jin?"
Tidak ada suara lagi darinya. Hal ini membuat Lan Sizhui menelengkan kepala perlahan, bingung dan hendak menanyainya karena khawatir.
"Anda baik-baik saja, Tuan Muda Jin? Ada apa?"
Semakin didekati, Jin Ling mundur selangkah. Tanda kalau Lan Sizhui juga berhenti berjalan mendekat.
"B-Bukan apa-apa... Ayo jalan lagi."
Seperti tidak percaya, Lan Sizhui menghalangi saat akan berjalan lagi untuk melewatinya.
"Saya percaya kalau Anda punya sesuatu untuk dikatakan. Tidak apa jika memang tidak mau. Saya tidak memaksa."
Untung saja mereka ada di dekat tepi jalan, jadi tidak mengganggu lalu lintas orang.
Hanya diam untuk sejenak, namun Lan Sizhui sabar menanti. Ingin agar pemuda di hadapannya ini berusaha untuk jujur padanya.
Melihat Jin Ling makin menunduk, menjadi tanda baginya untuk tidak memaksa.
"Ya, sudah. Kalau begitu mari kita jalan lagi."
Agaknya ragu ingin berkata-kata, tetapi mulutnya tidak bisa mendukungnya lagi.
"...Terima kasih untuk yang kemarin."
Langkahnya berhenti dan terdiam. Lan Sizhui menoleh ke belakang saat mendengar perkataan yang sangat jarang dikatakan olehnya.
Cahaya menyinari mereka yang tengah berada di tempat meriah, disamari sorakan para penduduk yang berpesta dan anak-anak berlarian dengan riang.
"T-Tuan Muda Jin...?"
Karena sudah terlanjur, Jin Ling tak sadar melanjutkan, "Kalian bertiga selalu ada untuk mendukungku, tapi kau selalu membantu di sampingku jika ada kesulitan."
Entah karena dirinya ingin membuka diri di hadapan Lan Sizhui, atau sisi lainnya terpacu untuk diketahui olehnya seorang saja.
Tapi yang pasti, kalau dirinya merasa ingin lebih dekat dengan sahabat-sahabatnya, terutama pada Lan Sizhui.
Mata secerah madu tersebut tampak jernih disertai cahaya lentera, menerpa wajah remaja Lanling ketika menatap manik ametis milik lawan bicara.
"Dan aku sangat menghargainya. Jadi... Terima kasih banyak."
Lan Sizhui seperti sebuah awan yang akan lepas diterbang angin.
Membuat Jin Ling untuk menjadi jujur perlu usaha, waktu, dan tenaga. Jadi ketika mendapatkan perkataan yang jarang itu, semakin menjadikan murid teladan Lan tergugah dalam hati.
Dadanya berdesir senang.
Tak menunggu lama, senyumnya lembut dan diberikan pada Jin Ling. "Begitukah... Saya merasa terhomat, Tuan Muda Jin."
Rona merah kembali di pipi Jin Ling ketika menatap respon pemuda di hadapannya, sebelum menyadarkan diri.
"Y—Ya, sudah! Ayo kita pergi cari yang lainnya! Mereka berdua pasti sedang cari makanan atau di depan penginapan."
"Baik, Tuan Muda Jin."
Jin Ling hanya bisa mengutuk apa yang terjadi tadi meski lega, diikuti dengan Lan Sizhui yang tidak bisa berhenti tersenyum akan perkembangan pewaris Jin yang mulai jujur akan perasaannya padanya.
Dalam hati, semoga saja bisa lebih daripada ini.
Sementara itu, dua murid lainnya tengah berada di petak jalan lain yang berjejerkan lapak penjual pakaian.
Ouyang Zizhen dan Lan Jingyi menarik oksigen serakusnya.
"Hampir saja... Untung Sizhui tidak curiga."
Yang diseret juga bernafas agak kasar. "Memangnya mau beli apa, sampai meninggalkan mereka?"
Lan Jingyi menyuruhnya agar tidak bersuara keras."Sst! Kau ini, bukannya kita ingin bicara soal Sandu Sengshou dan Zewu-jun?"
Saat itu juga, Ouyang Zizhen baru paham. Benar, mereka ingin cari inspirasi menulis.
Keduanya mulai berjalan sambil mengemil beberapa batang permen yang masih ada di dekapan Lan Jingyi, itu pun masih ada banyak sekali.
"Jingyi-Xiong sadar kalau ada sesuatu diantara mereka berdua?" tanya sang pewaris Ouyang pasa sang kawan, disambut ungkapan frustasi.
"Mana bisa aku tidak melihat mereka begitu?! Zewu-jun seperti memperhatikan Sandu Sengshou dengan lekat. Apalagi saat kejadian yang dibilang Senior Wei. Aku tidak tahu harus apa selain menahan diri untuk tidak berteriak melihatnya pakai baju itu!"
"Benar sekali, Ling-Xiong saja sampai juga bingung dan curiga berat. Tapi aku yakin, ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka."
"Oh?~ Skandal?"
Keduanya menahan agar tidak teriak dan terkekeh geli membayangkan jika itu benar.
Mereka berdua adalah fanboy dari WangXian, pasangan legendaris sekaligus senior termumpuni di kultivasi. Jadi bukanlah tidak mungkin kalau mereka mencoba untuk menjodohkan kedua ipar masing-masing sisi, dan menulisnya di sebuah fiksi penggemar agar dijual jika bisa.
Tapi sepertinya sekarang tidak mungkin, jadi mereka simpan untuk asupan pribadi saja.
"Aku akan menulis sepulang ini. Mungkin nanti lusa selesai, kalau latihan tidak berat."
"Oh, iya. Kau masih percaya kalau Jin Ling tidak suka kalau pamannya dekat dengan Zewu-jun?"
Mulutnya mengerucut. "Iya, lihatlah reaksinya saat itu. Sampai khawatir dan kesal sepanjang minggu awal."
Memang benar.
"Kita harus membantunya! Agar Jin Ling bisa setuju membantu Sandu Sengshou dan Zewu-jun supaya lebih dekat!"
"Hoo!~ Boleh! Tapi caranya bagaimana? Ling-Xiong 'kan keras kepala."
"Tenang. Aku ada rencana. Kau ikuti saja apa kataku, Ouyang-Xiong!" Lan Jingyi menenangkannya yang khawatir.
Melihat pada anak-anak di pinggir pasar, Lan Jingyi memanggil mereka.
"Kau sudah kenyang?"
"Mhmm. Aku akan membagikannya pada anak-anak."
"Tumben baik."
Dikerubungi, ia membagikan permen gula pada semua anak-anak.
"Terima kasih, gege!"
"Gege baik sekali!"
"Terima kasih~"
"Haha, makanlah. Mumpung gratis dan berbahagia!" Lan Jingyi tertawa mendengar panggilan itu. Karena sudah kenyang, jadi mengapa tidak sedekah sekalian?
Membuat senyum anak-anak lebih lebar juga salah satu keinginan kecil Lan Jingyi selain makan ayam.
Ouyang Zizhen senang juga karena melihat semuanya bahagia dan tanpa tertekan oleh mayat ganas atau pun hantu malam itu. Ia menoleh ke arah Lan Jingyi dan sesaat terdiam.
Tetiba dirinya berpikir agak menyimpang. Lan Jingyi pernah curhat akan Lan Sizhui yang mulai berubah dan membuka sisi lain untuk Jin Ling pada waktu itu.
Sebenarnya, Ouyang Zizhen paham kalau Lan Sizhui mungkin merasa bersalah, atau tidak ingin berkata kalau Lan Sizhui mungkin mulai menyukai Jin Ling. Hanya belum mau memberitahu, takut Lan Jingyi shock dan marah.
Siapa yang tidak cemburu kalau sahabat sedari kecil lebih membuka diri pada orang yang disukai?
Karena ia sendiri masih berpikir kalau Lan Jingyi cemburu, dan tak mau ketiga sahabatnya ini saling sakit hati.
Memang tidak bagus untuk menjodohkan teman-temannya, tapi tangan Ouyang Zizhen sangat gatal untuk menulis! Paragraf atau puisi pun dihantamnya bagaikan lembaran tanpa batas untuk karya. Di kamarnya masih menumpuk kertas bekas dalam lemari.
Derita punya banyak ide jadi begini. Tentu saja, itu dirahasiakan dan Ouyang Zizhen hanya ingin yang terbaik bagi ketiganya.
Tapi mengapa dirinya merasa kurang senang saat Lan Jingyi membicarakan soal Lan Sizhui ?
Apakah ada yang salah padanya?
Sembari dirinya berpikir, Lan Jingyi selesai membagikan permen gula pada anak-anak dan menepuk pundaknya.
"Woi."
"E-Eh??"
"Kau kenapa? Kerasukan?"
Ouyang Zizhen meringis garing.
"Kalau aku kerasukan, pasti aku jadi pucat, dong."
Lan Jingyi tertawa akan ceplosannya dan berkata, "Ayo kita kembali. Dua orang itu pasti menunggu kita. Tuan putri manja pastim akan mengomel."
Terkekeh pelan, Ouyang Zizhen mengangguk dan berjalan bersamanya untuk kembali. Tak lama berselang, mereka berdua melihat dua orang lagi di depan penginapan.
"Lama sekali, kalian beli apa, sih?" Jin Ling berkacak pinggang melihat kedatangan mereka.
Lan Jingyi mengangkat tangannya dengan malas. "Barangnya tidak ada. Habis tak tersisa."
"Cih, buang tenaga saja." cibirnya, dibalas mata sipit dari si lawan bicara.
Ouyang Zizhen tertawa. "Sudah, sudah. Mari kita masuk. Kita harus makan malam dan beristirahat. Aku lapar sekali."
"Jingyi, katanya nanti bisa makan ayam." Lan Sizhui menyahut kalem, menyampaikan berita bagus.
"Benarkah?! Asyik!~"
Dengan riang, mereka berempat masuk ke dalam penginapan untuk beristirahat agar bisa pulang keesokkan pagi.
Akhirnya, petualangan santai berakhir di malam penuh lentera harapan.
.
.
.
====================
I really am burnout but also lazy again. I'M SO SORRY IF ITS TOO LATE.
ZhuiLing and slight fanboy ZhenYi moments in the festival. Well I hope you guys can wait for their progress. I told you its a slow burn.
I'm gonna take a break for a week day-offs. Just really burnout and want to prepare the novels for other platform. Still secret cuz it have not decided yet.
As usual, thank you for the views, votes, and leave the comments so I an know whats on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer. Check out my other fanfics stories on the profile, too!
See you guys next time!~ Adios~
regards,
Author
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro