Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13 - Meeting

Perjalanan menuju Qinghe memakan waktu yang tak cukup lama jika mengendarai pedang sendiri. Kedua pemimpin sekte tersebut meluncur dengan cepat dan tak terburu-buru di atas atmosfer udara.

Salah satu kepala sekte berpita dahi Lan melirik ke arah pria berpakaian serba ungu yang berada tak jauh darinya.

Shoyue yang ia naikki mengikuti dari samping meski berjarak beberapa puluh meter dengan yang bersangkutan. Terlihat kalau kestabilannya mengendarai pedang sedikit di percepat, benar-benar mengindikasikan bahwa orang tersebut ingin sekali cepat sampai ke tempat tujuan.

"Jiang-Zhongzhu,"

Jiang Cheng yang dipanggil pun menoleh beberapa detik kemudian.

Lan Xichen hanya melempar senyuman tenang padanya. "Tenangkan hati Anda. Kita akan segera sampai."

Mendengar itu, Jiang Cheng hanya diam membalikkan pandangan untuk tegap kembali ke arah depan. Meski membalas tanpa kata, Lan Xichen tahu bahwa yang berkaitan tengah gundah gulana akan permasalahan insiden kala itu.

Makhluk yang masih tak mereka ketahui memang menjadi misteri tersendiri, dan bagi mereka itu adalah masalah yang musti dituntaskan. Hal seperti itu harus ditindak tegas sebelum memakan korban dan kesedihan lagi seperti yang terjadi kepada para pelajar sekte Cloud Recesses.

Tak lama kemudian, sudah nampak bangunan yang menyerupai benteng. Stone Castles berdiri kokoh menjulang tegap. Gerbang batu besar yang tegak berdiri terlihat kokoh saat keduanya mendarat di permukaan tanah, turun dari pedang terbang kultivasi masing-masing.

Seorang anak buah Nie yang berjaga memberi hormat pada keduanya setelah menghampiri.

"Zewu-jun, Jiang-Zhongzhu. Silakan masuk, pemimpin kami sudah menunggu anda berdua. Mari saya antar."

Keduanya dituntun menuju ke dalam wilayah ketika sepasang gerbang batu tersebut terbuka dengan lebar dan berat. Koridor masuknya bagaikan labirin beton, sebelum Jiang Cheng dan Lan Xichen mencapai sebuah tempat dimana ada seseorang yang tengah berlatih di halaman latihan sekte dengan objek tarung.

Bunyi nyaring pergerakan senjata yang digunakan mengudara dan mengiris objek di setiap sisi yang terkena sabetan. Biasanya yang berkaitan tak memakai senjata berupa kipas andalannya, melainkan sebuah pedang yang cukup bisa dibilang bagaikan Baxia berskala setengah ukuran aslinya, menjadikannya seperti versi miniatur.

Nie Huaisang mengayunkan pedang tersebut dipenuhi keanggunan, kesan gesit serta teliti nampak sekali di pergerakannya. Bahkan ketika objek latihan terpotong menjadi beberapa bagian dalam sekejap, konsentrasinya masih terlihat di mata kuning nan bulat khas turunan darah Nie.

Jiang Cheng terdiam sejenak akan pergerakan bela diri kawannya tersebut, memperhatikan gaya bertarung asal Qinghe Nie meski masih ada beberapa titik sentuhan khas Nie kedua.

Pria itu akui: Jika Nie Huaisang melatih lagi kultivasi serta stamina bela dirinya, maka dia akan sangat pantas untuk menyandang sebagai pengganti ketua sekte mendiang Nie
Mingjue.

Nie Huaisang menyisiri rambutnya yang sedikit berantakan dengan jari sebelum menoleh, mendapati kalau ada anak buah sekte andalannya beserta kedua kepala sekte berdiri menonton.

Ia menyerahkan pedang yang dipegang pada salah satu anak buah yang menunggui dengan sarung pedang, mengambil kipas kesayangannya, sebelum menghampiri kedua rekan sekte tersebut.

"Jiang-Xiong, Zewu-jun. Lama tak bersua." Nie Huaisang memberikan hormat, dibalas keduanya juga demikian.

"Semoga keadaan kalian semua baik-baik saja di sini." Lan Xichen memberikan senyuman sejuk.

"Berkat Dewa dan do'a, semuanya sehat, Zewu-jun. Terima kasih atas perhatiannya."

Jiang Cheng menampakkan raut serius. "Terima kasih sudah mau membantu kami, Nie Huaisang."

Dia menggeleng dengan kipas di tangannya, "Tak masalah, saya sudah membaca surat anda. Mari kita bicarakan saja hal ini di dalam. Banyak telinga kalau salah berucap."

Keduanya dituntun masuk oleh Nie kedua tersebut dan menuju paviliun, yang mana biasanya diadakan untuk rapat. Sudah ada beberapa makanan cemilan dan minuman agar mereka berbicara dengan serius tapi santai. Setelah duduk dan ditinggalkan sendirian, akhirnya Lan Xichen menceritakan segalanya pada Nie Huaisang, yang mendengarkan dengan seksama.

"Monster seperti itu ternyata ada...? Aneh sekali... Padahal keamanan perburuan malam juga tak ada masalah, tapi kenapa bisa sampai diserang?"

Seperti yang diduga, sang Nie juga tertegun serta sedikit ngeri akan peristiwa yang terjadi.

"Itulah yang saya bingungkan. Banyak yang terluka, meski kami bersyukur bahwa tak ada yang kehilangan nyawa. Maka dari itulah, masalah serius ini harus cepat kami tangani."

"A-Ling terkena juga saat insiden itu, makanya saya ikut untuk mengurus soal ini."

Nie Huaisang memegang dagunya sambil berpikir sejenak. "Saya bisa saja meminjamkan pasukan pada kalian. Saya juga akan mengajak para murid yang berbakat untuk mengawal kita semua. Lebih baik secepatnya kita lakukan eskpedisi ini. Perbatasan wilayah dan hutan kita sudah tak aman, bisa saja monster itu sudah menuju ke wilayah lain yang banyak warga desa tinggali."

"Benar sekali, kami juga khawatir soal nyawa tak berdosa yang akan terancam." Lan Xichen
menimpali, lalu menoleh pada Jiang Cheng.

"Jiang-Zhongzhu. Bagaimana pendapat anda?"

"Tak perlu banyak omong, lebih baik kita laksanakan secepatnya. Nyawa bisa jadi taruhan untuk soal monster seperti itu. Nie Huaisang, mohon bantuannya."

Yang bersangkutan mengangguk menyetujui akan hal tersebut. Maka telah diputuskan jika diakumulasikan dengan segala persiapan perjalanan, kalau ekspedisi akan dilakukan dalam beberapa hari lagi.

Nie Huaisang menuangkan tehnya pada kedua rekan sekte untuk sedikit bersantai.

"Tumben sekali kau berlatih pedang. Ada angin apa?" Jiang Cheng menghilangkan formalitas ketika menerima cangkir teh yang dituang.

Nie Huaisang terkekeh canggung, "Saya harus mengubah jadwal agar bisa berkontribusi di sekte dengan maksimal. Mohon maaf jika membuat bingung."

Lan Xichen tersenyum sejuk pada sang Nie kedua, meninggalkan kesan ramah. "Anda sudah melakukan yang terbaik. Tak perlu ragu lagi untuk membangun diri menjadi lebih baik."

Mendengar itu, pria penggemar kipas dan keseniannya hanya bisa menunduk sopan. "Semua berkat bimbingan Zewu-jun dan rekan sekte lainnya. Saya belajar dari pengalaman, kalau ada saatnya saya harus bisa melakukannya dengan sungguh-sungguh."

"Baguslah jikalah demikian, saya yakin sekte anda akan semakin maju, dengan kerja sama di bidang lainnya juga."

"Mohon ampun, Zewu-jun. Saya hanya bisa mengurusi bidang kesenian. Tempat saya bukanlah di bidang tertentu seperti yang anda maksud."

Sementara mereka mengobrol, Jiang Cheng menyesap tehnya. Ia memikirkan kalau Nie Huaisang memang berusaha yang terbaik untuk menjadi pengganti mendiang Nie Mingjue-atau yang biasa dipanggil dengan gelar Chifeng-zun.

Mata almondnya melirik akan Lan Xichen yang masih tersenyum, berkomentar dengan kalem layaknya air tenang di danau.

Lalu ia menatap pada tehnya sendiri, memandang refleksi wajahnya yang terlihat tajam.

"Jiang-Xiong, apa ada sesuatu?"

Karena dipanggil, Jiang Cheng mendongak pada keduanya dan menggeleng cepat, berusaha biasa saja-padahal tadi melamun sesaat.

"Bukan apa-apa."

"Kau yakin? Kalau kurang enak badan, bisa beristirahat sejenak sekalian melihat persiapan anak buah."

Yang ditawari menggeleng lagi, menyunggingkan senyuman tipis sesaat.

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan diriku."

Dibilang begitu, kedua rekan sekte tersebut hanya bisa diam. Mereka berdua tak memaksa untuk membuka mulut akan kegelisahan yang ada di pikiran Jiang Cheng, dikarenakan sudah pasti jelas akan situasi dan kondisi yang dilalui.

Dengan Nie Huasiang mengganti topik yang lebih ringan, percakapan ketiganya menjadi tak menyakitkan serta tak mengungkit apa pun yang sensitif.

Senja menjelang dan ketiga kultivator berpisah ke arah wilayah masing-masing. Perundingan telah memutuskan bahwa pasukan mereka akan berkumpul di tepi hutan perbatasan Qinghe dalam rencana ekspedisi.

Yang mana akan membuka luka lama yang baru saja dijahit sembuh.

.
.
.

====================

Finally I can update for you guys. I am so sorry for late updates because life is being a bitch, plus the quarantine life makes me more lazy and sluggish than usual.

Get ready for the action and blood. I won't promise about the hint because its fricking important subplot.

I will make the hints appear in fair fight.

Be grateful for that.

The next chapter will be showing them as a team to investigate the creature, so stay tune!~

As usual, thank you so much for the views, votes, and leave the comments so I can know whats on your thoughts about my fanfiction and I can improve to be a better writer.

See you guys next time!~ Adios~

regards,

Author

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro