Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16 - Healing

Silau, sangat silau.

Sepertinya sudah pagi?

Entahlah, namun kesadarannya telah kembali setelah merasakan hangatnya mentari di samar dinginnya udara gunung. Lan Sizhui perlahan mengucek matanya, dan mencoba bergerak. Namun rasanya sangat sakit saat ingin duduk.

Dirinya merintih dan langsung melihat ke arah luka yang telah diperban. Seluruh bajunya telah lenyap, hanya bercelana dari jubahnya sendiri—itu pun masih ada bercak darah di sekitar dengan selimut menaunginya. Hampir seluruh lengan kirinya dan dada dekat jantung diikat rapat oleh kain khusus medis. Tangannya meraba ke perban yang mengelilingi kepalanya, merasakan denyutan luka serta obat yang mingering. Bingung merambat di pikiran, mencoba mencerna apa yang terjadi.

Ia bergumam pelan, “Tunggu dulu. Bukankah kami pergi berburu…”

Tepatnya, mereka melakukan perburuan malam rutin. Tak ada yang mencurigakan, sebelum sesuatu tiba-tiba menyerang beberapa murid yang tengah berada tak jauh dari wilayah perbatasan. Sesuatu yang gelap dan membabi buta, kontras dengan sinar rembulan kala menaunginya.

Bagai raksasa dan tak terkalahkan.

Lan Sizhui ingat sekali, ketika bersama kawan-kawan sepantarannya untuk mengusir makhluk tersebut tapi justru mereka yang diserang. Rasanya ia memegang jubah Jingyi yang berteriak memanggil namanya dengan panik. Teriakan dan raungan dimana-mana, ada yang panik untuk mencari bala bantuan dan bahkan ada yang terpental hingga menabrak pohon. Mereka semua jatuh dan hampir ingin dibunuh, sebelum ia melihat seseorang dengan jubah kuning menghadang di depannya.

Kalau dipikir lagi, jubah warna kuning identik dengan Jin.

Lan Sizhui menjadi linglung sebelum membulatkan matanya, tersadar seketika.

Dimana Tuan Muda Jin?!

Panik menyerang sesaat sebelum menoleh dan menemukannya di dalam ruangan yang sama. Tak jauh dari kasurnya, ada Jin Ling yang terbaring tak berdaya. Dengan hampir sebagian daerah vitalnya terperban, bahkan sampai pipi kanan pun ada bekas memar yang kontras di kulit putihnya. Lutut kanan hingga bawah diberi kain medis dan tongkat kayu sebagai penopang bagai gips—terlihat dari selimut yang sedikit transparan.

Rasa khawatir mulai muncul di dada dan tak menyangka kalau akan begini kejadiannya. Jika Lan Sizhui tahu kalau ada makhluk kuat seperti itu, maka ia takkan mengizinkan para murid lain untuk pergi berburu.

Perlahan ia mencoba turun dari kasurnya, meringis sesaat sebelum suara orang berjalan dan pintu terbuka terdengar di telinga.

"Sizhui!"

Suara familiar memanggilnya, membuatnya menoleh dan mendapati Lan Jingyi yang membawakan nampan berisikan semangkuk obat medis.

"Jingyi…"

Ah, senangnya melihat Lan Jingyi baik-baik saja. Ada sedikit kelegaan ketika bertatapan dengan sang sahabat.

"Apa yang kau lakukan? Kau masih terluka, jadi jangan bergerak dulu!"

Lan Jingyi menuju sang kawan setelah meletakkan nampan di meja, lalu kemudian membantu Sizhui untuk berbaring lagi.

"Tapi, Tuan Muda Jin.."

"Khawatirkan dirimu sendiri, dia tak kenapa-kenapa." bisiknya dengan suara yang tak terlalu pelan.

Meski begitu, rasa khawatirnya masih terlihat dan tetap melirik pada Jin Ling yang masih tak bergerak sedetik pun.

"Apa yang terjadi sebenarnya…?"

Gumaman itu terdengar oleh Lan Jingyi, namun memilih untuk mengalihkan perhatiannya sebelum memberikan obat.

"Minumlah obatnya dulu, baru bicara."

Rasa pahit dan penuh rempah mematikan rasa lidahnya sebelum meminum air hangat yang diberikan.

Lan Sizhui menghela nafas, berbaring dengan lemah. "Jingyi… Apa yang terjadi? Dan kenapa Tuan Muda Jin…?"

Yang bersangkutan hanya memandangnya dengan lelah. "Masih ingat saat kau terpental?"

"Sedikit."

"Makhluk sialan itu hendak membunuh kita—tapi hal itu tak terjadi,"

Pandangan sendu Lan Jingyi teralihkan kepada sang pemuda Jin yang terlelap. Ia melanjutkan, "Karena si tuan putri itu yang menghadangnya."

Ia terhenyak, mendengar kenyataan bahwa Jin Ling telah melindungi mereka berdua.

"Tidak mungkin…"

"Itulah yang terjadi di depan mataku. Kulihat dia berdarah di sekujur tubuh, namun masih sok berdiri tegak. Cih."

Rasanya kesal karena tak bisa melakukan apa pun saat itu. Dia sungguh ingat saat Jin Ling berteriak lantang, dengan muka berdarah dan masih berani mengomel padanya.

Dasar bodoh! Pergi dari sini!

Lan Jingyi memejamkan matanya. "Untungnya Ouyang-Xiong membawa Jenderal Hantu dengan ajimat senior Wei sebagai penanda bahaya. Kalau tidak…"

Kalau tidak, mereka akan terbunuh dan medan perburuan menjadi lokasi kolam berdarah dadakan.

Sungguh mengerikan malam itu, melebihi malam-malam saat konflik di Kuil Guanyin dan gua berisi patung penari dulu.

Mereka semua hampir tak berdaya, sebelum Ouyang Zizhen datang dengan Wen Ning untuk membawa mereka semua kabur dari sana menuju Cloud Recesses.

Lan Sizhui menunduk sedih, masih tertegun karena mendengar kronologi dari sisi kawan seperguruannya.

"Lalu bagaimana yang lainnya?"

"Banyak yang mengalami luka sedang."

Tapi, yang paling berat memanglah yang dialami oleh Jin Ling. Secara teknis, dialah yang paling dekat dalam menghadang dan menyerang makhluk tersebut. Mau tak mau, semuanya khawatir akan keadaan kritis sang pewaris klan Jin yang tak menentu. Entah kapan bisa bangun, paramedis mereka pun tak tahu pasti.

Sang pemuda yang berperban di kepala bertanya pelan, "Jingyi… Menurutmu dia akan baik-baik saja?"

Hal itu membuat Lan Jingyi menghela nafas capek dan mendecih. "Kau ini, mementingkan orang lain terus. Urusi dirimu dulu untuk sembuh, baru bertanya soal yang lain. Aku tahu kalau dia tak lemah, Sizhui!"

Bahkan Jin Ling tak terbangun sama sekali dari tidur meski sahabatnya ini menyentak dengan volume keras. Dimarahi begitu, ia senang kalau sahabatnya ini perduli sekali meski tak terlihat begitu. Ya, yang penting ia dan Jin Ling harus sembuh terlebih dahulu.

"Ya… Terima kasih, Jingyi. Kau tak terluka, bukan?" Sizhui tersenyum lembut, disambut anggukan singkat dan menyelimutinya ketika berbaring dengan benar.

"Aku hanya lecet di lutut, tak masalah. Sudahlah, istirahat dan makan sarapannya. Aku akan mengambilkannya dulu." Sang pemuda Lan yang tidak Lan itu bangkit dan menoleh lagi, "Awas kalau turun dari kasur."

Hanya kekehan kecil sebagai balasan, sebelum Lan Jingyi keluar dari kamar tersebut.

Lan Sizhui terdiam sejenak sebelum menolehkan kepalanya pada sang tuan muda yang tertidur lelap. Rasa bersalah membuatnya makin tak berani untuk membangunkannya juga. Dirinya hanya bisa berharap kalau Jin Ling akan bangun dan mengomelinya seperti biasa.

"Tuan Muda Jin… Cepatlah bangun."

Gumaman tersebut begitu pelan sebelum rasa kantuk menjalar, membawanya ke dalam mimpi. Sehingga ia tak bisa melihat kalau jari telunjuk Jin Ling yang tak diperban bergerak dengan gerakan lemah.

.
.
.
.
.

Tapak kaki tersebut terlihat terburu-buru menghampiri seseorang yang hendak ke dapur ruang makan Cloud Recesses.

"Jingyi-Xiong!"

Kepalanya menoleh, berbalik perlahan saat melihat tuan muda klan Ouyang menghampirinya dengan berlari terburu-buru.

"Ah, Ouyang-Xiong. Jangan berlari di Cloud Recesses."

Ouyang Zizhen menggaruk kepalanya saat kembali berjalan biasa dan sudah dekat.

"Maaf, maaf. Tapi apakah kau sudah ke ruangan Sizhui-Xiong dan Ling-Xiong?"

"Iya. Aku hendak mengantarkan makanan pada Sizhui, dia saja yang sudah bangun."

"Begitukah? Syukurlah… Aku juga ingin ke sana. Kita sama-sama-saja."

Akhirnya mereka mengambil nampan berisikan makanan dan mulai berjalan di lorong diam.

Lan Jingyi menunduk perlahan sambil menyahut, "...Ouyang-Xiong, terima kasih."

Mendengar itu, yang bersangkutan menoleh.

"Eh? Kenapa berterima kasih?"

"Kalau kau tak membawa Jenderal Hantu atau talisman Senior Wei, pasti kita semua takkan selamat."

Ouyang Zizhen terkekeh. "Ah, bukan masalah. Lagipula, situasinya sedang gawat jadi aku teringat akan talisman yang diberikan waktu itu."

"Karena kau sudah membantu kami, maka aku akan memberimu imbalan!" ujar Lan Jingyi tanpa memikirkan perubahan ekspresi Ouyang Zizhen yang ramah.

"Tidak perlu repot, Jingyi-Xiong. Aku adalah murid tamu di sini, wajar kalau membantu sesama murid. Yang penting semuanya selamat."

Masih gigih, sang Lan menawarkan lagi. "Tak apa! Kalau mau, hmm… Akan kutraktir makan ayam! Bagaimana, setuju? Kau bisa minta lomba lagi seperti yang kemarin. Kau ‘kan kalah dariku."

"Itu sudah bulan lalu. Ya sudahlah, baik. Aku terima imbalanmu. Pokoknya kita lihat siapa yang bisa menang di kompetisi makan kali ini."

"Siapa takut!"

Mereka berbincang sejenak sambil berjalan, sebelum melihat Lan Xichen yang menyurusi lorong berlawanan.

"Ah, Zewu-jun."

Kedua murid membungkuk hormat sembari disambut anggukan oleh sang pemimpin sekte Lan.

"Tuan Muda Ouyang, Jingyi. Apakah kalian sudah memeriksa keadaan para korban?" tanyanya.

"Sudah, kondisinya kebanyakan sudah mulai membaik." jelas Lan Jingyi, yang disambung oleh Ouyang Zizhen.

"Untuk Sizhui, dia baru bangun. Ling-Xiong saja yang belum, Zewu-jun."

Lan Xichen mengangguk-angguk, menerima kabar terbaru tersebut. "Begitukah… Jadi hanya Sizhui, ya? Baiklah, terima kasih untuk informasinya. Paramedis akan merawat mereka, kalian bisa istirahat nanti dan belajar di kelas seperti biasanya."

"Baik. Hmm? Anda mau kemana, Zewu-jun?"

Lan Jingyi memperhatikan kalau Shoyue dibawa olehnya di pinggang—karena jika seorang kultivator berada di kediamannya, mereka membawa pedang hanya jika untuk pergi keluar saja.

"Saya ada keperluan di luar, jadi yang menjaga untuk sementara adalah Wangji. Kalau ada keadaan yang gawat, katakan padanya maka saya akan segera kembali."

"Baik, hati-hati di jalan, Zewu-jun."

Mereka membungkuk sebelum berdiri lagi, melihat sang pria Gusu melangkah menjauh untuk ke arah lain.

Lan Jingyi setengah berbisik sambil terus menatap ke arah perginya Lan Xichen.

“Ouyang-Xiong, memangnya Zewu-jun punya keperluan apa kali ini?”

Ouyang Zizhen membalas, “Hei, jangan begitu. Siapa tahu hal itu penting. Sudah, ayo kita antar sarapannya dulu.”

Akhirnya, mereka kembali ke lorong untuk berjalan menuju kamar medis yang dituju. Sementara itu, Lan Ruhi yang tengah berjalan menuju ruang musik melihat sekilas kalau keponakannya itu melintasi lorong yang menuju arah luar untuk ke gerbang depan Cloud Recesses.

Penasaran, dirinya mengikuti dari jauh.

Dari kejauhan, tampang Lan Xichen biasa saja. Tapi jika dipikirkan lagi, bahasa tubuhnya beda dari yang lain. Tampak sarat gundah menghiasi pergerakannya. Seperti terburu-buru untuk menuntaskan sesuatu.

Ada yang lain, pikir Lan Ruhi yang memperhatikannya keluar dari gerbang dan terbang menggunakan Shoyue.

Lelaki yang sekarang menjadi wanita tersebut hanya berspekulasi bahwa sesuatu terjadi lagi setelah insiden kepulangan ekspedisi.

“Sudahlah. Itu urusannya sendiri. Aku harus ke ruang musik, nanti A-Ren marah.”

Ia tak mau membuat suaminya yang ketus menunggu lama karena dirinya, meski menghukumnya nanti malam bukanlah hal yang terlalu buruk.

Lan Ruhi bersenandung dan menghilang saat berbelok di balik lorong selanjutnya, meninggalkan pemikiran Lan Xichen yang tengah berusaha untuk melakukan sesuatu—yang pasti berdampak cukup besar dalam suatu hubungan.

.
.
.

====================

I AM FCKING BACK, BIXHES!!

FINALLY I CAN UPDATE WEEKLY AND KEEP MY PROMISE!!! So, be looking forward for this book and love JC babies! As usual at 7 PM on Sat/Sun!~~~ 💜💜💜

Meanwhile the juniors are doing on their own to heal the trauma after the incidents.

And since Ouyang Zizhen is so minor, might as well add him and make them as The Quantruplet Juniors. I really like this sentiment boi cuz he is just like me. Too in deep emotional and anxiety. Love this child, plz. :")))

I want this chap to be titled as 'Tilik' but that would out of content so yeah ( ͡° ͜ʖ ͡°)

Do not want to ghibah anymore. I'm doing Asyura fasting lmao

As usual, thank you so much for the views, votes, and leave the comments so I can know whats on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer.

See you guys next time!~ Adios~

regards,

Author

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro