Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32 - Double Trouble

Keesokkan harinya.

Kembali kepada pagi hari setelah semalam, Lan Xichen dan Jiang Cheng hanya berjalan bersama tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Entah mengapa, seperti tidak ingin berbicara lebih lanjut atau mencari topik basa-basi.

Lagipula, hal seperti itu tidak cukup memuaskan.

Tak lama kemudian, keduanya sudah sampai di ruang makan.

Jiang Cheng duduk berseberangan dengannya dan memperhatikan hidangan yang ada. Sup akar teratai—seperti yang ia janjikan, telah tersedia agar makanan tersebut dimakan oleh Lan Xichen.

Entah mengapa saat ini heningnya agak mengganggu, namun Jiang terakhir tersebut tak mengindahkannya sekali lagi.

Instingnya selalu terlalu waspada, jadi harus bisa menyortirnya lagi jika sekelilingnya sudah terlihat aman.

Sembari mereka berdua memulai makan dalam diam, Jiang Cheng mendengar seperti sahutan bising dari halaman depan.

“Hm...? Suara siapa itu?” Langsung saja, ia berdiri dan bergegas ke arah luar bangunan.

Lan Xichen yang tengah menyantap sup akar teratai yang kini menjadi favoritnya ikut menoleh, sebelum mengikuti dari belakang.

Ketika sampai di halaman depan, mereka melihat kalau Wei Wuxian dan Lan Wangji yang mengunjungi. Keduanya menyusuri sungai dengan perahu yang disewa sebelum tiba di gerbang depan Lotus Pier.

Wei Wuxian melambai girang. “Jiang Cheng!~ Kami datang berkunjung~”

Muka pria Yunmeng tersebut langsung berubah malas.

Biang keladi datang berkunjung lagi. Merepotkan.

Lan Xichen hanya berkedip pelan. Dia kira ada keributan apa. Rupanya sang adik kandung datang bersama pasangannya.

Ada apa mereka kemari? Apakah ada masalah di Gusu?

Kepalanya berpikir demikian, sebelum melirik ke arah Jiang terakhir. Sejenak, dia menyadari satu hal yang penting.

Astaga. Bekas cupangnya!

Lan Xichen langsung menatap agak kaku pada Jiang Cheng, yang tengah berwajah masam dan teralihkan kepada saudara mereka. Ia dan leher putihnya yang memiliki bercak kemerahan terlihat sangat masih baru, sehingga siapa pun pasti bisa melihat dengan mata telanjang.

Otak Lan Xichen serasa berputar begitu cepat sepuluh kali lipat. Dengan cara apa dia harus memberitahu Jiang Cheng agar menutup lehernya?

Apakah mengatakan kalau digigit oleh nyamuk dapat membantu menutupi kesalahan? Tapi itu juga menjadi sebuah kebohongan dan penipuan! Seorang Lan tidak boleh melanggar aturan. Jadi aku harus bilang apa pada Jiang-Zhongzhu?

Tidak ada waktu lagi, bagaimana ini? Apa yang harus Lan Xichen lakukan sekarang?

Sementara dia berpikir, Wei Wuxian sudah menerobos masuk ke dalam bangunan dengan tidak kalem. Mulutnya sudah berisik dan memecah keheningan tempat dimana mereka disambut oleh keduanya.

“SHIMEEEIIII~~ Aku pulan—Eh, ada Zewu-jun!”

Dengan cepat Wei Wuxian memberikan salam hormat kepada sang kakak ipar.

Lan Xichen tersadar begitu cepat dengan senyuman dan mengangguk, berusaha menetralkan ekspresinya seperti biasa. Padahal sekarang ini pikirannya sedang kalang kabut mencari jalan keluar.

Terlihat di belakangnya, Lan Wangji menyusul dengan kalem sambil membawa Bichen di samping pinggang. Ia menyusul suaminya yang sudah masuk dahulu ke dalam ruang makan demi mencari sang adik ipar angkat, yang ternyata sedang sarapan dengan kakak kandungnya.

Lan kedua tersebut dengar kalau rapat bulanan sekte sudah selesai, tapi mengapa sang kakak tidak pulang juga?

“Tuan Muda Wei. Wangji. Kalian tiba dengan selamat.”

Selagi kakaknya menyapa, mata Lan Wangji yang tajam tak sengaja menyadari kalau ada sedikit bercak di sela leher dan rambut Jiang Cheng yang teruai.

Tak mau kalah, mata elang Wei Wuxian juga tentu menyadari tanda 'sakti' yang ada di leher Jiang Cheng.

Bahkan tidak hanya satu, tapi ada dua!

Demi Dewa! Warnanya seperti apel yang dimakan Little Apple untuk pancingan!

Si manis hitam merah itu menatap Lan Xichen yang baik-baik saja. Juga shidi-nya yang tampak normal.

Apa mereka berdua...?

Hooo… Jadi begitukah?

Jiang Cheng membungkuk singkat pada Lan Wangji dan berkata heran. “Kenapa ada disini? Bukannya kalian harusnya di Gusu?”

“Sup akar teratai! Zewu-jun, benar, ‘kan, yang Lan Zhan bilang? Ini sup terenak di dunia! Ah, jadi lapar,” Wei Wuxian mengalihkan topik—tepatnya tak mendengar pertanyaan basa-basi sang saudara angkat. Dengan semangat, lelaki tersebut langsung ke tempat duduk bersebelahan dengan saudara angkat sambil tersenyum-senyum penuh hawa ambigu.

Jiang Cheng ingin menggetok kepala saudaranya ini. Tidak sopan sama sekali, bahkan tidak menjawab pertanyaannya!

Tapi karena ada tamu seperti Lan Xichen, maka ia mencoba untuk menahan diri dulu.

Lan pertama hanya bisa tersenyum ramah. “Ya, Tuan Muda Wei. Sangat lezat.” Dia membalas dengan kalimat tersebut sambil menatap Jiang terakhir.

Tunggu! Kesannya seperti kakak ipar mengatakan bahwa shidi-nya lezat.

Diam-diam, senyum Wei Wuxian semakin lebar tanpa mereka sadari.

Lan Wangji yang melihatnya juga sesaat merasakan arti ambigu dari ucapan sang kakak.

Ia melirik Lan Xichen dan melirik sesaat ke adik iparnya, isyarat bertanya soal tanda di lehernya.

Lan kedua hanya memilih diam walau bingung dalam hati, seperti memandang kakaknya dengan muka yang penuh meminta penjelasan.

Apa yang terjadi selama kami tak ada, Xiong Zhang?

Karena mendapati Lan Wangji seperti bertanya dalam bahasa tubuhnya, Lan Xichen hanya tersenyum pasrah, seperti isyarat bahwa ‘itu terjadi begitu saja’.

Semoga tidak disalah artikan.

Sebagai saudara, Lan Wangji paham kalau ekspresi Lan Xichen sama susah ditebak sepertinya, hanya pengaturan default sajalah yang berbeda. Lan bungsu mengerti isyarat sang kakak dan mengangguk sesingkat mungkin.

Ini cukup memalukan. Adiknya (dan mungkin juga iparnya) bahkan menyadari ada tanda sakti di pada diri Jiang Cheng, membuat Lan Xichen ingin kabur saja dari sana. Kalau bisa terkubur dalam bumi saja. Dia merasa seperti telah melakukan sebuah tindakan kriminal yang tidak termaafkan. Ini semua terjadi karena dirinya tak dapat mengontrol diri sendiri.

Dewa, tolong kuatkan batinnya.

Sejujurnya, Lan Wangji ingin bertanya lebih padanya, namun karena bahan perbincangan tengah berada bersama mereka bertiga, maka tak ada pilihan selain diam dan tak berkata apapun. Ia memiliki banyak imajinasi dan pemikiran sendiri. Dan seperti yang diduga, suaminya makin berekspresi luas.

Sudah tanda akan terjadi malapetaka untuk kedepannya.

Dalam hati, Lan Wangji menyalakan lilin untuk sang kakak sulung.

Sedangkan Jiang Cheng, yang notabene tak tahu apa-apa soal tanda atau tetek bengek apa pun, hanya bersikap biasa seperti normal. Karena ia memang tak ingat apapun selain minum dan bangun di kasur keesokkan paginya dengan kepala sakit.

“Saya senang jika supnya sesuai selera Anda, Zewu-jun.” katanya sopan sambil memakan makanan porsinya.

Mohon maaf, yang empunya badan juga masih sama sekali tak tahu tanda sakti di tubuh sendiri. Harap dimaklumi.

“Wei Ying, makanlah dulu.”

Wei Wuxian mengangguk patuh pada suaminya yang menyuruh makan, menoleh ke arah kakak ipar. “Zewu-jun, Zewu-jun! Kami membawa kabar baik untukmu!”

Lan Xichen menghentikan makannya, “Ya? Ada apa, Tuan Muda Wei?”

“Zewu-jun dipersilahkan untuk istirahat sehari lagi oleh Paman Lan!~ Bukankah itu bagus?”

Mendengar itu, dia hanya bisa pasrah dalam hati.

Sepertinya dia tidak akan bisa kembali ke Gusu dalam keadaan hidup-hidup.

“Karena ingin bermain bersama, aku dan Lan Zhan datang ke sini! Kudengar ada festival, jadi ayo kita berempat pergi sama-sama!” Mulai menyerocos tanpa lampu merah, Wei Wuxian terus berbicara sambil mengambil sebuah mangkuk. Ia sudah ngiler membayangkan sup akar teratai yang manis di lidahnya.

Jiang Cheng yang mendengarnya tadi pun terkejut.

“Benarkah? Itu bagus. Zewu-jun sudah berusaha keras selama ini, patut diberi libur tambahan.” ujarnya sambil menambahkan porsi lagi dari makanan yang disajikan kepada Lan Wangji juga Wei Wuxian.

Dalam hati berpikir sendiri; kalau Lan Xichen memaksa kembali ke Gusu, maka Jiang Cheng sekiranya akan curiga walau sedikit. Karena bukannya kemarin dia terlihat murung begitu sadar bahwa sudah harus pulang? Sekarang sudah ada kesempatan libur, malah disia-siakan.

Mendadak kepalanya pusing karena pemikiran tersebut.

Pada akhirnya, Lan Xichen akhirnya bergantung pada takdir yang membawa.

Mari kita lihat saja panggung seperti apa yang disuguhkan pada mereka untuk menyelesaikan perkara ini.

“Terima kasih, Jiang-Zhongzhu. Tuan Muda Wei, saya dengar ada pementasan teater hari ini.” ucapnya sambil menyudahi acara makannya. Porsinya memang sudah habis.

“Benarkah!? Aiyaaa, Jiang Cheng! Kau tidak memberi tahuku apapun! Untunglah kakak ipar baik, mau memberitahuku~” Wei Wuxian menggembungkan pipi sejenak lalu kembali terlihat sumringgah. Bibir mungil namun licinnya melahap sup akar teratai yang sudah disediakan.

Jiang Cheng mendengus sinis padanya yang masih mengunyah. “Buat apa aku memberitahumu? Kau ‘kan tinggal di Gusu, bukan disini lagi. Dan nanti pasti juga tahu sendiri.” jawabnya dan memakan roti beras manis yang disajikan.

“Kalau begitu, ayo berjalan-jalan hari ini, berempat! Aku dengan Lan Zhan, Shimei dengan Zewu-jun!” deklarnya dengan sengaja dan blak-blakan, membuat sang adik angkat menghela napas.

“Kau ini, membuat orang libur jadi keluar dengan sia-sia. Lagipula Zewu-jun pasti lelah karena pekerjaan. Dan sudah kubilang jangan panggil aku Shimei! Aku ini laki-laki!”

Lan Wangji masih diam menyeruput teh dan makan dalam keributan duo Yunmeng, melirik kakaknya yang tersenyum pasrah.

Tapi tentu saja, Lan Wangji pasti pergi dengan Wei Wuxian kemanapun ia pergi.

“Jangan cemburu begitu, Jiang Cheng~~ setidaknya kau bersama Zewu-jun, ‘kan!” Wei Wuxian mengedipkan sebelah matanya pada Lan Xichen.

Lan pertama hanya membalas dengan senyuman ambigu, antara mau tak mau membalas.

“Aku juga minta rotinya! Lan Zhan, Lan Zhan, roti beras disini juga enak, lho! Coba, coba, aah~”

Beralih dari sahabat dan kakak iparnya, Wei Wuxian akhirnya memberikan atensi pada sang suami tercinta yang teranggurkan. Sang lelaki manis menyobek secuil roti beras yang ada meja lalu memberikannya pada Lan Wangji. Lan bungsu menoleh dan menerima saja. Dia senang karena diperhatikan lagi oleh yang tercinta. Membuka mulut untuknya, dia pun mengunyah roti beras yang diberi oleh istrinya tersebut.

“Mn.” Itu artinya enak.

Lan Xichen hanya menonton adegan tersebut sambil bergantian minum teh hijau yang disiapkan. Lalu netranya mencuri lirik pada Jiang Cheng yang mengomel.

“Apa yang kau bicarakan, hah? Dasar kau ini, kebiasaan menggodamu makin buruk saja.” Ia menggeleng, sudah terbiasa akan kemesraan dua orang di depannya sembari menggerutu pelan.

Setelah itu, mereka berempat menghabiskan sarapan yang tersedia hingga tuntas dan kenyang.

Wei Wuxian sudah kembali menempel manja lagi pada Lan Wangji. Memang pasangan yang tak tahu tempat untuk bermesraan.

Lan Xichen bertanya, basa-basi selalu. “Jiang-Zhongzhu, sekiranya jam berapa kita akan berkeliling?”

“Mungkin setelah ini. Kita bisa lihat pasar lalu malam harinya teater lokal akan diadakan. Bisa menonton di tempat yang disediakan." ujarnya menjelaskan.

Mendengar kata 'pasar' membuat Lan sulung teringat akan jepit yang dia berikan padanya semalam. Matanya menoleh ke sisi atas pemuda tersebut.

Tidak dipakai.

Agaknya dia merasa sedikit kecewa, entah mengapa.

Mungkin karena pemberiannya tidak dipakai?

Tapi, apa alasan Jiang Cheng harus terus memakainya? Entah.

“Begitukah…” Lan Xichen mengangguk paham setelah termenung agak lama. Setelah mabuk dengan Jiang Cheng apalagi ditambah dengan kejadian semalam, Lan Xichen jadi lebih sering melamun.

Sementara itu, si nakal Wei Wuxian yang sudah bermesraan pun langsung bangkit dari kursinya.

“Baiklah, ayo kita berangkat sekarang!”

Maka dengan begitu, mereka berempat menyiapkan diri dan membersihkan diri, sebelum berangkat menuju pasar Yunmeng di pagi hari yang cerah.

Tanpa mengetahui bahwa itu adalah awal dari bencana yang akan terjadi di festival yang menyenangkan.

.
.
.

====================

Heyya, back as usual. How's the sweets from previous chapter? Is it good or awkward, I dont not even know anymore lol

Please comment on the below. I will gladly filter the feedbacks.

For this chapter, WangXian visit LP and will bring much more misunderstanding. And the juniors will be coming on the other side, too! Just look forward to it next week.

Prepare the tissue for a few chapters ahead. I already warned you.

As usual, thank you for the views, votes, and leave the comments so I an know whats on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer. Check out my other fanfics stories on the profile, too!

See you guys next time!~ Adios~

regards,

Author

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro