Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14 - Wanted Dead or Alive

Persiapan perjalanan telah dilakukan, dan para kultivator yang dibutuhkan sebagai anak buah telah dikumpulkan. Maka dengan begitu, ketiga sekte tersebut memulai perjalanan ekspedisi kecil menuju tempat yang dituju.

Tempat perkara kejadian beberapa hari yang lalu; hutan perbatasan wilayah Gusu dan Qinghe.

Lokasi tersebut telah disterilkan dan dipersiapkan. Di tempat itulah di mana telah memakan banyak korban luka dalam waktu yang singkat. Kekuatan yang menyerang mereka pun tak ada yang tahu, bahkan makhluk jenis apa yang yang sampai membuat seluruh Cloud Recesses geger pun tak ada yang bisa melihat bagaimana bentuknya.

Hanya perkataan spekulatif yang terngiang di pikiran setiap murid muda ketika menyaksikan bagaimana rupanya.

Besar. Hitam. Gelap.

Deskripsi yang mendasar itulah yang membuat Jiang Cheng sedikit yakin jika mimpinya adalah pertanda dan bukan bunga tidur semata.

Kepalan tangannya semakin mengeras, frustasi dalam benak kala mempercepat kekuatannya dalam menerbangkan Sandu yang dipijakki.

Nie Huaisang yang menumpang dan berpegangan di belakangnya hanya bisa bungkam karena tak mau memperkeruh suasana yang tegang sedari pagi mereka berangkat.

Kala lembayung mulai menampakkan diri, kelompok ekspedisi kecil tersebut turun ke tempat kejadian perkara.

Jiang Cheng memperintahkan untuk berpencar mencari petunjuk yang bisa didapatkan, dan dimulailah para anak buah bertebaran di seluruh penjuru hutan.

Nie Huaisang membuka kipasnya sambil melihat ke sekeliling. Beberapa pohon roboh dan banyak ajimat pelindung bertebaran di sekitar.

"Jika semuanya diserang bersamaan, makhluk itu pasti sangat kuat..."

Dengan sampai melukai Jin Ling dan anak-anak lain, dan membuat energi gelap yang sampai bisa berdampak besar daripada kekuatan Wen Ning. Meski pun mencoba melawan tapi pasti akan tetap kalah.

Nie Huaisang mendekati Jiang Cheng yang sudah bersiap dengan Sandu di tangan kanan.

"Jiang-Xiong, kau yakin di sini tempatnya?"

"Buat apa kita di sini kalau bukan tempatnya, bodoh?"

Sang pria Yunmeng menatap ke area lainnya. Tak ada tanda dari makhluk tersebut sejauh ini. Apakah memang akan menyerang dalam gelap atau saat selesai matahari terbit—mereka pun tak tahu.

Namun yang dipasti, hutan yang mereka jejakki sekarang dalam sekejap mulai menampakkan sisi kesunyiannya yang tak terkira.

Heningnya bagai tak terbayangkan dalam lubuk jiwa, hutan mana yang lebih hening daripada wilayah perbatasan Gusu-Qinghe?

Gendang telinga Jiang Cheng menangkap suara yang familiar.

Matanya melirik pada kedua rekan sektenya dan disambut anggukan pelan.

"Semuanya, bersiap dalam posisi." Lan Xichen memperingatkan pada semuanya untuk berhati-hati, mengeluarkan Shoyue saat itu juga.

Nie Huaisang menyarungkan kipasnya, menghela nafas dan mengeluarkan Huizhi dari sarungnya, tak pernah dia membayangkan kalau dirinya akan melawan makhluk mengerikan dengan pedang baru tersebut.

Yang dia tahu sekarang, semua orang yang ada di sini telah berani menantang maut kepada makhluk mengerikan yang telah muncul di hadapan mereka saat ini dengan raungan kencang.

"Serang!"

Dengan cepat semuanya mulai mengencangkan serangan untuk mengeroyokki makhluk yang muncul di antara semak belukar. Bertubuh panjang dan besar, bagai tali raksasa yang memiliki dua mata merah yang tajam dan siap mematikan siapa saja lawan di depannya. Warna kulit hijau daun mulus, tanpa corak, bagaikan giok yang terpoles. Bermahkota kemerahan bagai naga. Namun energi yang mengelilinginya sangat besar, bahkan membuat sesak nafas meski dalam radius 800 meter.

Jiang Cheng berlari dengan Zidian di tangannya dan menaikki Sandu, mencoba membuat dampak serangan yang ia berikan, namun hampir terkena akan tebasan ekor makhluk tersebut kalau tidak menghindar sedetik saja.

"Huaisang!"

Ia menoleh, mendapati kalau yang dipanggil malah berteriak ketakutan, menghindari serangan dengan cekatan.

"Arghh!! Aku tak mau!"

Julukan lemah dan 'Head-Shaker' benar-benar pantas untuknya.

Dia melompat dari satu pijakan ke pijakan lain, menghindari dengan kecepatan yang cukup mantap. Ia benar-benar tak tahu harus bereaksi apa lagi saat didukung bertarung begini.

"Ini bukan saatnya untuk takut! Lawan makhluk itu!!" serunya kesal melihat kawannya berkutat dalam kerepotan menghindari serangan, sementara anak buah sekte yang kekuatan militernya besar pun mulai terpontang-panting kerepotan melawan hingga luka sedang.

Makhluk tersebut berwujud ular raksasa, jenis amfibi yang bisa bertahan di air dan darat sesuai keadaan. Hewan malang tersebut sebenarnya hanya mencari makan dengan memangsa kijang, burung, dan hewan ukuran sedang yang ditemuinya.

Termasuk manusia; jika memang mengamuk dengan energi gelap seperti sekarang di hadapan Jiang Cheng dan awak lainnya.

Sudah jelas kalau inilah yang menyerangnya kemarin ketika mencari Jin Ling! Ia yakin akan indera perasa energinya.

Lebih hitam dan lebih pekat energi dendam daripada milik mayat hidup anak buah Wei Wuxian.

Ular tersebut telah dirasukki oleh energi hitam yang kuat.

Sementara itu, Lan Xichen maju terlebih dahulu. Bersama beberapa anak buah Lan yang kompeten, mereka berstrategi untuk mencoba mendekati ular tersebut, mencari titik lemah jika ada dan harus bisa berhati-hati—itulah yang terpenting dalam prinsip pertarungan klan Gusu Lan.

Naas, hal tersebut membuat ular tersebut makin meraung keras dan nyaring dalam kemarahan yang menggema di seluruh hutan, mengakibatkan beberapa cabang pohon sekitar patah ke tanah dan mencederai pengikut ekspedisi kecil mereka.

Para penyembuh di garis belakang membawa yang cedera untuk diobati dengan segera, menjauh dari area pertarungan.

Pecahan suaranya memekakan telinga yang mendengar, bahkan sampai membuat potensi darah mengucur dari indera mana saja—mau acak pun bisa ada dua atau tiga bagi orang biasa tanpa kultivasi yang terluka kalau tak terlindungi. Raungan kesakitan para anak buah ketiga sekte pun bersinggungan, dan hampir tak terelakkan kalau akan ada yang hampir tuli jika tak diselamatkan oleh mantera pelindung. Monster ular yang kuat sudah dikelilingi energi hitam, seakan dirasukki untuk menjerit pilu akan kesedihan dan kemarahan.

Lapar, haus darah, serta siap mencabik apapun yang ada di hadapannya agar terpuaskan.

Banyak energi hitam yang terkumpul menjadi satu, membuat ular malang tersebut terasukki dan dikendalikan dengan menjadi monster penghancur hutan.

Dalam pikirannya, Lan Xichen memutuskan akan menginvestigasi ular tersebut untuk tujuan kejadian perkara kasus penyerangan murid junior yang telah lalu.

Sang pria Gusu menambah keluwesan dalam berselancar di udara mengunakan Shoyue, menyerang makhluk itu dengan gesit. Raungan semakin keras, membuat liukannya juga tak kalah lentur untuk menangkap mereka yang terbang mengelilinginya. Beberapa murid Gusu Lan menebarkan energi putih untuk menetralkan serta melemahkan kekuatannya.

Namun yang ada, mereka terhempas jauh oleh tebasan ekor yang keras. Serangannya tak bisa dibaca dan itu menjadikan Jiang Cheng sibuk berpikir sambil menatap pertarungan yang tengah terjadi.

Ia ingin melawan, tapi setiap kali hendak memecut malah gerakannya terhentikan oleh kepala ular yang ingin mencabiknya.

Berpikirlah, Jiang Wanyin! Kau harus melemahkannya!

Teriakan hatinya yang mengutuk betapa lemahnya dirinya sendiri, membuat lidahnya berdecih dan giginya menggigit bibir bawahnya sendiri. Betapa kesalnya jika tak bisa melawan!

Tapi sekarang Jiang Cheng tak bisa diam saja, dikarenakan banyak yang mulai mundur karena luka dan hempasan, dan mereka makin kekurangan tenaga saat tengah pertempuran seperti ini.

Apakah tak ada cara lain?

Nie Huaisang bersembunyi di balik punggung Zonghui, sang pengawal pribadinya yang melindungi juga.

"Tuan Nie, jangan menarik jubah saya. Saya susah bergerak."

Nie Huaisang menggeleng keras seperti biasa, tetap menggenggam pada pakaian sang pengawal. "Tidak mau! Coba saja kalau makhluk ini ada kelemahan, pasti bisa dihentikan!"

Kelemahan... Titik lemah ular... Ekornya!

"Itu dia!"

Ia langsung berteriak pada Lan Xichen yang tengah menghindari kibasan ekor ular yang hampir mengenainya.

"Zewu-jun!"

Lan Xichen menoleh, meminta isyarat pada pria Yunmeng yang memanggil.

"Terbanglah ke arah atas dan buat dia berputar! Aku yang akan melakukannya!!"

Yang disahuti langsung paham akan maksudnya dan mengangguk pelan, sebelum langsung terbang menuju arah yang diinstruksikan, membawa beberapa murid untuk sekaligus menyerang dengan energi penetral. Sang pemangsa meraung keras lagi dan mengikuti mereka hingga tanpa sadar telah berputar-putar.

Jiang Cheng mencoba menghindari apapun yang menjadi halangan dan mulai mencari titik lemah tertentu di badannya.

Dan akhirnya ia melakukannya.

Jiang Cheng menekuk ekor dengan Zidian yang memecut serta melilitinya. Tanpa butuh waktu lama, ular tersebut langsung mulai tersentak lemas dan menjatuhkan badannya ke tanah.

Debu berterbangan karena hempasan angin dari badan panjang sang reptil, namun tak ada pergerakan sama sekali.

Semua anak buah yang ada di sana lega dan mulai mencoba mendekatinya, ingin menumpas habis namun dicegah oleh gertakan Jiang Cheng.

"Sentuh sedikit saja, kalian kubuat mati juga."

Seketika, mereka mengurungkan niatnya.

Nie Huaisang mendekati Lan Xichen yang turun dan mendekati kepala ularnya.

"Besar sekali ularnya..." Sang Nie kedua membuka kipas lagi, menghela nafas.

Jiang Cheng turun dari Sandu dan mendekati keduanya, "Zewu-jun, coba periksa ular ini."

Setelah diamati, ada tanda hitam di atas dahi reptil tersebut. Cukup familiar.

Ketiganya terkejut.

"Ini tanda dari—!!"

Sontak kaget berjamaah, ketiganya mundur beberapa langkah saat menyaksikan gelombang energi hitam yang terkumpul banyak pun keluar dari badan ular dan kabur dalam sekejap.

Melihat energi tersebut mengembang ke udara atas, Jiang Cheng mengendarai Sandu dan mengejarnya secepat yang ia bisa mengandalkan sisa tenaga kultivasinya. Setelah tumbang, ular yang tak berdaya itu dibawa oleh para murid dan anak buah ketiga sekte tersebut untuk diperiksa demi investigasi dan pemeriksaan, tak berani untuk dibunuh.

Nie Huaisang dan Lan Xichen menaikki Shoyue dan menyusulnya, walau merasa dalam hati seperti takkan bisa menghadapi yang akan terjadi kelak.

Dikarenakan arah energi menuju suatu tempat yang familiar—sekaligus kenangan kelam bagi ketiga lelaki tersebut.

Kuil Guanyin.

.
.
.

====================

Heyya~ Its me. Yo boi #plakk

Sorry for the late update. I really need to do many things so yeah bear for it.

I did double chapters so you guys can enjoy the story to be more in depth. And yeah, ngl I think there will be more conflicts than fluff after this. But dont worry, I have preparing more surprises in other next chapters about jc's oblivious trait. Love rivals are coming, you thirsty shippers.

Btw since Nie Huaisang does not have a sword, I made it myself based on Nie Mingjue's Baxia. But its like the smaller version or miniature for him. Probably 2 times smaller so he can control it.

The sword name is Huizhi; 薈治 as the pinyin traditional one.

薈 means shady. Ya know what I mean, eh? Okay? OK.

治 means control, or possibly manipulate. Want the latter, to be exact. Since he is the mastermind and the great actor.

Btw the snake for this reference is from a manhwa title Volcanic Age. Its a great one. Wont regret it to read it.

Its just a fanmade and I only put it in google translate, so might need some corrections if you guys know about anything wrong in the pinyin and romaji. Let me know in the DM or comment.

As usual, thank you so much for the views, votes, and leave the comments so I can know whats on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer.

See you guys next time!~ Adios~

regards,

Author

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro