Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 9

"Di mana Direktur Choi berada, Sekretaris Han? Tumben, dia belum datang ke kantor, padahal sudah pukul sembilan pagi," tanya salah seorang karyawan magang yang ingin menemui Shira di ruangannya untuk mengurus berkas yang sedang disiapkannya. "Aku harus menyerahkan surat permohonan perpanjangan magang sebelum besok."

Seokjin tampak sibuk dengan ponselnya seraya menggigiti kukunya, enggan merespons pertanyaan karyawan tersebut.

"Apa dia belum datang, Pak Han?" tanya karyawan itu lagi.

"Tentu saja belum! Apa kau tidak lihat ruangannya kosong begitu?! Cepat kembali bertugas sana!" sahut Seokjin gusar, sementara karyawan magang itu menggerutu kesal memandang Seokjin yang masih tampak frustasi setelah melihat layar ponselnya. Kekesalan Seokjin meluap karena tidak satu pun pesan Seokjin yang dibalas oleh Shira sejak kemarin.

"Ke mana kau, Shira?" batin Seokjin. "Tidak mungkin, 'kan? Kau mengulang kebodohanmu sepuluh tahun yang lalu?"

Sejak kemarin, Seokjin sudah mendapati kediaman Shira terkunci rapat seperti tak berpenghuni. Meski telah berkali-kali meneleponnya, bahkan menunggu lama di depan pagarnya selama berjam-jam, Shira tak kunjung tampak batang hidungnya.

"Tidak bisa. Aku tidak bisa diam saja!" gumam Seokjin.

"Tidak bisa diam... apa, Jin?"

Suara lembut gadis yang tengah memenuhi pikirannya itu sontak membuat Seokjin berdiri dari kursi kerjanya dengan mata terbelalak memandangi Shira yang datang dengan wajah tak berdosa.

"KAU KETERLALUAN, SHIRA!" amuknya.

"A-aku... kenapa?"

Belum sempat Seokjin menyemprot Shira dengan amarahnya yang sudah terkumpul penuh, karyawan magang itu langsung menyerobot di depan Seokjin sembari menyerahkan surat perpanjangan magangnya. Seokjin tampak menghela napas berat seraya mengepalkan tangannya menahan emosi. "Permisi, Direktur Choi. Ini berkas perpanjangan magang saya. Mohon diterima, Bu Direktur, terima kasih banyak."

Shira langsung menyambut berkas tersebut dan mulai membaca isinya. "Hmm, baiklah. Kau boleh pergi. Berkasmu akan kuperiksa ulang nanti."

Karyawan magang itu pun membungkuk hormat, kemudian meninggalkan Shira dan Seokjin berdua di lantai tertinggi gedung Panache itu. Sepersekon setelahnya, Seokjin langsung mengeluarkan seluruh emosi yang terpendam sejak tadi.

"KEMANA SAJA KAU DARI KEMARIN, HAH! KENAPA TELEPONKU TIDAK DIANGKAT?"

Shira langsung menepuk jidatnya. "Oh, astaga. Aku lupa menyalakan ponselku setelah mengisi daya baterainya."

"Kau juga tidak membukakan pintu rumah untukku! Aku, 'kan...." Seokjin kehilangan kata-katanya. "Bisa-bisanya kau...."

Shira kemudian menepukkan kedua telapak tangannya tepat di depan Seokjin. "Maafkan aku, ya?" ujar Shira sembari mengintip di balik tangannya dengan senyum mengembang. "Ehm, jarang sekali, lho, aku bisa mengucapkan kata maaf pada orang, apalagi padamu. Jadi, kali ini kau harus menerima permohonan maafku," ujar Shira santai, kemudian senyum kecil terbit di kedua sudut bibirnya.

Gurat cemas di wajah Seokjin perlahan-lahan memudar, berganti dengan air muka lega. Tampaknya mendapati Shira datang dalam keadaan utuh dan baik adalah yang terpenting baginya. "Jangan lakukan ini lagi padaku. Aku benar-benar cemas, tahu! Dan—"

"Iya, iya!" sambar Shira agar Seokjin berhenti mengomel, kemudian sibuk dengan ponsel yang baru saja dinyalakannya. "Ya, ampun. Banyak sekali pesan penting yang masuk."

"Kita sedang diburu waktu untuk secepatnya mencari model pengganti untuk edisi majalah selanjutnya. Tidak seharusnya kau sulit dihubungi begini. Padahal tidak biasanya, 'kan, kau seteledor itu? Ke mana saja kau kemarin? Kelihatannya kau sibuk sekali. Biasanya, kalau pergi ke mana pun, kau pasti minta aku pergi menemanimu, 'kan?" tanya Seokjin bertubi-tubi tanpa menarik napas sama sekali.

"Oh, astaga! Berisik sekali!" Shira mendesis kesal.

"Hei, harusnya aku yang marah, dong?!" amuk Seokjin. "Kau sudah memercayakan posisi model utama pada pria tak bertanggung jawab semacam Kim Taehyung. Aku tahu dia sedang berduka, tapi tetap saja yang namanya profesionalitas harus diutamakan."

"Sekarang kau tidak perlu marah lagi," Shira tersenyum. "karena Taehyung memutuskan ingin kembali bekerja di perusahaan kita. Dia akan menjadi model utama lagi."

Kening Seokjin langsung mengerut heran. "Ke-kenapa... tiba-tiba dia kembali? Kapan kau bertemu dengannya? Apa kemarin itu—"

"Tunggu sebentar." Shira tampak serius dengan ponselnya ketimbang pada percakapannya dengan Seokjin. "Aku baru ingat kalau aku ada janji pukul sepuluh hari ini dengan Dokter Song."

"Ah, kau selalu mengalihkan topik pembicaraan. Sini!" seru Seokjin sembari menengadahkan tangannya pada Shira, tetapi gadis itu malah mengerutkan dahinya bingung. "Kunci mobilmu, Shira. Aku mengantarmu seperti biasa, 'kan?"

"Tidak usah, Jin! Kau di sini saja. Jadwalku kosong, 'kan hari ini? Aku akan segera kembali setelah urusanku selesai!" seru Shira sambil bergegas melangkah pergi.

"Tu-tunggu...!" Sebelum Seokjin sempat menahannya, gadis itu sudah berjalan cukup jauh, lalu masuk dan menutup liftnya, menyisakan Seokjin seorang diri di ruangan itu.

Seokjin kemudian menghela napas pelan. "Kenapa... sekarang kau terasa semakin jauh, Shira?"

***

"Kau tidak ingin masuk, Taehyung?"

Sebelum Shira melangkah masuk ke dalam ruang Dokter Song, tiba-tiba saja Shira menawarkan Taehyung untuk ikut melihat pemeriksaan USG yang akan dilakukan Dokter Song hari ini.

"Ah, itu...." Taehyung menelan salivanya sulit. "Aku hanya mengantarmu, jadi sepertinya tidak perlu bagiku untuk masuk. Itu privasimu, 'kan?" ujarnya sembari menggaruk tengkuknya.

"Padahal, aku mengizinkanmu melihatnya. Tapi, kalau tidak, aku juga tak memaksamu, sih." Menyahut dengan ketus, Shira langsung melemparkan tas di tangannya ke arah Taehyung hingga pria itu refleks menangkapnya. "Daripada kau tidak berguna, lebih baik kau bawakan tasku saja!" seru Shira kesal, kemudian masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

Taehyung hanya bisa mengerjap berulang kali. "Astaga. dia benar-benar tidak punya sisi lembut, ya?"

Sekian menit lamanya, Shira tak kunjung keluar dari ruang pemeriksaan. Sementara itu, ponsel Shira sedari tadi tak berhenti bergetar, seolah sesuatu yang buruk mungkin sedang terjadi sekarang. Taehyung semakin gelisah ketika mendapati nama Han Seokjin terpampang jelas di layar ponsel Shira. Mengangkatnya tentu bukan pilihan tepat bagi Taehyung, karena Seokjin pasti akan marah besar jika tahu Shira pergi dengan Taehyung sekarang.

Lantas, Taehyung pun membuka pintu ruang pemeriksaan itu pelan, lalu mengintip dari celah sempitnya. Dokter Song tampak sibuk menggerakkan tranduser di perut bawah Shira sembari mengamati monitor USG.

"Masih belum selesai juga?" batin Taehyung, kemudian kembali menarik gagang pintu untuk merapatkan pintu ruangan itu.

"Bagaimana, Dok? Apa kau masih belum menemukan janinku?" tanya Shira dengan nada khawatir, membuat Taehyung berhenti menarik gagang pintunya dan kembali mengintip dari celah pintu.

"Sebenarnya, ini hal yang masih wajar, Shira. Karena usia kehamilanmu masih berusia enam minggu. Masih sangat kecil dan bisa saja sulit ditemukan," jelas Dokter Song.

"Satu kali lagi, Dokter. Tolong temukan dia," pinta Shira.

Taehyung pun memicingkan mata, mengamati monitor USG yang tampilannya hanya putih, hitam, dan abu-abu itu. Kemudian, ia tiba-tiba mendecih remeh. "Apa yang bisa dilihat dari layar televisi yang rusak begitu. Dokter itu jelas menipu Shira!"

"Belum bisa ditemukan, Shira." Dokter Song mendengus lelah, lalu memandang wajah pasiennya yang tampak kecewa itu. "Inilah alasanku menyarankan pemeriksaan USG di sekitar usia 8-10 minggu saja. Kau hanya akan jadi kecewa begini. Ingatlah, psikologismu juga harus dijaga karena itu juga berpengaruh terhadap janinmu."

Shira hanya memejamkan matanya. Terlukis gurat kecewa di mimiknya.

"Kembalilah empat minggu lagi untuk pemeriksaan USG. Pastikan vitamin dan obat penguat janinmu tetap diminum, Shira," kata Dokter Song sembari membersihkan gel di perut Shira.

"Tunggu!" seru Taehyung tiba-tiba, mengagetkan Dokter Song dan Shira.

"Taehyung?! Hei, kenapa kau menerobos masuk!" Shira langsung bangkit dari ranjang pemeriksaan dan merapikan pakaiannya.

"Carilah satu kali lagi, Dokter. Aku rasa... kau tidak sungguh-sungguh memeriksanya."

"Kenapa Anda bilang begitu?" tanya Dokter Song, sedikit tersinggung.

Taehyung kemudian menggeleng pelan, seolah tak habis pikir dengan Dokter Song yang tak mengerti ucapannya. "Kau harus lebih berusaha! Ini risikomu karena menggunakan alat yang sudah rusak. Menurutku, layar USG ini harusnya diganti dengan yang baru. Full Color! Di jaman sekarang, siapa, sih, yang masih memakai televisi layar hitam putih?! Bagaimana bisa kau menemukan bayinya kalau layarnya penuh dengan semut begitu?!"

Mendengar Taehyung protes, Dokter Song langsung tertawa. "Tidak ada yang rusak, Tuan Kim! Tidak ada!" sahutnya lalu tertawa lagi.

Shira pun memelototi Taehyung. "Keluar, tidak? Kau membuat malu saja!"

Taehyung merengut kesal. "Aku berusaha membantumu! Tapi kau malah menyuruhku keluar?"

"Baiklah! Baiklah! Aku akan memeriksanya sekali lagi untuk memuaskan keinginan Tuan Kim yang lucu ini," ujar Dokter Song sembari merebahkan Shira kembali dan mulai mengoleskan gel di atas perut Shira.

"Berbalik, berengsek!" umpat Shira sambil mengibaskan tangannya.

"Oh, astaga! Tidak ada yang tertarik dengan gelambir di perut babimu!" Memasang raut kesal, Taehyung pun akhirnya berbalik badan juga. "Aneh sekali! Tadi, dia yang menawariku masuk. Sekarang, dia memperlakukanku seperti sampah," gumamnya pelan.

"Oh, ya, Shira. Kau juga harus menaikkan berat badanmu, ya. Ini penting sekali untuk kesehatan janinmu. Karena terlalu sering muntah, kau sudah banyak kehilangan berat badan. Tidur yang cukup, istirahat total, dan makan yang banyak," kata Dokter Song sambil menggerakkan transdusernya di atas perut Shira.

Taehyung terkekeh lucu mendengarnya. "Apa kau mau mengubahnya jadi sapi gelondongan?"

"Hei! Apa yang barusan kau bilang? Aku mendengarnya!" protes Shira.

"OH?!" Dokter Song tampak kaget, disusul oleh Taehyung dan Shira yang kontan melirik ke arah monitor USG. "Aku menemukan kantung janinnya!" Dokter Song pun menunjuk pada lingkaran kecil di layar yang menyerupai cincin. "Akhirnya, janinmu menunjukkan diri, Shira."

Taehyung terkesiap menatap layar monitor USG, begitu pun Shira. Sepersekon setelahnya, Taehyung langsung melirik Shira. Kedua mata gadis itu jelas berkaca-kaca, terpekur pada gambaran janinnya di layar. Perlahan-lahan terlukis senyum di bibirnya. Senyum paling indah yang pernah Taehyung lihat selama mengenal Shira, atau mungkin... dari seluruh gadis yang pernah Taehyung temui.

Tiba-tiba kedua netra coklat gadis itu beralih tepat pada sepasang mata Taehyung hingga pria itu sontak mengalihkan pandangannya ke layar monitor USG. Entah kenapa, debaran jantungnya kini semakin terpacu hebat. Taehyung menggigit bibirnya, menahan rasa gugup yang semakin menjadi-jadi hanya karena pandangannya bersirobok dengan sang gadis. Sesuatu yang salah sedang terjadi padanya, dan Taehyung sendiri tak mengerti alasannya.

"Sepertinya, janin ini baru mau menampakkan diri saat di depan ayahnya, ya," celetuk Dokter Song. "Saat Tuan Kim datang, kantung janinnya tiba-tiba mudah ditemukan."

Mendengar kelakar Dokter Song, Taehyung pun tertawa kecil. Sejemang kemudian, Taehyung memandangi lingkaran kecil itu, nyaris tak berkedip. Di sisi lain, Shira masih mengamati reaksi Taehyung yang tampak ambigu. Pria itu sekarang jelas sedang memikirkan sesuatu ketika melihat gambaran janin itu. Ekspresi wajahnya sulit ditebak. Mimiknya terkesan dingin, tetapi sorot matanya menggambarkan kehangatan.

***

Bunyi pancaran air dari shower terdengar di dalam bilik di kamar mandi yang dikelilingi oleh tirai plastik itu. Pancuran airnya langsung membilas tubuh Shira selepas gadis itu menyapukan sabun cair di seluruh permukaan tubuhnya. Uap yang ditimbulkannya kembali mencuat dari sela-sela tirai. Di cuaca dingin begini, Shira memang paling suka berlama-lama mandi dengan guyuran air hangat itu. "Ah, segarnya."

Selesai membersihkan tubuhnya, Shira pun menyingkap tirai yang ada di belakangnya, berniat menyudahi aktivitas mandinya. Namun, pandangannya teralihkan pada bak mandi di sisi kanan. Sepersekon setelahnya, Shira pun memandangi guratan luka di pergelangan tangannya, lalu memejamkan matanya rapat. Seolah menyesali kejadian yang berkaitan dengan bekas luka di sana.

Setelah mengenakan pakaian dan melilitkan handuk pada helaian surainya yang basah, Shira pun keluar dari kamar mandi. Sungguh mengejutkan karena ruang tengah itu tampak sangat sepi. Seperti hanya dirinya saja penghuni di dalamnya.

"Taehyung?" panggil Shira sembari melangkahkan kaki lebih lebar untuk memeriksa keberadaan teman serumahnya itu, tapi tak ada jawaban. "Apa dia sedang pergi, ya?" gumamnya bingung.

Selangkah lagi Shira berjalan, Shira tak sengaja mendapati dapurnya berubah kacau balau. Meja dapur sangat kotor, juga dipenuhi alat-alat memasak yang tercecer di mana-mana. Toples, mangkuk, dan barang lain ikut berserakan di lantai. Persis seperti film-film perampokan. Lantas, Shira langsung berteriak histeris ketika melihat kekacauan yang terjadi di dapurnya.

"ASTAGA!" seru Shira histeris, melihat dapurnya berantakan. "Apa rumah kita kemalingan?!"

Tiba-tiba, Taehyung muncul dari bawah meja dapur. "Hah?! Di mana pencurinya?!"

Melihat kemunculan Taehyung secara tiba-tiba membuat Shira tersentak kaget. "A-apa yang kau lakukan di bawah sana?!"

Shira pun melangkah lebih dekat pada Taehyung untuk memeriksa apa yang baru saja pria itu perbuat di balik meja dapur. Lantainya pun sungguh berantakan. Remahan rumput laut berserakan di mana-mana. Ketika menatap Taehyung, pria itu pun tak kalah kacau. Ada remahan rumput laut yang ikut menempel di pipi, tangan, serta bajunya. Baru saja Shira ingin mengomeli Taehyung, Shira mendapati sebuah panci besar berisi sup rumput laut.

"Aku sedang memasak! Jangan mengagetkanku begitu, dong!" seru Taehyung kesal.

"Rumput laut? Siapa yang ulang tahun?"

"Aku sedang ingin sup ini. Apa harus ulang tahun dulu baru boleh makan ini?" sahut Taehyung ketus sembari menuangkannya di dalam panci yang lebih kecil. "Kau juga harus makan ini, karena aku memasaknya kebanyakan."

"Kau saja! Aku tidak ingin makan itu! Pasti beracun!" seru Shira seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling dapur yang berantakan. "Tidak higienis sama sekali."

Taehyung tampak terhenti melakukan aktivitasnya. "Ya, terserah kau saja."

"Jangan lupa bereskan kekacauan yang kau buat ini." Shira pun mendengus lelah, lalu berbalik arah hendak meninggalkan dapur. Namun, perhatiannya teralihkan pada layar ponsel Taehyung yang masih menyala di atas meja dapur.

Cara membuat sup rumput laut....

"Dia membuka situs resep yang kurang populer." Shira menggeleng pelan lalu menekan tombol kembali untuk keluar dari halaman itu dan berniat menemukan situs yang tepat untuk Taehyung. Namun, Shira terkesiap ketika mendapati halaman situs lain yang sebelumnya Taehyung baca.

Khasiat sup rumput laut untuk ibu hamil.

Kemudian, Shira menekan tombol kembali lagi dan mendapati halaman dengan bahasan yang serupa. Shira pun memeriksa hal lain dan menemukan riwayat pencarian Taehyung hanya seputar makanan bergizi untuk ibu hamil sejak tadi.

Daftar makanan bergizi untuk ibu hamil.

Makanan terbaik untuk menambah gizi dan berat badan ibu.

Apa saja kandungan sup rumput laut?

Bahaya sup rumput laut untuk ibu hamil.

Cara memasak rumput laut dengan benar.

Dalam sejemang, Shira terdiam. "Kenapa dia melakukan hal semacam ini?"

Shira pun melirik Taehyung. Pria itu tampak menunduk diam, termenung memandangi sup rumput laut buatannya itu. Tak berapa lama, Taehyung pun bangkit dari lantai dan mengangkat panci besar berisi sup itu untuk diletakkan di dalam kulkas.

"Berikan aku satu mangkuk... ah, tidak. Tiga mangkuk sup rumput laut itu," ujar Shira tiba-tiba.

Taehyung pun menoleh bingung pada Shira. "Kau mau... ini?"

"Cepat! Aku sangat lapar sekarang!" Shira pun bergerak mengambil dua mangkuk dan kemudian mengisinya dengan nasi sampai penuh. "Astaga, bayi ini benar-benar ingin sup rumput laut tiba-tiba."

Masih melongo heran, Taehyung akhirnya menyiapkan empat sup rumput laut itu dan menghidangkannya di meja makan, lengkap dengan sendok dan garpunya, sementara Shira menyiapkan dua mangkuk nasi dan dua gelas minuman di meja yang sama. Keduanya pun akhirnya duduk berhadapan.

Cukup bersemangat, Taehyung langsung menyodorkan sendok pada Shira. Gadis itu pun menyambutnya dan langsung menyendokkannya ke dalam sup itu. Taehyung nyaris tak berkedip ketika melihat Shira mulai mencicipi masakannya, malah kedua matanya semakin membola menunggu komentar gadis itu. Shira pun turut menatap Taehyung yang sekarang tampak polos itu.

"Bagaimana? Enak?"

Shira pun berdeham. "Enak," sahutnya singkat, lalu memakannya lagi. "Untung kau memasak banyak. Sepertinya aku menyukainya."

Senyum kotak Taehyung pun langsung terlukis di bibirnya. Taehyung pun ikut mencicipi masakannya sendiri. Namun, selang beberapa lama ketika sup itu mampir di mulutnya, Taehyung langsung melepehkannya. "Masakan macam apa ini?! Bodoh sekali, aku lupa mencicipinya tadi!"

Sementara Shira masih asik menikmati hidangan itu, Taehyung langsung menarik sendok serta mangkuk sup milik Shira. "Hentikan! Jangan dimakan lagi! Ini benar-benar beracun!"

"Ya!" bentak Shira. "Aku mau makan ini! Kenapa kau menarik mangkukku?!"

"Rasa makanan ini membuatku merinding!"

"Tapi, aku suka ini." Shira kembali menarik mangkuk miliknya. "Sangat suka. Sangat sangat suka. Ini sesuai dengan selera lidahku."

Melihat reaksi Shira, Taehyung hanya bisa mengerjap berkali-kali sembari menggaruk tengkuknya bingung. "Seleramu benar-benar aneh."

Gadis itu hanya fokus menyantap hidangan spesial dari Taehyung. Senyumnya pun tak berhenti merekah setiap kali mendaratkan sup rumput laut itu ke dalam mulutnya. Seolah menu di senja hari kali ini adalah makanan terbaik yang pernah dinikmatinya.

Terima kasih, Taehyung.

***

"Demi apa, Shira?! Jadi, kau tiba-tiba datang ke kantor bersama Taehyung hari ini karena... kalian sudah tinggal bersama?!" Baru saja tiba di kantor pagi ini, Seokjin sudah melancarkan omelannya lagi pada Shira. "Coba jelaskan alasannya padaku!"

Seperti petir di siang bolong, kenyataan bahwa Shira pagi ini datang bersama Taehyung saja sudah cukup mengagetkan Seokjin. Namun, alasan yang ada dibaliknya ternyata lebih dari cukup untuk membuat Seokjin marah besar dan mengamuk sekarang. Shira sudah tinggal bersama Taehyung selama beberapa hari. Dan yang disesalkan Seokjin, dirinya baru saja mengetahuinya hari ini.

"Hanya sementara saja, kok. Sampai Taehyung bisa pulih dari kesedihannya," sahut Shira tenang, kendati Shira menangkap kesan bahwa kali ini, Seokjin benar-benar murka. Terlihat dari wajah serta kupingnya yang memerah. Kali ini, pria itu tampak lebih gusar dibanding biasanya.

Seokjin memasang wajah tak percaya. "Tidak ada alasan bagimu untuk peduli pada pria semacam Taehyung. Kalian hanya terlibat kontrak kerja sama yang akan selesai setelah bayi itu lahir! Ingat itu, Shira!" tegasnya lagi.

"Tapi, aku harus melakukannya. Bukankah ini yang kau lakukan juga saat aku terpuruk dulu? Kenapa empatimu jadi merosot begitu, Jin?" ujar Shira membela diri.

Seokjin pun menghela napas berat. "Kau jelas berbeda kasusnya dengan Taehyung." timpal Seokjin dengan nada yang lebih tenang. "Daripada kau, lebih baik Kang Yerim saja yang mengurus Taehyung."

"Yerim?!" Mendengar nama gadis itu lagi membuat Shira kembali panas.

"Aku sudah memberi tahu Yerim tentang kontrak inseminasi buatan itu, juga tentang hubungan kalian yang sebenarnya. Jadi mulai sekarang, biarkan Yerim yang mengurus Taehyung."

"Astaga! Apa maksudmu membeberkan masalah ini padanya, Jin?!"

"Agar kau sebaiknya tahu batasanmu, sebab kau sudah ikut campur terlalu dalam. Aku hanya berusaha menjauhkan dia darimu, Shira. Pria itu bermasalah, licik, dan kita tidak tahu apa yang mungkin akan dilakukannya jika kau sudah terjerat dengannya!"

"Batasan? Sejak kapan kau menentukan batasan dalam hidupku? Apa kau sekarang sedang melantur, Jin?" Shira pun memutar bola matanya malas.

"Shira, aku tidak sedang bercanda. Kau tahu itu."

Alih-alih merespons Seokjin, Shira akhirnya memilih beranjak dari kursi kerjanya, berniat pergi dari ruangan itu. "Lebih baik aku pergi saja dari sini, sebelum kita bertengkar lebih hebat."

"Ke mana?!" Seokjin tanpa ragu menahan lengan Shira, mencoba menghentikan pergerakan gadis itu. "Belakangan, kau tidak pernah pergi lagi denganku. Kemana kau sebenarnya?"

"Oh, ya, Tuhan, Jin. Kau berisik sekali! Aku hanya ingin ke ruang pemotretan saja!"

"Menghampiri Taehyung?" Seokjin semakin mengeratkan tahanannya. "Shira, kali ini aku harus tegas denganmu. Kau sudah mulai banyak berubah sekarang! Tempo hari, saat pergi ke panti, kau bahkan pernah menangis hanya karena Taehyung memaksamu pulang. Aku tidak pernah melihatmu selembek itu. Dia membawa pengaruh buruk untukmu. Pokoknya, mulai sekarang kau harus menjaga jarak dengan Taehyung!"

Merasa disudutkan, Shira pun melawan argumen Seokjin. "Berhenti posesif padaku! Memangnya kau siapa?!" sarkas Shira. "Tidak ada keharusan bagiku untuk memberi tahu setiap keputusan dalam hidupku padamu!"

Seolah tertampar dengan pernyataan Shira, air muka Seokjin berubah masam. "Apa maksudmu? Bukankah kita sudah bersama cukup lama? Selama ini kau selalu berbagi pendapat denganku. Tapi, sejak kedatangan Taehyung, aku tak lagi mengenalmu, Shira. Coba katakan padaku apa alasannya!"

"Kau menyakitiku, Jin!" seru Shira meringis.

"Kenapa, Shira? Jangan bilang karena bayi itu? Ah, atau jangan-jangan kau sudah terbawa perasaan pada Taehyung?" selidik Seokjin. Tanpa sadar, Seokjin semakin mengeratkan genggamannya pada pergelangan Shira.

"Kenapa kau jadi begini, Jin! Kau menakutiku!" Shira lantas melepaskan tahanan Seokjin yang semakin erat, hingga menyisakan bekas kemerahan di pergelangannya. "Kau yang sekarang aneh! Kau semakin sering mengatur hidupku! Bahkan kau sempat seenaknya ingin menjodohkanku dengan Namjoon, 'kan? Padahal kau tahu seberapa besar aku membenci pria itu. Apa, sih, maumu, Jin?"

"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu!" seru Seokjin.

Shira tertawa sumbang. "Coba katakan itu sepuluh tahun yang lalu. Maka itu akan terdengar sangat lucu di telingaku, Jin," pungkas Shira, kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

Dalam kesendiriannya, Seokjin hanya bisa mengusap wajahnya lelah.

"Sesungguhnya, aku hanya... belum siap merelakanmu pada pria semacam Taehyung."

---

Author's note

Wadidaw!!! Ternyata, ada yang diem-diem terbakar api cembukor

Kira-kira apa sih yang pernah terjadi antara Seokjin dan Shira?

Hmm... WDYT???

Thank you buat yang udah mampir, readers!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro