Chapter 03
Angin sejuk pada sore hari berembus. Setelah beberapa waktu, para nyth yang berkumpul di dahan-dahan pohon mulai membubarkan diri. Mereka sudah bosan menonton Mizu dan anak perempuan di hadapannya bercakap-cakap.
"Apa maksudmu mau tinggal denganku? Aku ini orang asing, tahu. Jangan sembarang bicara," ujar Mizu dengan tatapan penuh selidik. Dia bertanya-tanya, apakah anak itu sadar atau tidak kalau ucapan itu membuat dirinya makin mencurigakan.
Jangankan berbicara yang aneh-aneh, keberadaannya di dunia saja mengundang segudang pertanyaan. Bagaimana bisa ada orang yang masih hidup tanpa jantung yang berdegup. Anak itu juga tidak bernapas dan sama sekali tidak dirasa kehangatan darinya saat Mizu membopongnya.
Tampang memang bisa menipu, tetapi menurut Mizu, anak perempuan di hadapannya saat itu tak kelihatan sedang menyimpan tipu muslihat. Yah, mungkin itu pemikiran yang naif.
Apa pun itu, Mizu harus membawa anak tersebut menemui salah satu arch-nyth yang tertarik untuk memberikan Anugerah mereka. Entah dia menerima atau menolak kesepakatan yang ditentukan oleh sang arch-nyth, ingatannya tentang semua yang berada dalam lindungan Pegunungan Kabut akan dihapus. Mizu tidak perlu takut kalau-kalau kekhawatirannya menjadi nyata.
Tidak mendapatkan respons apa pun dari anak itu, Mizu berbalik terus kembali melangkah. "Sudahlah. Sebentar lagi gelap. Kita harus cepat."
Si anak perempuan mengangguk setuju, kemudian turut melangkah. Dia mengekori Mizu bak anak itik mengekori induknya. Sementara itu, pikiran Mizu tengah berkecamuk, mempertanyakan tindakan yang dia baru putuskan sendiri.
××
Perjalanan mereka di Hutan Nyth tidak berjalan lancar. Dari lima kelompok nyth, yang dibuat berdasarkan elemen yang dapat mereka kuasai, sudah empat yang menolak si anak perempuan.
Nyth tanah mengejar mereka seolah mereka adalah calon makan malam; nyth angin mengempaskan mereka sampai ke teritori sebelah; nyth alam menyerang mereka dengan sulur-sulur pun tanaman rambat; nyth api membuat ujung rambut si anak perempuan terbakar.
Mizu menggerutu tidak jelas saat memadamkan api yang hampir melahap lima sentimeter dari rambut anak tersebut. Sesekali dia melontarkan tatapan sinis ke sembarang arah, barangkali Fask sedang mengawasi sambil tertawa terbahak-bahak.
Air muka si anak perempuan kian suram, membuat Mizu merasa tak enak hati. Dia bahkan kelihatan tidak peduli kalau rambutnya terus dibiarkan terbakar. Ya, sebegitu suramnya.
"Hei, jangan murung dulu," kata Mizu, berkacak pinggang. "Kita masih ada satu perhentian lagi. Kalau para nyth di sana juga berbuat onar, baru kau bisa murung sepuasnya."
Ekspresi si anak kecil tidak berubah sejak tadi, masih datar tanpa ekspresi. Namun, Mizu dapat merasakan kalau suasana hati anak itu makin buruk setelah apa yang dia ucapkan. Refleks Mizu berseru dalam kepanikan sejenak, "Aku bercanda!"
Mizu menepuk pucuk kepala anak itu. "Astaga, tenanglah," ucapnya, padahal dia sendiri juga perlu menenangkan diri. Membuat anak kecil---selain Elrit---menangis adalah hal terakhir yang dia inginkan.
Si anak kecil agak terkejut, tetapi tidak kelihatan kesal. Ia mendongak, menatap Mizu yang masih mengelus-elus kepalanya.
"Nggak ada yang namanya ditolak di sini. Kecuali kau menyimpan niat jahat." Mizu berusaha tersenyum untuk menenangkan anak itu, yang pada akhirnya tidak kelihatan seperti senyum. Dia pun menurunkan tangannya dan berkata, "Kau akan mendapatkan Anugerah itu kali ini. Aku yakin."
Setelah melihat si anak kecil sudah tidak begitu murung, Mizu berbalik untuk melanjutkan sisa perjalanan mereka. Dia meluruskan kedua tangan ke atas guna meregangkan tubuh yang sedikit pegal. "Ayo, kita selesaikan ini terus pulang. Aku lapar sekali."
Ketika Mizu sudah mulai berjalan, si anak perempuan terdiam sejenak di tempat. "Pulang", kata yang nyaris menjadi asing baginya; satu kata yang mematik rasa hangat dalam dada walau hanya sesaat. Buru-buru dia menyusul sebelum Mizu sadar kalau dia malah mematung di tempat.
Perjalanan dari teritori nyth api menuju teritori nyth air tidak memakan waktu lama. Kurang dari lima belas menit, mereka sudah tiba di hadapan sebuah danau kecil. Airnya begitu jernih sampai dasarnya berserta hewan-hewan magis yang berenang di dalamnya dapat dilihat dengan jelas. Permukaannya berkilauan, memantulkan cahaya matahari sore.
"Di sini," Mizu memanggil si anak perempuan mendekati tepian danau.
Permukaan air yang semula tenang mulai beriak-riak, kemudian muncul pusaran air kecil di tengahnya yang kian besar seiring ia bergerak ke tepi. Para nyth air, baik yang merupakan hewan darat maupun yang hidup di dalam air, menyimak dari jarak yang cukup jauh. Sepertinya mereka tidak ingin mengganggu apa pun yang akan terjadi pada sore hari itu.
Pusaran air tersebut membesar hingga seukuran orang dewasa. Wujudnya perlahan terbentuk menjadi sosok wanita yang begitu anggun, mengenakan gaun panjang yang menyatu dengan danau. Rambut pendeknya menggelung layaknya ombak pasang sebelum mencapai tepi pantai. Mata sayu miliknya mendapati dua orang pengunjung yang menyaksikan kemunculannya sampai ternganga.
Wanita itu tersenyum lembut, lantas mengambil posisi bersimpuh. Paruh bawah tubuhnya masih menyatu dengan danau, seakan-akan dia adalah bagian dari danau itu sendiri. "Hmn, sungguh menarik tamu yang kudapati hari ini," ucapnya mendayu.
Menoleh pada si anak perempuan, wanita itu kembali bersuara. "Kamu kemari untuk menerima Anugerah, bukan?"
"Y-ya. Aku ingin tinggal di sini," ujar anak itu sedikit tergugu.
Si wanita mengangguk. "Ya, aku mendengar kalian bercakap." Ia melirik Mizu sebentar, lalu wajahnya berubah lebih sendu. "Aku hanya sedih karena kalian menjadikanku pilihan terakhir."
Mizu terperanjat. Telinga pun ekornya berdiri tegak. Mengalihkan pandangan, dia menyahut, "I-itu karena lokasimu yang paling jauh. Maaf ... Qert."
Wanita yang dipanggil Qert itu, seorang arch-nyth air, tertawa kecil. Wajahnya kembali cerah kala ia membalas, "Aku hanya bercanda, Mizu. Kamu masih saja menggemaskan."
"Siapa yang menggemaskan!?" Mizu menyalak, tetapi tidak digubris oleh Qert yang sudah kembali fokus pada tamu yang lain.
"Kemarilah, wahai anak berdarah campuran," panggilnya lembut.
Tidak sampai tersentak, tetapi Mizu mengakui bahwa dirinya terkejut saat mendengar itu: anak berdarah campuran. Tidak ada yang bisa disebut demikian selain anak yang lahir dari pasangan manusia dan tycal. Dan, itu sangatlah langka, mengingat bahwa sebagian besar dari ras tycal membenci manusia.
Si anak perempuan melangkah maju mendekati Qert. Dia sampai harus mendongak karena perbedaan tinggi mereka yang cukup jauh.
"Pejamkan matamu," pinta Qert saat dirinya sendiri sudah menutup mata. "Ini tidak akan lama."
Anak perempuan tersebut melakukan seperti yang diminta, kendati hatinya dilanda perasaan tak mengenakkan. Tidak dipahaminya, tetapi itu adalah rasa gelisah sebab dia tidak tahu apa yang akan terjadi.
Qert mengulurkan tangan di hadapan si anak perempuan. Sejumlah air muncul, membentuk spiral nan panjang yang kemudian menari di udara, mengitari anak tersebut.
Mizu menatap kagum. Seumur hidup, belum pernah dirinya menyaksikan Qert memberi Anugerah kepada seseorang. Saking indahnya pemandangan itu, segala pertanyaan yang tadi berkerumun dalam benak Mizu lenyap menguap.
Perubahan pertama dan biasanya yang paling mencolok dalam proses serah-terima Anugerah itu adalah bagian rambut. Semula berwarna cokelat muda nan pucat, kini berwarna biru pudar. Volume rambutnya pun bertambah. Mizu tidak bisa melihat jika warna matanya berubah atau tidak, tetapi yang pasti adalah telinga anak itu berubah. Dan, tunggu.
Fitur nyth yang dia dapat mirip sekali dengan milik Mizu: telinga dan ekor, yang kalau Mizu serupa rubah, anak itu serupa serigala. Perbedaan lainnya, tidak menghitung warna, adalah panjang ekor yang hanya setengah dari milik Mizu dan bentuknya yang menggulung.
Ada pertanyaan yang hendak Mizu ajukan. Namun, dia yang paling tahu untuk tidak menyela proses tersebut.
Usai transformasi, anak perempuan itu tergugah untuk mengintip pantulan dirinya pada permukaan danau. Tangannya tanpa disadari bergerak mengusap rambutnya.
"Bagaimana? Kamu suka?" tanya Qert. Senyum lembutnya memancarkan kepuasan kala anak itu mengangguk.
"Baiklah. Sekarang, bolehkan aku meminta namamu?" Qert bertanya sekali lagi.
Baik si anak kecil maupun Mizu terdiam. Namun, masing-masing memikirkan hal yang berbeda.
Mizu, lagi-lagi panik dalam diam. Sejak bertemu, sama sekali tidak terpikirkan olehnya untuk menanyakan nama anak itu. Memperkenalkan dirinya sendiri juga tidak! Lalu, sekian detik kemudian, Mizu sadar bahwa dia punya alasan bagus untuk itu. Sekian detik lagi, barulah dia sadar kalau ada yang salah dengan apa yang dilakukan Qert.
Anak kecil itu. Apa ingatannya nggak dihapus? Atau apa pertanyaan itu hanya untuk mengujinya?
Menatap si anak kecil, didapatinya anak itu menggeleng atas pertanyaan Qert.
"Aku nggak punya nama," akunya.
Mizu dan Qert sama-sama terkejut.
Anak itu, sambil memainkan rambutnya, berkata, "Dulu ... orang tuaku memberiku nama. Tapi, aku nggak ingat."
Qert segera mendekat, lalu dia mengusap pipi si anak perempuan. "Tidak apa. Jangan bersedih." Dengan gerakan lembut ia menata rambut anak itu sedikit. "Lagi pula, kamu akan mendapat nama baru, sama seperti semua penghuni lembah ini."
Menoleh pada Mizu, wanita itu bertanya, "Putra Fask, mungkinkah dirimu memiliki nama indah yang bisa diberikan padanya?"
"Hah?" Mizu balas menatapnya sambil bersedekap. "Bukannya para arch-nyth punya banyak persediaan nama buat pendatang baru?"
"Tentu, kami punya. Namun, berhubung kamu ada di sini, tidak ada salahnya jika aku meminta saran."
Mizu pun menghela napas panjang baru mengembuskannya dengan kasar. "Baiklah." Memalingkan wajah, dia berpikir sejenak sebelum berceletuk, "Bagaimana dengan ... 'Ryanne'?"
Senyum Qert kembali mengembang. "Ryanne?" Kedua telapak tangannya dipertemukan. "Sungguh nama yang indah. Bukankah begitu?" tanya Qert pada si anak perempuan.
Anak perempuan tersebut mengangguk. Ekspresinya masih saja datar, lebih lagi dengan mata yang kini berwarna kelabu, tetapi bisa dirasakan ada setitik kehangatan di sana. "Aku suka."
"Baiklah kalau begitu." Qert tampak senang, mengabaikan beragam protes yang Mizu layangkan dari samping. "Mulai sekarang, namamu adalah Ryanne, putri dari Qert."
To be continued ....
Glossaries
• Arch-nyth : Pemimpin yang dimiliki tiap kelompok elemen; entitas yang lebih tinggi daripada nyth
• Humanyth : Manusia setengah nyth
• Nyth : Hewan magis dengan kekuatan elemen
• Tycal : Ras yang mendominasi dunia itu
• Yuima : Penjaga Pegunungan Kabut
××
Clou's corner:
Wah, udah dua arch-nyth yang muncul, Fask sama Qert. Vibe mereka beda banget, ya
Dan akhirnya Ryanne resmi muncul! Yey!
05-05-2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro