(7/8) Hukuman Ketiga
"Fyuh. Kau membuat bonekaku bekerja keras kali ini," celetuk Nona Kucing Hitam. Ia menoleh ke bawah, menatap empat tamu pulau yang tersisa dan menepuk tangannya sekali. "Nah, ayo kita berpindah ke tempat yang lebih bersih dan cantik."
Jean dan ketiga orang lainnya berpindah tempat dalam sekejap mata. Mereka telah berada di rumah kerajinan tangan Nona Kucing Hitam, tepatnya di koridor dengan pintu berwarna-warni. Namun, kali itu rumahnya tidak memiliki atap sehingga langit hitam yang dikelilingi penampakan raksasa penduduk pulau dapat terlihat dari dalam rumah.
"Wah-wah. Yang lolos kali ini semuanya memiliki hadiahku. Fufu ... seru sekali." Nona Kucing Hitam tertawa kecil. "Hukuman ketiga ini sederhana. Temukan kunci untuk membuka pintu rumah. Kalian akan lolos jika berhasil keluar dari rumah. Bandul yang pernah aku berikan akan menunjukkan letak kuncinya. Satu kunci hanya dapat meloloskan satu orang. Eits, jangan berpikir hukuman dariku mudah. Kalian juga harus menghindar dari Marie-ku yang belum sempurna. Dia membutuhkan kalian untuk melengkapi dirinya."
"Marie?"
Tiba-tiba rambut Jean ditarik dari belakang hingga Jean jatuh terduduk.
Pelaku penarikan itu adalah sesosok boneka porselen berbentuk gadis dengan gaun bergaya Eropa abad pertengahan dan memiliki rambut pirang keriting. Tubuh boneka porselen tersebut setinggi manusia pada umumnya, tapi wajahnya rata.
"Oh, Marie! Aku menghadiahkan mereka padamu," ucap Nona Kucing Hitam dari atas langit.
"Mata .... Akan kuambil matamu," ucap si boneka porselen raksasa bernama Marie yang menunduk menatap Jean.
Ketika tangan Boneka Marie nyaris menyentuh Jean, Adam menabrakkan dirinya hingga Boneka Marie terjatuh. Terdengar suara porselen yang terbanting ke lantai keramik. Namun, tidak terlihat ada tanda-tanda pecah pada si boneka porselen.
"Ayo, Jean!"
Adam menarik adiknya berdiri. Mereka segera masuk ke salah satu pintu sebelum Boneka Marie kembali bangkit. Sementara dua orang lainnya, Nora dan Dmitry, sudah tidak terlihat.
"Mataku lari!" seru Boneka Marie yang meraung seperti anak kecil. Raungannya terdengar menembus setiap penjuru rumah, membuat gentar para remaja yang bersembunyi dari pandanganya sembari mencari kunci rumah.
Jean dan Adam yang memasuki salah satu pintu kamar pun mendapati ruangan di kamar yang mereka masuki memiliki dua pintu lain di kanan-kirinya. Ketika dibuka, pintu itu menuju ruangan lain secara acak. Mereka terus berlari mengikuti arah bandul menarik leher mereka.
Pintu-pintu tersebut terus menerus menyambung ke ratusan kamar lain, padahal seharusnya tidak ada sebanyak itu kamar di sana. Rumah Nona Kucing Hitam mendadak seperti labirin ruangan tak berujung.
"Kalau tanpa kalung ini, mungkin kita tidak akan pernah menemukan kuncinya!" seru Jean sambil terengah-engah berlari menembus pintu-pintu.
Sang kakak yang berlari di depan Jean hanya diam sambil membuka satu per satu pintu. Setelah berlari cukup lama, mereka sampai di sebuah pintu yang warnanya lain daripada yang lain. Pintu itu berwarna hitam legam ketika pintu lainnya berwarna-warni cerah.
Tanpa ragu, Adam membuka pintu tersebut. Pintu itu terhubung ke sebuah ruangan muram. Tidak ada pintu lain di sana, sehingga jelas apabila pintu hitam tadi adalah satu-satunya jalan keluar-masuk. Berbeda dengan ruangan lain yang kosong tanpa perabotan, di tengah-tengah ruangan berpintu hitam ada satu kotak hitam melayang.
Adam dan Jean mendekati kotak tersebut. Ternyata itu adalah kotak berisi kunci perak yang dialasi busa abu-abu. Hanya tertinggal satu kunci di sana. Sementara dari alas busanya yang memiliki cekungan berbentuk kunci, dapat terlihat bahwa seharusnya ada tiga kunci di kotak. Tentu keduanya telah diambil oleh Nora dan Dmitry.
Adam mengambil kunci yang tersisa dan menyerahkannya pada sang adik.
"Bagaimana denganmu?" Jean menatap kakaknya dengan khawatir.
"Aku akan merebutnya dari yang lain nanti. Sekarang kita temukan jalan keluar lebih dulu," jawab Adam sambil mengajak adiknya keluar dari ruangan tersebut.
Setelah keluar, bandul di leher mereka berhenti bereaksi.
"Kita akan pergi ke mana?" Jean mulai panik.
Di saat yang membingungkan seperti itu, terdengar suara dari balik pintu ungu yang semakin mendekat.
"Mata biruku ada di mana?!" jerit Boneka Marie.
"Cepat! Kita harus pergi!"
Adam menarik tangan Jean menuju pintu berwarna biru. Tidak lama kemudian terdengar pintu di ruangan belakang mereka terbuka dan tertutup.
"Mata kuningku!" jerit Boneka Marie lagi. Langkah berdebumnya yang berat menandakan jika pemilik suara itu kembali mendekati pintu yang menuju ke ruangan Jean dan Adam berada.
Adam menarik tangan Jean. Ia memilih untuk membuka pintu berwarna kuning.
Sang boneka porselen kembali berteriak, "Kembali kau mata hijau!"
Adam pun menarik tangan Jean memasuki pintu berwarna hijau.
Jean yang heran dengan Adam yang tidak segera berlari melewati pintu-pintu seperti sebelumnya, melainkan menunggu Boneka Marie mendekat lebih dulu, akhirnya memprotes kakaknya.
"Ayo pergi! Apa yang kau tunggu?" tanya Jean yang melihat Adam menempel di pintu yang baru mereka buka.
"Sstt! Kupikir boneka itu memberitahukan jalan yang sebaiknya kita tempuh ketika sedang menjerit. Dengarkanlah! Warna-warna yang dia sebut berubah-ubah dan selalu ada warnanya di salah satu pintu di depan kita."
Setelah penjelasan Adam, jeritan Boneka Marie kembali terdengar dari balik ruangan di belakang pintu dekat Adam berdiri.
"Oh, mata merah yang indah!"
Jean tersentak. Ia baru menyadari hal itu. Dilihatnya pintu di seberang adalah pintu berwarna merah.
Jean dan Adam bertatap-tatapan. Mereka kemudian mengangguk dan berlari bersama menuju pintu merah. Lalu mereka menunggu dengan tenang sampai Boneka Marie menjerit baru mereka berpindah ruangan melalui pintu yang warnanya serupa jeritan yang disebut oleh sang boneka porselen hidup.
Mereka mengulang apa yang mereka lakukan tersebut hingga ketika keduanya membuka satu pintu berwarna putih, mereka menabrak Dmitry dan Nora yang berlari keluar dari pintu di seberang mereka. Keempatnya terjatuh sambil mengaduh.
"Apa yang—"
Kata-kata Jean terhenti begitu melihat siapa yang menabrak dirinya dan kakaknya.
Adam segera bangkit lalu membantu Jean berdiri. Keduanya menoleh, ternyata mereka telah tiba di koridor dengan pintu berwarna-warni di kanan-kirinya, tempat awal mereka dipindahkan ke rumah Nona Kucing Hitam. Di ujung koridor sebelah kiri terdapat kegelapan tak berujung dan di ujung koridor sebelah kanan tampak ruang pekerja, ruangan paling depan rumah tersebut.
"Ack!"
Jeritan Nora membuat Adam dan Jean kembali mengalihkan pandangan. Di dekat mereka, Dmitry sudah berdiri sambil mencengkeram leher Nora dari belakang.
"Dmitry, apa yang kau lakukan?!" seru Jean.
"Heh, terima kasih pada gadis sialan ini sehingga aku dapat menemukan jalan keluar. Otaknya cukup pintar menemukan petunjuk pada gema suara boneka setan itu."
"Lepaskan Nora!" perintah Adam.
"Diam, Tuan Muda manja! Di sini aku yang memegang kendali!"
"Lari! Dia berbahaya!" Nora berusaha berbicara dengan suara tercekat. "Dia yang meminum air terjun itu. Aku melihatnya pergi ke air terjun."
"Kau!" Jean menatap tak percaya.
Dmitry terdiam. Sedetik kemudian ia tertawa terbahak-bahak lalu membanting Nora dengan keras ke tanah.
"Ah ... sudah ketahuan. Apa boleh buat. Ya, aku yang meminumnya dan membuat kita semua berada di situasi ini."
"Mengapa kau melakukannya?!" jerit Jean sambil membantu Nora berdiri.
"Karena aku muak dengan ayah kalian! Aku datang ke negara ini dengan bantuan ayah kalian lalu dia memperbudakku dengan utang yang tidak masuk akal sebagai biaya penyelundupan! Aku tidak bisa lepas kecuali dia mati tapi tidak bisa membunuhnya karena dia selalu dikawal ketat. Kemudian aku mendengar tentang pulau ini dan legenda air terjun ajaibnya. Ketika kau datang merengek ingin berlibur ke pulau, aku langsung memberitahukan pada ayahmu tentang sebuah pulau yang bisa dihias sesuai tema pesanan."
"Kau ... percaya dengan cerita khayalan itu?" Jean menatap tak percaya.
"Jika itu khayalan, maka kegilaan apa yang sedang kita hadapi?" balas Dmitry sambil tersenyum sinis.
"Mengapa kau tidak pergi sendiri?!" seru Jean.
Dmitry tertawa. "Oh, aku juga ingin seperti itu. Tapi air terjun legenda di pulau ini hanya akan dapat ditemukan jika ada tepat sepuluh orang yang berkunjung. Kalau tidak genap sepuluh orang, ia hanya akan berupa pulau kosong saja. Kau tahu? Sesungguhnya aku sangat berdebar ketika membawa kapal kemari. Andaikan cerita tentang Pulau Cailli ini bohong dan kita hanya menemukan pulau kosong, aku pasti akan menerima makian kalian semua. Tapi ternyata legenda pulau itu benar! Bahkan mereka sungguh menghias pulau sesuai keinginan kekanakan kalian! HAHAHA!"
"Kau gila! Bedebah sialan!"
"Apa permintaanmu? Kematian ayahku?" selidik Adam.
"Hah! Tidak seremeh itu. Yang aku inginkan adalah ... bertukar posisi dengan ayah kalian. Aku akan menjadi si kaya dan dia akan menjadi si budak. HAHAHA!"
'BUGH'—Adam mendaratkan tinjuan tepat di perut Dmitry, membuat pria itu meringis kesakitan. Ia lalu kembali melakukan tinju lainnya. Namun, Dmitry segera menerjang dan membuat Adam jatuh.
Mereka berdua saling bergulat dan meninju. Jean dan Nora yang melihat hanya bisa berteriak panik. Tampaknya kedua pria tersebut tidak akan menyelesaikan pertarungan secepat itu.
Sampai kemudian, sebuah tangan besar terjulur dan menembus mata kiri Dmitry.
"Mata. Hehe."
Dmitry sontak berteriak dan berguling kesakitan.
Boneka Marie tiba-tiba sudah berdiri di dekat kedua orang yang berkelahi. Dengan tangannya yang berdarah ia memasang mata yang diambilnya dari Dmitry ke wajahnya. Mata itu entah bagaimana dapat tertempel di wajah datar Boneka Marie dan bergerak mengerikan.
Adam yang terkejut segera bangkit kembali dan mendorong kedua gadis lainnya sambil berseru untuk pergi.
Jean dan Nora pun tersadar dari ketakutan mereka. Keduanya lalu bergegas lari menuju ruang pekerja. Ketika Adam hendak menyusul, kakinya dipeluk erat oleh Dmitry.
"Bocah sialan! Jangan pikir kau bisa lari meninggalkanku! Argh!" Dmitry meraung kesakitan saat kakinya dipatahkan oleh Boneka Marie.
"Kaki jelek harus dilepas," ucap Boneka Marie sambil terkekeh.
"Lepaskan aku, Berengsek!"
Adam berusaha menendang wajah Dmitry agar pria itu melepaskan kakinya. Namun, Dmitry tidak bergeming.
"Kalau aku mati, aku akan membawa satu anak pria itu bersamaku ke neraka," geram Dmitry.
"Kakak!" Jean yang sudah berada di ujung koridor pun berbalik dan terkejut mendapati sang kakak ternyata tertinggal di belakang.
Mendengar teriakan Jean, Boneka Marie mengalihkan pandangannya dari Dmitry ke arah Jean.
"Mata!" teriak si boneka porselen. Ia melangkah cepat mendatangi Jean, tapi tangannya ditarik oleh Adam.
"Lari, Jean!" teriak Adam.
Karena tangannya ditarik, Boneka Marie menoleh ke arah Adam. Dalam gerakan cepat, ia menarik mata kanan Adam lalu memasangnya di wajahnya, tepat di sebelah mata Dmitry.
"Hehe. Mata!"
Adam meraung kesakitan, tapi tangannya tetap tidak ia lepaskan.
"Kaaaakkk!"
"Lari!" teriak Adam. "Nora! Bawa Jean pergi!"
Nora lantas menarik paksa Jean untuk menuju ke pintu depan rumah Nona Kucing Hitam.
"Tidak, Kakak!"
Jean makin menjerit begitu ia melihat hidung Adam dirobek oleh Boneka Marie.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro