Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21 - Annual Visits

Siang hari itu terasa hangat. Sinar mentari yang sering menusuk kulit tampaknya sedang bertaubat demi kesehatan umat-umatnya. Hari ini adalah jadwal Jiang Cheng untuk berkunjung ke Gusu.

Dirinya mempunyai berbagai alasan. Pertama, karena mengecek keponakan tersayang; kedua, dirinya ingin menuntaskan pekerjaannya dan kembali untuk beristirahat setelah ini.

Tak lama kemudian, ia turun dari kudanya dan sampai di gerbang Cloud Reccesses.

Para murid dari sekte Lan yang sedang berjaga di gerbang dengan sigap menyambut kedatangan pria yang akrab dengan warna ungu. Dengan sopan, sang murid pun memberikan salam hormat.

"Jiang-Zhongzhu."

Pemimpin Sekte Jiang tersebut langsung membalas hormat pada mereka juga.

"Apakah anda bisa antarkan saya untuk menemui Zewu-Jun? Saya ada suatu kepentingan." Ia tak suka bertele-tele saat bertanya.

"Ah, mari saya antar masuk ke dalam. Sepertinya Zewu-Jun sedang ada di taman." Murid sekte Lan tersebut menunduk, membuka jalan masuk ke dalam gerbang Cloud Recesses.

Mengangguk singkat, akhirnya ia mengikuti murid tersebut untuk dituntun ke tempat dimana sang pemimpin sekte Lan tengah berada.

Tak lama kemudian, mereka sampai dan melihat beberapa kelinci yang mengerubungi seseorang.

Lan Xichen-atau nama kehormatannya, Zewu-Jun- tengah tersenyum lembut dengan kedua tangan mengelus gumpalan bulu putih bertelinga panjang di genggaman. Ia sedang menikmati waktunya di hari yang sempurna, untuk menatap kebun-kebun terawat dengan kelinci putih yang berhamburan.

Jiang Cheng melirik ke bawah kakinya, mendapati kalau ada seekor kelinci putih yang mendekatinya.

Kelinci Gusu adalah kelinci yang pintar. Mereka jarang mendekati orang yang terdeteksi jahat. Kalau mereka mendekati orang seperti Jiang Cheng, itu menandakan bahwa pria bergelar Sandu Shengshou tersebut tidaklah sejahat ceritanya.

"Zewu-Jun. Jiang-Zhongzhu datang mencari anda."

Lan Xichen yang masih menikmati waktunya tentu saja menoleh ke belakang begitu mendengar nama kehormatannya dipanggil oleh salah satu murid sekte Lan.

Ia dan senyum hangat khasnya menyapa kedatangan pemimpin sekte Jiang.

"Jiang-Zhongzhu, selamat siang."

Jiang Cheng yang melihatnya menyambut ramah seperti biasa pun mengangguk singkat. Dirinya memberi hormat setelah jarak mereka cukup untuk menyapa.

"Zewu-Jun, selamat siang. Maaf mengganggu hari anda yang tenang." sapanya dengan sopan.

Lan Xichen menatap murid yang mengantar Jiang Cheng lalu mengangguk, isyarat bahwa ia sudah boleh pergi.

Setelah sang murid menjauh pergi, dia kembali lagi ke Jiang Cheng. Kepala Lan Xichen menggeleng lembut. "Tidak apa. Ingin minum teh dulu?"

"Jika anda menghendakki demikian. Sekalian saya ingin mengetahui kondisi rutin Jin Ling. Hari ini jadwal saya untuk mengunjunginya." Jiang Cheng membalas dengan sopan. Walau sesekali ia melirik gumpalan bulu yang bergesek di kakinya.

Senyum sumringah terlihat di wajah pemimpin sekte Lan tersebut. Ia dengan pose berdiri sempurnanya ikut menatap kelinci putih yang sepertinya ingin diajak main. "Jiang-Zhongzhu, Anda boleh mengelusnya jika Anda mau."

Seperti terlihat kalau dirinya melirik para kelinci, Jiang Cheng sedikit sungkan karena sang Pemimpin Sekte Lan berujar demikian.

"S-Saya tidak berniat untuk mengajak mereka main. Lagipula, pekerjaan saya masih banyak. Tak ada kata istirahat." balasnya agak tegas.

Jiang Cheng mungkin akan mengelus kelinci jika tak ada orang-atau jika tak ada pekerjaan lagi.

Mendengar itu, Lan Xichen pun menghormati keputusan Jiang Cheng, jadi ia tidak akan memaksa. Dengan langkah yang teratur ia menuntun Jiang Cheng untuk mengikutinya menuju ruang pertemuan. Biasanya ia menyambut tamu di sana. Apalagi, ruang pertemuan cukup dekat dengan ruang latihan.

Sang pria bermanik lavender tersebut mengikuti langkah Lan Xichen menuju ruang pertemuan, dimana mereka akan bercengkerama dan membahas kondisi sang keponakan.

Saat ini, para Tetua Lan sedang dalam perjalanan menuju sekte lain untuk mengadakan rapat bulanan seperti biasa. Dengan kata lain, hanya ada Lan Xichen dan Lan Wangji yang menjaga Cloud Recesses.

Ruang pertemuan tampak sepi namun bersih, tetap berpegang teguh pada prinsip elegan namun rendah hati pemilik bangunan. Jiang Cheng melirik ke sekitar ruangan, paham bagaimana para Lan dicap sebagai klan disiplin dan sopan. Dari ruangan saja sudah terlihat sejuk nan nyaman.

"Mohon tunggu sebentar." Masih dengan senyum tersungging di wajah, Lan Xichen pergi ke belakang untuk mengambil teh dan makanan ringan, meninggalkan Jiang Cheng di sana.

Sembari menunggu, ia memikirkan sesaat bagaimana adaptasi Jin Ling disini. Ini sudah kedua kalinya ia mengirimkan sang ponakan, agar lebih displin dan kuat dalam kultivasi mau pun beladiri.

Saat ini, para murid sedang berada di aula terbuka Cloud Recesses, mempelajari teknik berpedang yang langsung diajarkan oleh Han Guang-Jun sendiri. Pamannya tidak ada, jadi apa boleh buat.

Sekembalinya Lan Xichen, pria yang berumur kepala tiga itu meletakkan cangkir dan mengisinya dengan teh hijau sedangkan untuk makanan ia memberikan roti manis. Ia kemudian duduk di samping Jiang Cheng.

Jiang Cheng baru duduk setelah Lan Xichen duduk terlebih dahulu. Dirinya dituangkan teh dan cemilan untuk pendampingnya.

"Bagaimana kabar perkembangan Jin Ling? Apakah dia bisa beradaptasi disini?" tanya Jiang Cheng langsung ke intinya.

Tidak pernah ingin berbasa basi.

Lan Xichen kadang heran mengapa Jiang Cheng sama sekali tidak mau menikmati dentang waktu yang berjalan perlahan.

"Tuan Muda Jin mengikuti pelajaran dengan baik. Ia sangat berdedikasi untuk belajar," Tangan kiri menahan lengan baju kanan, sedangkan satunya lagi memegang cangkir teh, perlahan ia menyeruput minumannya.

"Dan juga, Tuan Muda Jin berteman dengan baik disini."

Mendengar itu, dirinya sedikit menghela napas. Ia cukup lega akan laporan keadaan Jin Ling yang bisa beradaptasi, bahkan berteman baik dengan murid lain agar bisa memperbaiki sosialnya.

"Baguslah kalau begitu. Saya percaya anda sekalian bisa menuntunnya menjadi orang yang lebih baik dan disiplin," Jiang Cheng menyeruput sesaat teh yang dituangkan, menatap sesaat pada cangkir teh.

"Saya hanya tak mau kalau nanti dia merengek pulang kembali ke Yunmeng karena tak bisa tinggal di sini."

Manik abu Lan Xichen menatap Jiang Cheng kala kedua sudut bibirnya terangkat, lengkap dengan helaan nafas lembut khas dirinya yang memang terkenal murah senyum.

"Tuan Muda Jin berperilaku baik dari awal ia kemari. Itu semua karena ajaran anda sendiri, Jiang-Zhongzhu." Lan Xichen kembali meneguk tehnya lagi sampai habis.

Mungkin ini hasil kerja kerasnya selama ini. Semenjak Jin Ling ia urusi sampai besar, dirinya selalu menanamkan perilaku sopan dan tegas. Dia takkan pandang bulu karena ingin yang terbaik untuk sang ponakan.

"Itu hanyalah kewajiban saya untuk mendidiknya menjadi pemuda yang baik." balasnya sambil mengambil roti manis yang ada, sebelum mengunyahnya.

"Hari ini ada pelatihan pedang di aula terbuka, bagaimana jika melihatnya sebentar nanti?"

Saat mendengar soal pelatihan terbuka, dia mendongakdan menelan makanannya.

"Boleh saja. Lagipula saya ingin melihat bagaimana pelatihan dilakukan. Han Guang-Jun yang mengajar mereka hari ini, bukan?"

Mengangguk satu kali, Xichen tersenyum membayangkan adik tersayangnya mengajar seni berpedang khas sekte Lan. Terlebih lagi, Lan Wangji memang terkenal akan kedisiplinan dan sikapnya yang ketat-persis seperti pamannya yang saat ini sedang pergi rapat.

"Akan saya antar ke aula. Jiang-Zhongzhu silakan menikmati waktu," Maksudnya Lan Xichen akan mengantar Jiang Cheng bila pemimpin sekte tersebut sudah selesai di ruang pertemuan ini.

Beberapa saat Jiang Cheng menyesapi teh hingga habis, dan ia siap untuk berkeliling. Dirinya tak mau menunda lagi.

"Tolong bawa saya ke tempat pelatihan." ujarnya sebelum berdiri untuk cepat melihat bagaimana pengajaran sang adik dari duo Giok tersebut.

Lan Xichen ikut bangkit dan sebelumnya membereskan cangkir dan piring kecil yang sudah terpakai, barulah ia menghampiri Jiang Cheng dan perlahan melangkah, menuntun ketua sekte teratai ungu keluar dari ruang pertemuan tersebut.

Suasana aula terbuka begitu sepi. Hanya terdengar langkah kaki teratur serta denting pedang yang saling beradu. Di depan mereka tampak seorang pria berparas sempurna bagai permata berbalurkan kain putih kebiruan. Seperti yang diharapkan dari Dua Giok Kembar Gusu Lan. Suasana aula terbuka benar-benar terasa seperti sedang belajar.

Jiang Cheng diantar oleh Lan Xichen menuju aula terbuka, dimana tengah berlangsungnya latihan yang diajarkan oleh adiknya.

Pemuda tersebut tampak terlihat konsentrasi saat mengajari para murid junior yang ikut, termasuk Jin Ling yang berada di antara para murid berkostum putih kebiruan dengan kontras kuning.

Melihat sesaat, senyum tipis Jiang Cheng mengembang walau samar saat mengawasi dalam diam sang ponakan.

Lan Wangji yang saat itu sedang mengajar tentu peka akan kedatangan dua orang dari sebelah kanannya. Ia segera namun teratur menghadap, memberikan salam hormat kepada sang kakak dan Sandu Shengshou. Tak banyak bicara, itulah khas Lan Wangji yang lebih suka melakukan isyarat mata saat bersapa.

Jiang Cheng memberi hormat singkat dengan menundukkan kepala tanpa kata untuk membalas sapaannya.

Di sisi lain, beberapa murid melirik ke arah kedua orang yang datang. Tak terkecuali Lan Jingyi, Ouyang Zizhen, Lan Shizui, dan Jin Ling yang tengah berlatih.

Melihat pamannya tiba-tiba mengecek tanpa pemberitahuan, membuat Jin Ling gugup dan mencoba berlagak kuat saat mendengarkan instruksi Lan Wangji. Dia ingin terlihat tangguh dan membuat pamannya tak usah khawatir terhadap dirinya. Apalagi, setelah insiden wilayah beberapa bulan yang lalu.

Lan Xichen menyahut tenang, "Wangji, Jiang-Zhongzhu datang untuk melihat-lihat." Masih dengan senyum ramah yang seakan tak lepas dari wajah.

"Tak apa. Kita awasi dari jauh saja. Biarkan mereka berlatih." Jiang Cheng tak mau merusak konsentrasi mengajar dan pengetahuan para murid yang ingin belajar. Dia mencoba berjalan menjauh menuju koridor.

Lan Xichen hanya diam menatap Jiang Cheng yang mulai berjalan menjauh. Ia tak heran mengapa Jin Ling; keponakannya, bisa sangat takut padanya. Jangankan beramah tamah, senyum saja jarang. Beda sekali dengan paman satunya lag-

Ah.

Lan Xichen tidak ingin mengingat orang itu lagi. Dia tak boleh berlarut dalam kesedihan. Sudah bertahun-tahun sejak kepergiannya, dan Lan Xichen harus menerima kenyataan.

Wangji yang menyadari kakaknya melamun untuk sesaat pun segera memanggil, "Xiong Zhang."

Cukup efektif untuk menyadarkan Lan Xichen dari pikiran-pikirannya yang tetiba mengalir.

Lan Xichen melemparkan senyum untuk membalas sang adik. Ia mengangguk, menyatakan bahwa 'aku baik baik saja' lalu mengisyaratkan adiknya untuk kembali mengajar, sedangkan dirinya mulai menyusul Jiang Cheng.

Akhirnya para murid mulai berlatih dengan instruksi Lan Wangji, dan Jin Ling mencoba konsentrasi akan pengarahan sang senior.

Sementara itu, Jiang Cheng yang terlebih dulu pergi menjauh di koridor pun disusul olehnya.

"Jiang-Zhongzhu."

Bukan Lan Xichen namanya kalau tidak berbasa-basi. Dia senang sekali berbicara dengan orang lain. Hal itu membuatnya sibuk dan tidak terjerumus dalam pikiran-pikiran yang tidak seharusnya ada di dalam dirinya.

Ia berhenti sejenak dan menoleh dengan muka datar saat nama kehormatannya dipanggil. Isyarat untuk berbicara.

"Bagaimana keadaan Lotus Pier? Saya tidak sempat melakukan kunjungan."

Jiang Cheng membalas seperlunya, "Keadaan terkontrol dan lancar. Kapal yang bersandar serta jalur perdagangan tidak ada halangan, hanya butuh sedikit pembenahan di delta dermaga." Ia tak mau membagi informasi soal pekerjaannya terlalu detail.

Bukan urusan mereka juga, pikirnya sambil berjalan.

"Bagaimana keadaan Cloud Recesses?"

"Terkontrol dengan baik. Murid-murid menjaga keasrian dan kebersihan dengan disiplin." Senyum dengan matanya menghiasi wajah saat membalas.

Lalu hening seketika.

Bukannya ingin cerewet atau bagaimana, namun Lan Xichen merasa dirinya mempunyai keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang kepala sekte di sampingnya ini. Sejak bantuannya dalam menolong Lan Xichen untuk keluar dari pengasingan, perasaan aneh ini semakin lama ia rasakan dengan jelas. Apalagi, bertambah ketika Nie Huaisang menantangnya dalam persaingan untuk merebutkan perhatian Jiang Cheng-meski akhirnya keduanya seimbang untuk kalah mau pun menang, dikarenakan sepertinya persaingan mereka takkan bisa dilihat oleh Jiang Cheng dengan ketidak pekaannya yang mendarah daging.

Walau sedikit demi sedikit, dia mulai menyadari kalau sekarang dirinya menjadi lebih sadar-ketika saudara sesumpahnya telah pergi dan tak akan kembali lagi ke dunia.

Lan Xichen ingin mengobrol lebih banyak bersama orang ini; Jiang Cheng Wanyin.

Bukan perasaan lain. Hanya ingin tahu karena penasaran saja!

Bukankah Jiang Cheng adalah orang yang berarti bagi Tuan Muda Wei, Wei Wuxian, sang Yiling Laozu? Sering kali Lan Xichen mendapati konflik antara kedua saudara Yunmeng tersebut. Ia merasa mereka memiliki kesamaan dengan dirinya dan Lan Wangji.

Di sisi lain, heningnya cukup mencekam untuk Jiang Cheng. Memang sih, ia tak suka bicara banyak. Tapi untuk soal ini, dirinya sedikit memutar otak untuk mencari topik.

Lan Xichen adalah orang di Gusu Lan yang dihormati dan mempimpin salah satu sekte paling disiplin yang pernah ada. Generasi mereka adalah generasi emas, dimana banyak pemimpin baru yang akan memimpin wilayah mereka sendiri dengan kedamaian dan kemampuan di tangan, tak terkecuali mereka berdua. Awalnya ia juga tak mengetahui apapun, namun karena hubungan antar sekte, pertemuan penting, serta karena saudara sintingnya yang menikah dengan Han Guang-Jun beberapa waktu lalu-membuat mereka mulai saling bertemu dan bersapa ringan.

Bahkan, mendiang saudara dari iparnya yang bertangan dingin mengenalnya sebagai saudara sesumpahan.

"A-Cheng!!~"

Suara nyaring tersebut terdengar dari ujung koridor. Terlihat seorang pria muda yang menyengir kesenangan dan menghampirinya.

Tak perlu bertanya siapa yang berani berteriak seperti itu di Cloud Recesses. Namanya sudah terkenal seantero negeri.

Wei Wuxian, sang Yiling Laozu.

Lan Xichen kembali tersenyum, menyapa istri adiknya yang datang dengan keadaan heboh tidak kalem. "Tuan Muda Wei."

Wei Wuxian menghampiri dan menyapa mereka dengan ceria. "Zewu-jun, A-Cheng! Aku tak tahu kalau kau akan berkunjung ke Gusu."

Jiang Cheng menghela napas, wajahnya lelah melihatnya. "Untuk apa aku memberitahumu? Lagipula aku kesini untuk melihat kondisi A-Ling."

"Jahatnya~ Kau bahkan tak merindukanku? Hmph. Ah, jangan khawatir soal itu. Dua anak itu menuntunnya dengan baik, apalagi Lan Zhan yang mengajar."

Wei Wuxian merangkulnya, yang membuat sang saudara angkat terkesiap.

"Uwah, pelan-pelan! Lepaskan aku!"

"Nggak mau! Shimei jahat banget, deh~"

Pelukan makin dieratkan, sehingga Jiang Cheng hanya bisa membalas dengan elusan kepala. "Dasar gila..."

Lan Xichen mengerjapkan matanya sekilas, lalu memandang kedua saudara Yunmeng yang tengah reuni di depan matanya. Ia turut merasakan kebahagiaan yang terpancar dari kedua belah pihak, baik Jiang Cheng maupun Wei Wuxian.

Pertemuan saudara setelah menikah mungkin memang begini rasanya, ya.

"Tuan Muda Wei seperti biasa sangat enerjik, ya." ucap Lan Xichen pada istri adiknya tersebut.

Dan tentunya, semua menyadari bahwa pandangan dari si bungsu Giok Gusu Lan sudah berpindah dengan sempurna, menuju sang suami yang tampak begitu manis baginya hari ini.

Ah, cinta memang perasaan yang indah meski di lain sisi sangat menyakitkan.

Lalu Lan Wangji beralih mengawasi murid-muridnya yang sedang berlatih. Ia harus serius. Wei Wuxian tidak akan suka jika ia melalaikan tugasnya.

Sementara itu, Wei Wuxian melepaskan pelukannya dan menyapa sang kakak ipar. "Tentu. Soalnya aku ingin melihat Lan Zhan mengajar. Aku tak sabar melihatnya begitu keren mengajari para murid junior." balasnya dengan bahagia lalu bertanya pada saudara angkat, "Kau mau kemana habis ini?"

"Hmm? Langsung pulang. Kenapa?"

Wei Wuxian menyengir. "Jangan pulang dulu! Aku mau kau berkeliling di Gusu lebih lama."

"Tidak perlu, lagipula Bichen akan melayang padaku kalau suamimu tidak pergi bersamamu. Aku tak mau jadi obat nyamuk!" protesnya cepat.

Wei Wuxian mengelus dagunya yang mulus sebelum menyeletuk ringan, "Bagaimana kalau kakak ipar saja yang mengantarmu berkeliling? Bisa, 'kan??"

Jiang Cheng terkejut. Tak mungkin orang super penting di Gusu mau mengajaknya keliling belaka!

Bibir sedikit terbuka, Lan Xichen hampir melongo ketika Wei Wuxian menyarankan Jiang Cheng hal yang tak terduga-membuatnya mengantar sang pemimpin sekte Jiang berkeliling.

Bukankah ini kesempatan yang bagus? Lagipula tugas Lan Xichen sudah ia kerjakan lebih dari setengah. Tidak ada salahnya berjalan sebentar.

"Omong kosong macam apa itu!? Mana mungkin Zewu-Jun mau mengantarku."

"Kalau Jiang-Zhongzhu ingin, saya bisa mengantar Anda berkeliling. Ada banyak perubahan di area tertentu."

Jiang Cheng menoleh padanya juga dengan kaget.

Tidak mungkin!

Sang pemuda Lan hanya tersenyum. Mungkin kalau ada perandaian, senyum Lan Xichen terlihat seperti cahaya senter di tengah kegelapan. Sangat silau.

"Ta-Tapi saya tak mau mengganggu kegiatan penting Anda, hanya karena mengantarkan saya berkeliling..." tukasnya sedikit sungkan, lagipula mana ada orang yang mau bersama dengannya kecuali Wei Wuxian dan Nie Huaisang.

Wei Wuxian yang melihatnya bereaksi begitu pun mengatakan lagi, "Sudahlah, terima saja! Lagipula kau selalu bekerja tanpa henti. Sesekali istirahat 'kan tidak masalah."

Kalau dipikir lagi, Wei Wuxian juga sedikit merasakan kalau Jiang Cheng agak canggung bersama Lan Xichen.

Oh, aneh sekali. Bahkan wajah kakak iparnya jadi lebih cerah.

Peka sekali, Wei Wuxian hebat!

"Benar, Jiang-Zhongzhu. Beristirahatlah dari pekerjaan barang sebentar saja. Berhubung pekerjaan saya juga tidak terlalu banyak."

Karena dipojokkan oleh kedua orang serta mata jauh sang anak kedua Lan, maka ia tak ada pilihan lagi selain menerima.

"Baiklah, jika Anda tidak keberatan." Jiang Cheng menghela napas. Sepertinya dia benar-benar tak bisa melarikan diri dari situasi ini.

Wei Wuxian menyengir dan mendorong pelan saudara angkatnya untuk pergi. "Kalau begitu pergilah! Bersenang-senanglah dengan kelinci. Aku tahu kau suka hewan berbulu!"

Dirinya yang dibegitukan pun bingung maksimal dan mencoba memberontak. "Baik, baik, aku akan pergi! Jangan dorong aku!" Jiang Cheng hampir didorong mendekati Lan Xichen.

Seperti giok yang baru saja selesai dipoles, Lan Xichen tampak bersinar ketika Jiang Cheng mendekat. Ia tidak benci dengan rasa senang yang ia rasakan saat ini.

Bersantai di taman Utara dengan segumpal kelinci Gusu, ditambah pemimpin sekte Jiang akan sangat menyenangkan. Lan Xichen tidak boleh melewatkannya!

"Kalau begitu, Jiang-Zhongzhu, mari."

"Mm. Mari, Zewu-jun." Jiang Cheng mengangguk pelan dan melirik Wei Wuxian yang melambaikan tangan seperti dadah padanya.

Ugh, sial. Dia harus bertahan lebih lama lagi di Gusu.

Setelah Wei Wuxian melihat mereka hilang berbelok dari koridor, ia menghampiri tempat dimana para junior dilatih oleh sang suami dan duduk di titik buta, diam-diam mengawasi.

.
.
.

====================

You guys will know what the main pair soon. Just wait for the romance to bloom, but I wont promise its a fast one. It will be slowburn romance. :)))

The first phase is on!
Credits to my friend I called as 'Yibro' who helped me get through this fic. And my other friends that I had mentioned from few chaps ago! Also, you guys are too kind to comment and vote in this fanfiction! I'm so happy for the support for all this time. Thank you! ;v;

I hope you guys can wait patiently for the next chapter!

Regards,

Author

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro