Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Rahasia bersama

HAPPY READING!

"Gue enggak punya rahasia," ujar Galang sembari menatap ke sekitar. Mallnya lumayan ramai dan Hara menatapnya dengan sengit.

"Semua orang itu punya rahasia." Hara menaikan nadanya tidak suka. Menyebalkan karena cowok itu bisa-bisa berbohong saat dirinya sudah mengungkapkan rahasia yang bahkan hanya Tuhan, dirinya, Mellindya yang tau.

"Gue punya tapi gue enggak mau ngasih tau lo," ujar Galang membuat Hara berdecak sebal.

"Adil dong. Gue udah ngasih tau rahasia gue." Hara mengeluh sembari menggebrak meja sementara Galang menimang-nimang.

"Gue mau bikin aplikasi juga kayak lo." Galang akhirnya mengucapkannya sementara Hara menatapnya tidak percaya. Membentuk mulut seperti huruf 'O'

"Ngikut-ngikut." Komentar Hara setelahnya sementara Galang berdecak gemas dengan tingkah Hara yang sangat tidak percaya.

"Beneran. Gue mau bikin aplikasi buat orang banyak. Aplikasi yang bisa mendengarkan semua keluh kesah orang dan bisa memberi saran buat mereka ataupun semangat." Galang jadi cerewet membuat senyum Hara tersungging.

"Keren amat ide lo. Gue bantu bikin gimana?" Hara bertanya, dirinya sangat senang dengan jawaban Galang yang se frekuensi dengannya.

"Enggak. Gue mau belajar bikinnya bukan minta dibikinin." Komentar Galang sembari menatap Hara dengan wajah cemberut.

Hara dengan senyumnya yang pahit mendengus. "Gue ajarin. Gimana?"

Hara menyodorkan tangannya dan tersenyum meminta untuk lawan bicaranya menyambut tangan miliknya.

Galang tersenyum lalu menyambut tangan Hara yang sedari tadi tergantung, ini rahasia mereka bersama.

***

Hara melirik ke arah manusia yang ada di sebelahnya. Menatapnya tanpa berkedip dan mengeluh kesal.

"Gue pikir lo pinter. Ternyata se bego ini. Gue jadi bingung bahkan yang dasar aja lo enggak ngerti. Gue udah jelasin hal yang sama tiga kali lagi." Hara berujar frustasi baru menemukan manusia yang benar-benar tidak bisa diajak komunikasi. Setiap dia menjelaskan laki-laki itu terus memotong dan mengungkapkan pendapatnya.

Ini Hara mengajari atau memang mau mengajak berdebat saja dengan Galang?

"Iya, gue cuma menyampaikan pendapat doang. Lanjutin." Galang mengetuk mejanya meminta Hara melanjutkan ucapannya. Perempuan cantik itu berdecak, kembali menarik napas dan berbicara.

Hara kembali menjelaskan dengan tenang kali ini Galang sudah tidak bersuara. Dia sudah tidak memprotes apa pun lagi.

"Kerjain coba. Gue juga butuh waktu buat bikin kerjaan gue sendiri." Hara berbicara dengan judes, perempuan itu langsung menyodorkan bukunya dan bergeser mengeluarkan barangnya dan mulai membuat tugasnya yang tertunda.

Galang mengambil bukunya dan mulai mencoba. Percobaan dengan hal-hal yang sederhana. Walaupun sebenarnya kenapa dia harus melakukan hal-hal kecil seperti itu?

Dia hanya ingin mengerjakan hal yang berguna. Untuk apa sekarang dia membuat kalkulator? Ingin melakukan hal besar kenapa harus mulai dengan yang kecil.

"Kenapa? Lo mau bikin aplikasi ribet tapi enggak mau mulai dengan yang simple?" tanya Hara seolah membaca pikiran Galang membuat laki-laki tersebut langsung menatap ke arah Hara yang sudah menatapnya dengan sengit.

"Enggak kok. Lo sok tau banget." Galang kembali menekuni bukunya dan ponselnya. Setelah merasa Hara fokus ke kerjaannya Galang kembali melirik ke arah perempuan dengan wajah fokus tersebut.

Galang melihat ke arah mata Hara yang terlihat bulat tersebut terlihat lucu dengan bibir kecilnya yang dimaju-majukan. Sesekali keningnya mengerut.

"Apa lo?" seru Hara dengan galak. Dirinya sedang kesal karena selalu memasukan rumus yang salah.

"Lucu amat muka lo, Ra." Galang berbicara refleks tanpa kesadaran maksimal membuat Hara mengerjapkan matanya bingung.

"Kalau kerasukan, bilang. Gue bantu panggilin dukun." Hara berbicara sembari meletakan ponselnya sendiri dan mengulurkan tangannya.

Menempelkan punggung tangannya di dahi Galang. Mengecek bahwa kakak tingkatnya itu tidak memiliki sakit apa pun.

"Cuma muji, enggak kerasukan." Galang menyingkirkan tangan Hara dari dahinya merasa terganggu dengan sikap Hara.

"Malah lebih parah. Lo kalau muji itu berarti lo perlu masuk rumah sakit jiwa. Belajar bikin aplikasi memang susah, ya? Gue jadi kasian. Istirahat aja lo." Hara menutup buku Galang dan membereskannya meminta Galang untuk duduk saja dengan tenang dan memejamkan matanya.

Galang berdecak namun tidak ingin melawan. Dia sudah malas untuk berdebat dengan Hara dan memilih mengikuti perintah Hara. Membuat Hara menggelengkan kepalanya dan menatap laki-laki itu prihatin.

Hara menutup ponselnya dan menatap Galang yang sudah terlelap di kursi. Tidak berminat untuk membangunkannya, perempuan pendek itu menyingkir perlahan. Dia perlu menelepon sahabatnya siapa tau sahabatnya ingin membeli sesuatu di mall.

Baru Hara mendapatkan sambutan dari seberang. Matanya menangkap sosok perempuan yang mendekati Galang yang masih terlelap. Mata Hara tidak berhenti beralih dan mengabaikan panggilan teleponnya.

"Mbak mau ngapain?" tanya Hara dingin ketika tangan lentik itu hendak menyentuh pipi Galang.

"Saya cuma mau bangunin dia aja, Mbak. Memang mbak siapa, ya?" tanya perempuan itu dengan tatapan judes, merasa terganggu karena sebentar lagi hendak memegang wajah laki-laki yang masih terlelap di sana.

"Saya? Pacarnya. Seenaknya pegang pacar orang mbaknya enggak takut kena azab?" ujar Hara gamblang sembari berkacak pinggang. Ponsel Hara sudah mati sejak tadi karena pikiran Hara hanya satu, kakak tingkatnya tidak boleh terganggu tidurnya.

"Enggak cocok mbak jadi pacarnya. Mending sama saya," ujar perempuan itu dengan centil sembari sesekali melirik ke arah Galang yang masih memejamkan mata. Hara pikir-pikir laki-laki itu memang tidak peduli jika dirinya kenapa-kenapa.

"Bacot. Dia aja mau sama gue kenapa lo ngatur?" ujar Hara galak membuat  itu berdecak sebal dan pergi dari sana.

Hara berdecak lalu melihat ke ponselnya. Teleponnya secara refleks tadi dia matikan membuat Hara jadi tidak enak hati dengan Mellidya yang pasti menunggu dirinya untuk berbicara.

"Jadi, gue pacaran sama lo?" Sebuah suara muncul membuat Hara terkejut setengah mati. Menaikan kedua pundaknya karena bulu kuduknya merinding seketika.

Hara berbalik badan dengan perlahan dan menemukan Galang yang menatapnya dengan senyumannya yang paling lebar.

"Enggak sudi. Apaan sih lo? Tidur lagi sono." Hara langsung merubah raut wajahnya menjadi marah dan pergi menjauh. Menelepon Melindya kembali sembari berusaha tidak menatap ke arah Galang yang terus menatapnya dengan tatapan jahil di sana.

Galang tertawa geli melihat Hara yang nampak salah tingkah. Harusnya dia berterima kasih terlebih dahulu karena berkat cewek tersebut dirinya tidak diganggu oleh orang asing. Namun, saat melihat wajahnya yang memerah karena malu membuat Galang tambah ingin menggodanya terus menerus.

"Beneran lucu jadinya," ujar Galang sembari tertawa salah tingkah sendiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya tidak paham dengan dirinya sendiri karena jadi banyak tertawa saat melihat Hara.

"Lo mau jual apa Mel di Mall?" tanya Hara salah fokus di seberang sana membuat penelepon langsung menaikan alisnya.

"Hah? Jual?" tanya Mellindya memastikan kembali.

"Kampret. Maksudnya mau nitip beli apa." Hara bertanya sembari misuh dalam hati. Dirinya benar-benar terganggu dengan tatapan Galang di seberang sana. Sial, hatinya jadi ketakutan sampai bergetar sendiri.

***

Lanjut? Yes or No?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro