26 - Clumsy Feverish
"Ugh..."
Perlahan kelopak matanya terbuka dan melihat langit-langit.
Mata masih lemah membuka, membuatnya melamun sesaat untuk mengumpulkan kesadaran.
Pikiran bergema dengan penuh logika pada saat itu juga.
Tunggu, ini bukanlah kamarnya.
Kepalanya menoleh lemas ke arah samping, mendapati seorang pria berpita dahi putih tengah menyalurkan energi positif. Kedua kelopak mata sedang turun sepenuhnya, berkonsentrasi menyalurkan percik demi percik energi pada pria tersebut. Jemarinya mengisi dengan energi positif secara perlahan. Berharap untuk pria Yunmeng tersebut segera siuman, dan mendapatkan kembali tenaga yang telah terkuras selama beberapa hari terakhir.
Tubuh Jiang Cheng telah kurang beristirahat dikarenakan banyak hal yang penting untuk diurus selama beberapa minggu ini—apalagi soal rapat akhir bulan bagi para pemimpin sekte, hal tersebut telah menyedot staminanya sampai ke titik terbawah. Lan Xichen juga tidak mau membuat curiga yang lain dengan menghubungi tabib, karena pasti akan ketahuan pada akhirnya juga. Maka dari itu, dia memutuskan untuk menyalurkan energi miliknya sendiri karena tidak beresiko besar.
Terima kasih pada Dewa, berangsur-angsur keadaan spiritual energi dalam tubuh Jiang Cheng mulai membaik dan membuatnya tersadar.
Lalu mata lavendernya melirik ke jendela. Di luar telah menggelap, menandakan malam telah tiba saat tersadar sekarang.
Karena mendengar suara yang sayup-sayup, Lan Xichen mulai membuka matanya.
Hal yang pertama kali ia lakukan adalah tersenyum teduh.
"Sudah sadar, ya."
"Ngg... Apa yang terjadi?" tanya Jiang Cheng lemah sembari menatapnya dengan sipit.
Aduh, silau. Bisa, tidak, jangan terlalu terang menyalakan lilin kamar? Matanya bisa katarak.
Sejenak pikirannya mencoba mengingat apa yang terjadi. Ekspresinya sedikit terkejut dan perlahan untuk bangun duduk dari tidurnya.
"Rapatnya! Jam berapa sekarang?! A-Aku harus menyiapkannya—"
"Jiang-Zhongzhu, jangan panik," Lan Xichen kembali duduk dengan sempurna diatas kursi, dengan cepat menenangkan Jiang Cheng yang sepertinya mau lompat dari ranjang karena panik melanda.
"Pertemuan sudah saya tunda sampai besok. Hari ini Anda istirahat saja."
Jiang Cheng mendongak menatapnya kaget.
Baru sadar kalau karena tumbang dirinya, maka rapat justru jadi tertunda.
Rapat telah diundur oleh Lan Xichen sendiri, dengan alasan yang dibuat-buat. Demi mengumpulkan waktu, maka mau tak mau pertemuan aliansi akan ditunda sampai esok hari. Bukan masalah bagi para pemimpin sekte dan tetua lainnya, hanya saja pria Gusu tersebut tidak ingin menerka reaksinya jika mengetahui hal ini.
"Apa? Tapi harusnya tak bisa diundur! Ini rapat yang sangat penting—"
Tangan kanan Lan Xichen berpose di depannya, memerintah ketua sekte Yunmeng Jiang tersebut untuk tenang dengan halus.
"Kesehatan Anda lebih penting. Lagipula, semua tetua dan ketua sekte lain sedang lelah juga setelah perjalanan panjang."
Terdengar meyakinkan di telinga, namun membuat Jiang Cheng mencoba untuk memberontak. Tapi juga membuatnya berpikir disaat yang bersamaan.
"Kalau begitu saya akan pergi ke kamar pribadi saja. Saya tak mau merepotkan Anda dan tidak mendapatkan istirahat yang cukup."
"Keadaan Anda masih lemas, lebih baik makan dulu."
Pria klan Lan tersebut bergeser sedikit, memperlihatkan meja di belakangnya yang telah berisi nampan dan hidangan, tertata dengan sempurna. Diantaranya adalah semangkuk sup teratai; Lan Xichen bertanya-tanya pada juru masak Lotus Pier tentang hidangan tersebut, meminta dengan halus agar dibuatkan untuk tiga porsi. Siapa tahu jika salah satu dari mereka ingin tambah lagi.
Jiang Cheng hanya bisa terpaksa duduk dan melirik pada makanan yang ada. Dirinya diam sejenak untuk berpikir sebelum menatapnya dengan jelas. "Kalau begitu Anda makan bersama saya, Zewu-jun."
Sekali direpotkan, ya sudah repotkan saja sekalian.
Mendengar itu, balasannya adalah senyuman cerah terpatri di wajah pria Gusu tersebut.
Lan Xichen juga sudah lama ingin mencoba kembali kudapan khas sekte wilayah air tersebut. Dia akan membuktikan apakah omongan adiknya benar, walau selama ini Lan Wangji tak pernah berkata yang tidak perlu.
"Baiklah. Jiang-Zhongzhu duduk di kasur saja."
Sambil menggeser meja dengan pelan, Lan Xichen membuat posisinya mendekati kasur. Mereka akan makan malam bersama sekalian meski caranya tak biasa. Meski lapar, pria bermarga Lan tersebut belum sempat menyentuh makanan apa pun sejak ia tiba di Yunmeng. Untungnya sudah sempat minum teh dengan kepala sekte Jiang tadi siang.
Sekarang, tergantung pada Jiang Cheng yang tak bisa apa-apa lagi selain mengalah—karena kekuatan fisiknya sedang lemah.
"Anda bisa coba cicipi supnya. Mungkin Anda akan menyukainya, Zewu-jun." ujar Jiang Cheng saat melihat pria itu menatap sup.
Kepala terangguk beberapa kali, mulai mengambil piring berisikan nasi dan makanan lain dengan sumpit. Lan Xichen menyisipkan lengan baru panjangnya ke belakang agar tidak terkena hidangan selagi begitu.
Gerakannya tenang dan elegan. Sangat mirip Lan Wangji, hanya saja dengan aura yang lebih menyenangkan.
Pertama, nasi sudah diambil secukupnya. Berikutnya, sedikit porsi dari sup iga akar teratai. Dari baunya saja Lan Xichen sudah ingin sekali untuk mencobanya.
Jiang Cheng hanya diam, memperhatikannya sembari duduk dengan kebungkaman. Sepertinya memang benar, Zewu-jun di hadapannya sekarang memang mau mencoba masakan andalan sekte Jiang.
Entah kenapa rasanya menarik saja melihatnya begitu. Sisi lain dari pemimpin sekte Lan tersebut terlihat mengundang pemikiran untuknya, meski tak diakui secara terang-terang.
Lan Xichen selesai membagikan porsinya dan menunggu Jiang Cheng untuk menyantap terlebih dahulu. Sudah menjadi etika dasar bahwa pemilik rumah harus makan suapan pertama. Dia selalu melaksanakan peraturan sektenya dengan baik, baik di dalam maupun di luar Gusu.
Perlahan, Jiang Cheng memakan sesuap nasi dengan sumpit. Dirinya memang butuh makan, sama seperti yang Lan Xichen katakan; bahwa dirinya butuh asupan yang cukup agar tidak kembali tumbang. Harusnya ia bisa seimbangkan energi supaya rapat tak tertunda. Tapi penyesalan selalu ada di akhir, jadi tak perlu memikirkan soal itu lagi.
Setelah Jiang Cheng melahap suapan pertama, barulah tangan Lan Xichen bergerak, ikut menyantap. Dalam mulutnya, bisa dirasakan bumbu yang lembut namun renyah, apalagi dengan manisnya teratai yang dimasak sedemikian rupa oleh sang juru masak.
Lan Xichen merasa lidahnya sangat dimanjakan akan keberagaman cita rasa yang menari gembira ria.
"Bagaimana rasanya, Zewu-jun?"
Karena tidak boleh berbicara saat makan, Lan Xichen menatap dengan lengkungan lebar sebagai balasan.
Tanda yang positif.
Jiang Cheng lega ketika melihat senyum akan respon cicipan pertama. Baguslah kalau begitu.
Pada akhirnya, mereka memakan makanannya hingga habis tak bersisa. Wajar saja karena perut kosong sedari tadi siang.
Setelah mengenyangkan diri, Jiang Cheng memutuskan untuk kembali ke kediaman pribadinya.
"Saya akan ke kamar saya sendiri. Anda beristirahatlah."
Jiang Cheng mencoba berangkat dari kasurnya dan merapikan jubahnya yang agak kusut. dan agak pusing sesaat namun stabil lagi, berjalan perlahan.
"Kalau begitu mari saya antarkan ke kamar." Tawarannya terdengar halus dan tenang. Kalau nanti kembali pingsan, pasti akan bermasalah lagi.
"...Baiklah, maaf merepotkan."
Sembari jalan di lorong kediaman Lotus Pier, kegelapan semakin larut ditemani dewi malam yang menari indah dibawah wilayah kolam teratai yang membentang sepanjang mata memandang.
Keduanya tetap berjalan dalam diam sambil menikmati hawa malam yang sejuk.
Seperti yang diduga, suasana malam di Yunmeng sama indahnya dengan di Gusu. Hanya saja wilayah mereka lebih sunyi dikarenakan dekat dengan pegunungan.
"Supnya..."
Jiang Cheng hendak mencoba membuka pembicaraan meski canggung, "Apakah... memang enak?"
Pria itu tak tahu lagi topik apa yang ada selain hidangan khas Yunmeng Jiang.
Lan Xichen terdiam. Oh, ini jarang sekali terjadi.
Biasanya mereka akan diam tanpa kata-kata yang menjadi basa-basi.
"Ya, saya sangat menyukainya. Rasanya manis gurih bercampur bumbu khas Yunmeng. Sungguh autentik." jawabnya dengan antusias, "jika diperkenankan, kapan-kapan saya akan berkunjung lagi kemari meski tanpa urusan pertemuan resmi."
Uwah, ternyata sangat bersemangat sekali. Jiang Cheng baru menyadari kalau pria di sampingnya ini orang yang pandai mengobrol, tak seperti dirinya.
"Tentu saja. Saya akan siapkan kudapan dan menyuruh koki kami untuk membuat hidangannya terlebih dahulu."
Mungkin saja dirinya sendiri yang akan membuatkannya untuk Lan Xichen.
Jika waktu memungkinkan baginya.
"Terima kasih, Jiang-Zhongzhu. Saya akan menantikannya."
Mendengar tanggapannya, pemimpin sekte Lan tersebut terlihat cukup senang. Wajah sehari-harinya memang ramah dan menyenangkan, namun pria tersebut memiliki aura tersendiri jika dirinya sedang dalam keadaan senang, sedih, ataupun marah. Bukan wajah yang menjadi penentu isi hatinya seperti orang lain, namun melainkan aura.
Tak lama, sampailah mereka di depan ruang kamar pribadi Jiang Cheng.
Ia menoleh sembari berucap, "Kalau begitu, sampai jumpa besok di rapat, Zewu-jun. Maaf sudah banyak merepotkan Anda."
"Ya. Selamat beristirahat, Jiang-Zhongzhu. Tidur yang nyenyak." Lan Xichen mengangguk kalemnya.
Yunmeng dan aroma perairannya yang khas sungguh lain dan unik di indra penciumannya. Berbeda dengan Gusu yang akrab dengan aroma pegunungan. Setelah ini mungkin Lan Xichen akan berkeliling sebentar menikmati indahnya Yunmeng pada malam hari.
Boleh, 'kan? Legal, 'kan?
"K-Kalau mau..."
Pria Gusu tersebut tersadar dari pemikiran sebelum melihat bahwa Jiang Cheng hendak menyahut lagi.
Ia tengah meneguk ludah sambil palingkan mata sesaat.
"Mungkin saya akan ajak Anda berkeliling Yunmeng besok malam. Festival lokal akan diadakan besok lusa."
Hening.
Sungguh, sungguh, sangat jarang terjadi.
Jujur saja, Lan Xichen tidak akan pernah menduga bahwa Jiang Cheng akan mengajaknya seperti itu. Kebetulan sekali dirinya memang ingin berjalan-jalan di sekitar Yunmeng. Apalagi ucapan menganai festival membuatnya langsung membayangkan kesan meriah dan hangatnya pesta rakyat.
Kedua sudut bibir Lan Xichen yang sudah terbiasa terangkat hari ini melakukan kebiasaannya lagi. Menampilkan senyum hangat seorang lelaki yang umurnya sudah masuk rentang dewasa.
"Mn. Saya akan sangat menantikannya, Jiang-Zhongzhu."
Jiang Cheng terpaku menatap senyuman hangat tersebut, membuat wajahnya memanas sebelum tersadar karena memerah sekilas. "Ya!... K-Ka—Kalau begitu, selamat malam!"
Ia menunduk spontan dan buru-buru masuk ke dalam kamar, menutup pintu dengan kesan setengah dibanting.
Astaga, ada apa ini?! Kesambet apa dia mengajak Lan Xichen keliling Yunmeng?! AAAARGHH!!!
Selagi yang di dalam menjerit bingung dalam kalbu, yang berkaitan justru menutup setengah mulutnya dengan punggung jari tangan—menutupi kekehan yang jelas terlihat di wajah.
Aneh.
Semakin lama Lan Xichen menyadari dirinya ingin mengetahui lebih banyak sisi lain dari pemimpin sekte Jiang tersebut. Pria itu ingin mengorek semuanya sampai habis.
Hingga tidak ada lagi yang tersisa.
Sejenak, Lan Xichen melupakan duka yang terus dirasakan selama kepergian saudara sesumpahnya terdahulu.
Tak mau terlarut lagi akan pemikiran, pria berpita dahi putih tersebut pun berbalik badan. Langkahnya berjalan pergi meninggalkan pintu depan kamar Jiang Cheng dengan senyuman yang tak bisa dipudarkan.
.
.
.
====================
Heyya~ Its me! I am back now! Update weekly on January 2021 while doing the commission story. If you interested, then message me now in this account or LINE ID.
Sorry for the late update. I had just finished the nanowrimo, as you know in my profile convo.
I had many things to tell you about the challenge. And yeah, ngl it was just so hard to make the 50k goals, even if you are the optimist one. But dont worry, I got 33953 words and my goal is to reach at least 30k so yay me~~~
Btw while I continue Purple Lotus, Harem!Doppo, and Hypmic Parody book, I will also continue my Dare or Date series; Not a Dare is published, yayy~~~
And the twitter thread about Camboy JC. But be sure to remember, its just for 18+ and be careful, guys! I will put the link if you comments alot and want to read it. ( ͡° ͜ʖ ͡°)
As usual, thank you so much for the views, votes, and leave the comments so I can know whats on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer.
See you guys next time!~ Adios~
regards,
Author
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro