Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Alun-Alun Bundar Kota Malang

Perjalanan ke Malang tak seburuk yang Arini bayangkan, tetapi juga tak sangat indah. Ia memilih duduk di bangku belakang paling pojok, menghindari keramaian. Di sampingnya ada Bayu, teman sekelas Gio yang kemarin mengatakan bahwa Arini cocok menjadi bagian dari DoP. Dan karena memang tugas Arini hanya di Pra Production, maka kini gadis itu ditarik juga dalam tahap Production, sebagai DoP.

Biarpun tak memiliki kamera, di dalam minibus sewaan Gio, Bayu dengan senang hati meminjami gadis itu kamera miliknya. Keduanya bising sendiri dengan pembicaraan fitur-fitur kamera yang baru diketahui Arini. "Aku biasa pakai mirrorless, bukan DSLR gini," ungkapnya, menyerahkan kamera DSLR impiannya kepada sang pemilik.

Saat hampir sampai tempat tujuan, Gio mengabsen teman-temannya yang berjumlah sepuluh orang. Mereka turun di pelataran parkir SMAN 4 Malang, di mana lima siswa dari sana telah menunggu kedatangan tim Gio. Belum cukup, lima orang lainnya dari SMAN 1 Malang pun turut datang, meramaikan pelataran.

Arini meneguk ludah, mulai tak nyaman dengan banyaknya orang asing di sekitarnya. Saat gerombolan secara bersama menuju alun-alun, Arini mengambil posisi barisan paling belakang, menghindari semua orang, termasuk Bayu dan Gio.

Namun, usahanya sia-sia belaka, sebab Gio memantau para anggotanya, dan kini tepat berada di samping Arini.

"Produser sama sutradaranya yang mana, Kak?" Arini bertanya.

Tak langsung menjawab, Gio menyerahkan clapper board kosong dan kapur putih kepada Arini. "Kamu tulis gih," suruh Gio, membuat keduanya harus berhenti sejenak dan tertinggal dengan yang lainnya.

"Produsernya dari SMAN 4, Danio. Sutradaranya dari SMAN 1, Wilda. Judul filmnya kamu inget, kan?"

Arini mengangguk, menuliskan Teratai yang Terawai di bagian paling atas. "DoP-nya siapa Kak?"

"Arini Delia."

Jawaban enteng Gio itu spontan membuat Arini melongo. "Hah?"

Tanpa diduga, Gio mengeluarkan kamera DSLR yang mirip dengan milik Bayu. "Nanti kamu sama Bayu take adegan pemeran utama dari bagian sudut-sudut aja, bukan dari depan mereka. Biar nanti kalau ditonton, kesannya beda gitu. Nggak usah ragu, Rin. Pengalaman baru 'kan jadi DoP gini?" Gio menaikkan alisnya.

Arini mengangguk tanpa protes, tersenyum pada cowok di hadapannya. Walaupun sebenarnya, ia sangat ingin pulang, memperbaiki portofolio dan CV kerjanya. Bukannya jadi relawan proyek film pendek tanpa bayaran seperti ini.

Seperti kata Gio, cowok tinggi dan bertubuh gempal dengan nametag Danio itu memimpin tim. Semua orang berdiri tepat di depan tugu Kota Malang yang menjulang tinggi. Arini dan Gio memilih untuk menepi di bibir kolam. Teratai-teratai besar berwarna merah muda itu mengambang dengan tenang di sana.

Melihat ketenangan air dan keindahan teratai, Arini gatal untuk memotretnya. Ia menyalakan kamera milik Gio, memotret tanaman air itu dari kejauhan. Tak puas, ia juga memotret dari sudut yang dekat. Ia mengatur agar hasil jepretannya menjadi bokeh. Aksinya itu mendapat perhatian dari Gio. Bayu yang mencari-cari keduanya pun turut menghampiri. Tak sampai Arini sangka, sang produser dan sutradara dalam proyek ini pun menaruh perhatian padanya.

"Ini cewek yang kamu bilang, Gi?" Gadis ber-nametag Wilda itu menunjuk Arini, sedangkan pandangannya tertuju pada Gio.

Dengan bangga, Gio memperkenalkan Arini di hadapan arek-arek Malang itu.

"Yap, namanya Arini. Dia tuh banyak jagonya. Fotografi, nggambar. Nah, naskah yang kita pakai itu, Arini ini yang bikin." Gio menepuk pundak Arini beberapa kali. Gadis itu seketika gugup bukan main. Apalagi kini, perhatian orang-orang penting dalam proyek ini tertuju padanya.

"Wih, sabi nih kalau diajak ke proyek-proyek kita berikutnya," lontar Danio, hal itu pun diangguki oleh Wilda. "Kalau proyek ini di mata PemKot menarik, nggak menutup kemungkinan kita bakal dapet proyek-proyek lagi."

Arini hanya bisa tersenyum pada mereka semua. Ia sudah berkeringat dingin, gugup bukan main. Anjir, ikut proyek nggak dibayar ini terus-terusan? batinnya. Namun, yang keluar dari mulutnya justru lain.

"Sabi, sabi. Nanti kalau ada proyek lagi tinggal kabarin aja."

Baik Danio maupun Wilda terlihat senang atas itu. Keduanya lalu mengambil posisi berdiri di atas bangku taman. Tak jauh dari bangku taman, Kantor Walikota Malang tampak apik dengan dindingnya yang berwarna putih bersih.

Danio lalu membagi belasan orang di hadapannya sesuai direksi masing-masing. Akhirnya, Gio berpisah dengan Arini karena cowok itu akan siap siaga bersama Wilda. Kini, Arini berkumpul dengan sesama DoP, yang mana salah satunya adalah Bayu. Sementara dua orang lainnya belum Arini kenali.

"Aku yang take dari depan bareng Shela. Kalian berdua take dari samping, gitu 'kan?" ujar cowok berkumis tipis yang tadi memperkenalkan dirinya sebagai Fino. Ketiga orang itu mengangguk, dan Arini mulai kelelahan. Padahal mulai saja belum.

Saat semua telah disepakati, Danio lagi-lagi bersuara lantang dari atas bangku taman. "Ayo ker, ngawali proyek iki mbek dedungo!" [*]

[*] Terjemahan: Ayo kawan, awali proyek ini dengan berdoa.

Lalu, cowok itu turun dari bangku taman. Arini dengan yang lainnya mulai membentuk lingkaran besar. Mereka memajukan salah satu tangannya untuk mengawali proyek ini.

"Dari Sudut Kota, dari kacamata yang berbeda. Film pendek Teratai yang Terawai pasti jaya!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro