20 - Suspicious Feelings
Ini adalah sisi lain dari cerita invasi Liu Qingge ke Yunmeng Jiang, dibintangi oleh Lan Jingyi yang saat ini sedang meminum ampas cuka.
Jujur saja, ini cukup menyebalkan.
Hari sudah menjelang siang di tengah musim gugur yang hendak akan tiba di Cloud Recesses, namun perasaan Lan Jingyi terasa jengkel. Mata secerah madu tersebut mengerling penuh heran ke arah dua pemuda yang tengah berinteraksi di kamar medis yang ia masukki sekarang ini.
"Sizhui, hentikan. Aku bisa makan sendiri."
"Tapi Anda masih lemas. Biarkan saya membantu Anda, Tuan Muda Jin."
Pemandangan keduanya yang terlihat akrab dan cukup implisit membuatnya sedikit penasaran akan penyebab Lan Sizhui bisa sampai terdengar memaksa—tentu dengan kata yang halus seperti itu. Secara, yang dirinya ketahui bahwa sang sahabat tak pernah sekali pun memiliki sifat pemaksa.
Seperti ada yang berbeda di tingkah lakunya sekarang.
Bukan main, Lan Jingyi sudah bersahabat dengannya semenjak masih kanak-kanak dan mereka berdua pasti sudah saling mengerti satu sama lain. Hanya saja, sekarang malah dia sendiri yang tak mengerti akan perilaku Lan Sizhui yang bukanlah karakternya sama sekali.
Tidak, tidak. Sahabatnya tidak melakukan pelecehan atau apa pun yang melanggar tiga ribu aturan yang ada. Dia adalah murid teladan dari seluruh angkatan mereka seantero penjuru padepokan.
Satu hal yang menjadikannya bingung hingga sampai terheran kuadrat begini adalah melihat sisi Lan Sizhui yang tak pernah ditunjukkan sebelumnya.
Bahkan Lan Jingyi pun tak pernah melihat seorang Lan Sizhui menjadi sebegitu baru di matanya. Yang paling mencengangkannya lagi, perilaku tersebut ditunjukkan kepada pewaris Jin yang tengah menjalani perawatan medis setelah bangun dari mati surinya beberapa hari yang lalu.
Lan Sizhui menoleh pada sang sahabat dan memasang tampang ramahnya seperti biasa diberikannya semenjak pertama bertemu. "Ah, Jingyi. Waktu yang tepat, apakah kau bawa obatnya?"
Yang bersangkutan menyadari kalau ada Lan Jingyi memperhatikan mereka dari pintu masuk. "Sizhui, kemarikan buburnya—Ah, Jingyi! Kenapa berdiri disitu saja? Hentikan dia, bantu aku untuk beristirahat."
Lan Jingyi memutarkan bola matanya sebelum menuju ke arah mereka berdua. Sambil membawakan nampan berisi dua mangkuk ramuan herbal pahit andalan klan Lan untuk penyembuhan cepat, ia menyeletuk sarkas. "Kenapa kau menyuapi dia? Sudahlah, nanti tuan putri ini malah makin manja."
Tangannya mengambil mangkuk bubur dari Lan Sizhui dan memberikannya ke Jin Ling.
"Cih. Tuh, dengar? Aku sudah tak apa. Memangnya aku ini orang pesakitan seperti orang tua, hah?" Jin Ling mendecih namun menerimanya, sebelum mulai memakan makanannya.
Dipojokkan begitu, tapi tetap saja Lan Sizhui masih khawatir. "Tapi, karena menolong kami semua, Tuan Muda Jin jadi terkena imbasnya. Luka Anda juga masih belum sembuh jadi harus ada yang merawat."
Lan Jingyi menghela nafas dan berkacak pinggang, mendengus malas.
Ini terlalu berlebihan.
"Sudah biarkan saja, Sizhui. Tabib lain akan merawatnya, jangan terlalu cemas. Minum obatmu dulu."
Dia memberikan semangkuk dan diminum habis sekali teguk layaknya air, sebelum mengembalikannya lagi.
Jin Ling yang sudah menelan buburnya pun bertanya pada kedua Lan junior, "Oh, iya. Bagaimana dengan monster kemarin? Apakah ada penyelidikan?"
Lan Sizhui menggeleng pelan. "Entahlah, kami tak tahu. Tapi menurut kabar angin, kasus insidennya sudah resmi ditutup."
"Berarti monster itu sudah lenyap?" Lan Jingyi langsung menyentuh dagunya sendiri dalam pose berpikir, menatap sahabatnya yang menyambut dengan anggukan singkat.
"Bisa jadi begitu."
Jin Ling menunduk pelan. "Kuharap begitu. Padahal aku hampir mendapatkan mayat hidup yang pantas jadi mangsa sebelum sosok itu muncul. Sial."
"Kau ini, masih memikirkan soal itu dengan kaki patah? Minta dibunuh hidup-hidup?!" sergahnya meremehkan.
"Apa katamu? Bicara begitu sekali lagi!" tukas pewaris Jin dengan galak.
Lan Sizhui menghela nafas sambil mencoba melerai keduanya yang hendak baku hantam meski kondisi tak memungkinkan.
Di sisi lain, Ouyang Zizhen menongolkan kepala dari luar, masuk membuka pintu yang agak terbuka karena Lan Jingyi tadi. "Oh, sudah pada kumpul, ya?"
Fokus Lan Jingyi teralihkan padanya. "Telat sekali kau, Ouyang-Xiong! Bagaimana dengan makan siangnya?"
Ouyang menyahut balik, cengengesan. "Baru saja aku mau memanggil kalian berdua, sebentar lagi jam 12 dan kita harus ke meja sekarang juga."
"Kau mau ikut dengan kami?" Lan Jingyi mengangguk lalu menoleh pada sahabatnya, disambut dengan gelengan singkat.
"Aku akan menyusul sebentar lagi. Kalian duluan saja." ujarnya sambil tersenyum lagi.
Lan Jingyi diam sebelum bersikap biasa. "Baiklah! Menyusul saja nanti."
Dengan setelah mereka keluar, pintu yang ditutup dan langkah kaki samar menjauh, itulah pertanda bagi Lan Sizhui untuk bicara empat mata dengan Jin Ling ketika keduanya ditinggalkan di kamar medis.
Dia menoleh kembali kepada Jin Ling yang memandang tanya padanya.
"Mau bicara soal apa?"
"Ini mengenai soal insiden kemarin," Lan Sizhui duduk tegak lalu menundukkan kepalanya, membuat Jin Ling sedikit terkesiap.
"Maafkan saya, Tuan Muda Jin!"
Bingung diberikan permintaan maaf begitu tegasnya, Jin Ling tak tahu harus bereaksi apa. "H-Hah...?"
"Karena saya, Anda jadi terkena dampaknya. Padahal sudah tugas kami diberikan kepercayaan oleh Han Guang-jun untuk menjaga dan melindungi para murid tamu seperti Anda, apalagi rekan angkatan kami semua."
Lan Sizhui perlahan mendongak dan menatapnya dengan perasaan bersalah. "Kami semua sungguh khawatir pada Tuan Muda Jin, bahkan Senior Wei juga sedih melihat Anda tak bisa apa-apa. Karena saya, Anda malah terkena luka kritis. Maka dari itu, mohon terimalah permintaan maaf saya yang sedalam-dalamnya."
Hening menyelimuti ruangan. Hanya ada kedua lelaki remaja yang bertatapan dengan beda arti.
Jin Ling hanya menatapnya diam ketika dipandangi begitu olehnya.
Sungguh, kenapa orang ini terlalu menekan dirinya hingga batas seperti ini?
"...Jangan berkata omong kosong,"
Jin Ling menoleh ke arah jendela yang memperlihatkan keadaan luar bangunan mulai dihiasi daun yang mulai gugur nan memerah bagai delima.
"Aku tak pernah memintamu untuk minta maaf, itu bukanlah sepenuhnya salahmu. Kita tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, bukan?" Saat dirinya menutup mata, yang diingat ialah sosok mengerikan, teriakan samar para murid yang melawan, dan bau darah lengket di sekujur pakaiannya.
Di saat Lan Sizhui berangsur mulai membaik dan mau tak mau pindah dari sana ke asrama bersama peserta yang menjadi korban, hanya tersisa Jin Ling terbaring sendirian di kamar bernuansa putih tersebut-tak terbangun sama sekali.
Tak putus asa, diam-diam pemuda berdarah Wen tersebut tetap menjenguk meski hanya memeriksa sesaat, bahkan mengajak bicara-siapa tahu pemuda Lanling tersebut bisa sadar walau nihil hasilnya.
Tidur panjangnya berakhir dengan tujuh hari penuh kegelapan, sebelum diakhiri oleh teriakan samar seorang tabib sekte Lan yang tengah jadwal memeriksanya sedang keluar tergopoh-gopoh meminta bantuan karena panik.
Jin Ling yang dikerubungi para tabib pun perlahan tersadar dan mulai berangsur bisa duduk di ranjang meski bagian kakinya perlu penyembuhan lebih jauh.
Kedua Lan junior dan pewaris Ouyang juga menjenguknya hampir setiap hari, rasanya bosan tapi diam-diam ia sangat menghargai perhatian mereka semua. Ia bersyukur memiliki rekan yang peduli padanya.
"Siapa yang bisa menolak keadaan gawat begitu, tentu saja hanya orang bodoh yang tak maju untuk menggantikan rekannya yang terluka."
Jin Ling mengalihkan pandangannya pada sang pemuda Lan berdarah Wen tersebut dengan serius.
"Jadi, jangan berlagak menyedihkan di hadapanku dan tegakkan kepalamu, Lan Sizhui."
Mata ametisnya setengah terbelalak.
Ia bungkam sejenak kala perkataan blak-blakan tersebut tercerna di pikirannya. Perasaan kagum entah mengapa mulai menguar dalam dada.
Sesaat, Jin Ling terlihat lebih dewasa dan keren dimata Lan Sizhui.
Benar. Hampir saja dia lupa, kalau mereka sudah diajarkan untuk selalu membela yang lemah dan benar. Dengan tanpa pamrih disertai kepala menegak ke depan.
Ah, entah mengapa dirinya terasa lega karena telah berbicara pada Jin Ling. Seakan sebagian bebannya terangkat hanya dengan berdiskusi dengannya.
Ya, dia sudah bisa sedikit lega sekarang.
Lan Sizhui meraih kedua tangan Jin Ling sembari menyunggingkan senyuman lembut, hampir menyamai bunga yang melebar nan mekar. "Terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan kami semua, Tuan Muda Jin."
"!"
Sontak, dari perut atas hingga dada Jin Ling terasa seperti ada yang menggugah. Tak lupa wajahnya menghangat dengan rona merah di pipi ketika diberikan ekspresi lembut oleh pemuda di hadapannya sekarang ini, dilengkapi debaran sesak tetiba.
"Y-Ya... S-Sudah kubilang tak perlu, dasar bodoh. Percuma mengatakannya."
Hanya ada pewaris klan Jin yang hampir menahan malu dengan pemuda Lan berdarah klan Wen yang sumringah di kamar medis, berdua saja menjalin percakapan biasa pada akhirnya.
Untuk sementara ini, mari kita bersyukur akan hidup selepas maut mengintai dari pandangan jahat.
.
.
.
.
.
Di lorong lain, Ouyang Zizhen dan Lan Jingyi berjalan bersama menuju bangunan kantin dapur umum padepokan Cloud Recesses.
Lan Jingyi yang masih cemberut memikirkan hal tadi pun menyeletuk. "Oiyang-Xiong?"
Matanya melirik pada pemuda Lan, mengisyaratkannya untuk melanjutkan pertanyaan.
"Sepertinya aku belum mengenal Sizhui dengan baik."
"Kenapa bicara begitu? Kalian bersahabat dari kecil, bukan?"
Lan Jingyi mengangguk pelan sebelum menopang dagu dengan tangannya sendiri, merenungkan lagi akan hal tersebut."Tapi coba pikirkan lagi... Aku selalu merasa kalau aku tahu sahabatku dari segala aspek. Tapi setelah melihatnya dengan putri manja Jin—"
"Ling-Xiong." koreksinya.
"Iya, itu. Dan akhirnya kurasa aku masih belum sepenuhnya memahami Sizhui. Dia seperti punya sisi lain yang tak bisa kulihat. Aku malah seperti melihat sisi lain yang asing, apalagi setelah insiden kemarin!"
Ouyang Zizhen hanya bisa terkekeh sambil mengingat ketiga kawan seangkatannya. Mereka berempat memiliki karakter dan sifat sikap masing-masing yang khas. Jika ada kesamaan dari diri keempatnya adalah mereka itu pengikut setia Lan Wangji dan Wei Wuxian tiap berpergian keluar untuk berburu mayat hidup, juga kisah cinta terkenal keduanya yang legendaris.
Ouyang Zizhen menunduk sambil berjalan dengannya di dekat area taman umum, dan menyeberangi tempat tersebut untuk sampai ke bangunan yang dituju.
"Jingyi-Xiong, ingat salah satu bait syair yang diajarkan oleh Han Guang-jun?"
Lan Jingyi menoleh padanya yang melanjutkan dengan senyum tipis di bibir Ouyang Zizhen.
"Bunga yang dilihat tampak layu namun belumlah sepenuhnya mati; tiap orang selalu diberikan pandangan yang berbeda pada tiap sisi. Seperti itulah, Sizhui-Xiong mungkin memberikan sisi seorang sahabat padamu, tapi itu keputusan dia juga untuk memberikan sisi khususnya kepada Ling-Xiong."
Ouyang Zizhen tentu peka akan penyebab mengapa Lan Sizhui menjadi lebih perhatian pada Jin Ling karena tindakannya. Hanya saja, memang Lan Jingyi itu tak peka, jadi ia cukup diam dan paham saja. Bicara tentang sentimen memanglah khasnya.
"Uwah! Kepalamu sepertinya sudah penuh diisi oleh keromantisan darinya, Rasanya buat merinding kucing..." Badannya dia peluk sendiri sambil pura-pura merindih lalu terkagum, membuat reaksinya menjadi sebab tawa Ouyang Zizhen.
"Coba pikirkan, seperti katamu tadi. Sikapnya berbeda kepada Ling-Xiong, bukan? Artinya dia melakukan sesuatu sehingga Sizhui-Xiong jadi lebih... perhatian padanya."
"Hoo... Benar juga katamu. Tumben otakmu encer! Soal beginian saja kau paham, ya!" pujinya girang karena menemukan jawaban.
Baiklah, Lan Jingyi tak masalah akan itu. Setiap Lan mempunyai hak untuk mendapatkan apa yang dia perlukan.
Sementara yang bersangkutan tertawa garing, akhirnya mereka sampai dan masuk ke dalam bangunan kantin umum demi menjamu makan siang.
.
.
.
====================
The quartet juniors time! Omfg I love them so much it hurts ;v;
I decided to divide four of them as two pairs: ZhuiLing and ZhenYi. Hope you guys like my decision, because its based on my personal bias and self-indulgent. This is just side pairs than WangXian, but you'll see.
I will give you some surprise after this, because something will happen between the uncles! So look forward to it and stay tune!
As usual, thank you so much for the views, votes, and leave the comments so I can know whats on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer.
See you guys next time!~ Adios~
regards,
Author
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro