Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5 - Terlambat

HAPPY READING!

Pintu gerbang dibuka membuat Hara yang tadi masih asik sendiri langsung menutup semua pekerjaannya membereskan hingga semuanya tuntas.

Mengambil bukunya dan mulai menghidupkan laptop bertepatan dengan Hara yang sedang sibuk menempelkan kabel cas laptop. Mamanya mulai membuka pintunya melihat Hara yang sedang mencari stop kontak.

"Ninggalin Mama katanya belajar?" tanya Mamanya dengan penuh selidik mengamati di setiap sudut ruangan.

"Iya, ini belajar kok. Cuma tadi baterai laptopnya habis." Hara menunjukkan kabel cas laptopnya di tangan dan memasukkan ke dalam lubang stop kontak.

Mamanya mengangguk lalu menutup pintu kamarnya dengan perlahan. Setelahnya Hara menghela napas lega, berhasil mengelabui mamanya adalah suatu pencapaian yang sangat langka.

Setelahnya tidak ada suara sama sekali dan kali ini Hara benar-benar belajar. Takut sekali kalau Mamanya membuka pintu dan menemukan rahasianya. Baru berpikir seperti itu tiba-tiba pintu terbuka membuat Hara jantungan sendiri.

"Besok kamu dijemput sama Galang, ya. Mama titipin kamu sama dia," ujar Mamanya dengan nada yang tidak bisa dibantah.

"Tapi, Ma." Pintunya tertutup, Hara sudah tidak bisa memprotes.

Besok, mungkin Hara bakal mengumpat sepanjang perjalanan bukan mungkin, pasti. Terbukti saat Hara sudah duduk di mobil Galang dan laki-laki itu dengan baiknya berpamitan dengan Mamanya. Penuh senyum kepalsuan karena setibanya dia masuk dan menutup pintu Galang menatap Hara dengan kesal.

"Lo kemarin harusnya bikin alasan buat gue. Gue jadi kelihatan bego di depan Mama lo." Galang marah dan memakai sabuk pengamannya.

"Lah, lo enggak tanya kemarin. Lagi pula, emang lo bego kali." Hara kembali membalas dengan emosi.

Galang tidak membalas lagi. Dia hanya mengomel kesal dan menjalankan mobilnya. Memang sebuah kesalahan dirinya menyetujui mamanya untuk mengenalkan dirinya kepada seseorang.

Bahkan lebih sialnya, cewek itu adalah Hara. Unsur Hara yang menjengkelkan begitu Galang menjulukinya.

Galang harus bangun pagi-pagi karena Hara ada kuliah pagi. Padahal dirinya hanya satu kuliah hari ini. Itu pun, hanya siang hari sekitar jam-jam setelah makan siang.

"Gue capek-capek ke sini buat jemput lo doang. Gue bahkan kuliahnya siang jadi cewek bersyukur." Galang memulai pembicaraannya. Dia sudah bosan karena suasananya begitu diam.

Padahal biasanya dia baik-baik saja walaupun sekitarnya tidak ada yang mengajaknya berbicara.

"Gue enggak minta dijemput. Lo yang sok baik, kan emangan. Cari muka." Hara mencibir membuat Galang kesal setengah mati.

Menghentikan mobilnya dan meminta Hara untuk turun. Hara turun dengan kesal dan membanting pintu mobil Galang dengan emosi.

Dengan tidak perasaan Galang menjalankan mobilnya. Tanpa banyak bicara membuat Hara bertambah emosi.

"Setan. Enggak ada akhlak," umpat Hara lalu melangkahkan kakinya menuju ke kampus. Dirinya melihat ke arah jam hanya tersisa waktu sekitar tiga puluh menit dengan jarak waktu yang lumayan jauh. Sekitar tujuh kilo meter.

Hara misuh-misuh, setelah berjalan lumayan banyak akhirnya dirinya menyerah. Memilih untuk menelepon ojek yang biasanya dia hubungi di saat dibutuhkan.

Beberapa lama akhirnya ojek itu datang tanpa basa-basi Hara langsung mengambil helm yang disodorkan oleh tukang ojek tersebut dan naik.

"Mas, ngebut. Saya udah telat ini." Hara menepuk pundak tukang ojek tersebut dan dijawab dengan jempol tangan kanannya.

Ojek tersebut menstater motornya dan mulai menjalankannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Laki-laki yang sedari tadi mengikuti dengan perlahan dari seberang jalan tersenyum tipis.

"Gue kira dia bego mau jalan sampe kampus," monolog laki-laki tersebut dan melakukan mobilnya masih mengikuti motor yang digunakan Hara untuk berangkat ke kampus.

Hara yang meminta ojek tersebut terus mengebut dengan rambutnya yang sebagian sudah tertiup angin kencang terus mengomel.

"Cepet, Bang. Telat ini."

"Ini udah paling cepet, Dek."

"Abang ngisi bensinnya enggak pertamax, ya? Makanya lambat gini." Hara memprotes sambil terus memukul pundak tukang ojek tersebut sementara tukang ojeknya sudah pasrah tubuhnya dipukul terus menerus.

"Pertamax mahal, dek. Lagi pula motor saya, kan sudah tua." Abang ojeknya beralasan sementara Hara berdecak sebal kalau sampai dirinya telat di kelas bagaimana nasib mukanya nanti.

"Cepet, Bang." Hara masih mengucapkan kata yang sama membuat ojek tersebut hanya menghela napas lelah.

Telat lima menit. Hara sudah jantungan dan langsung berlari setelah melepas helm miliknya melambaikan tangannya seolah mengucapkan salam perpisahan.

"Loh, Dek. Kok pergi belum bayar!" tegur ojek tersebut dan hanya ditanggapi dengan lambaian tangan dari Hara.

"Udah ngebut. Malah enggak bayar. Orangnya hilang, juga." Ojek tersebut marah-marah sembari melepaskan helm dan kepalanya.

Baru saja meletakan secarik uang lembar berwarna merah disodorkan di depan matanya. Ojek tersebut menatap orang yang menyodorkan dan menatapnya bingung.

"Saya bayarin mahasiswi tadi yang enggak bayar," ujar laki-laki tersebut sambil meletakkan uangnya di telapak tangan ojek tersebut dan pergi dari sana tanpa berucap apa-apa lagi.

Ojek tersebut menengadahkan tangannya ke atas dengan mulutnya yang komat-kamit langsung mengantongi uang seratus ribu tersebut dan pergi dari sana.

"Awas aja kalau sampai anak itu ngelunjak lagi sama gue. Duit seratus ribu gue ungkit sampe mati nanti." Galang bermonolog sambil berjalan ke arah perpustakaan. Masuk ke dalam dan mencari buku yang berbanding terbalik dengan buku jurusannya.

Mengambil dua buku pilihannya dan meletakkannya di meja lalu duduk di kursi cokelat yang sudah disediakan. Membacanya dengan seksama dan sesekali mencobanya.

Sudah sekitar satu jam namun, keinginan Galang untuk mempelajari buku tersebut sampai paham tidak kunjung berhasil. Dirinya selalu tidak mengerti tentang langkah-langkah pembuatan tersebut.

Galang menulis di buku catatannya dengan rapi dan perlahan tidak ingin membuat buku catatannya tersebut terisi dengan catatan ceker ayam khasnya.

Galang merebahkan kepalanya di meja dan mulai memejamkan matanya. Rasanya energinya terserap di dalam buku tersebut entah karena susah atau karena memang Galang tidak berbakat di dalam mimpinya ini.

Galang membuka matanya setelah beberapa tepukan pelan dilontarkan padanya. Galang mengusap matanya merasa perih karena masih ingin terus menutup mata.

"Siapa?" tanya Galang sambil terus mengusap wajahnya.

"Saya, Kak. Mellindya," ujar perempuan itu memperkenalkan diri. Galang membuka mata sepenuhnya dan menatap perempuan yang senantiasa menatapnya sambil tangannya masih bertengger di pundak Galang.

"Oh, iya. Makasih." Galang berujar tidak peduli dan berdiri, langsung mengemasi barang-barangnya. Mengeluarkan kartu mahasiswa dan meminjam buku yang tadi dia tiduri.

Galang bergegas keluar setelahnya meninggalkan Mellindya yang masih terpaku di sana. Tidak menyangka bahwa Galang akan meninggalkannya sendirian tanpa menunggu Mellindya mengucapkan sepatah kata.

"Saya mau bahas Hara padahal, Kak. Malah kakaknya pergi." Mellindya bermonolog dan menghela napasnya berat akhirnya dirinya ikut keluar dari perpustakaan tanpa melirik ke arah buku yang berjejer di sana.

***

Lanjut? Yes or No?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro