Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4

Andreas menghentikan mobilnya tepat didepan gerbang besi bercat hitam. Ia kembali mencoba menghubungi Erros. Namun hasilnya tetap sama.

Andreas keluar dari mobilnya, dalam kegelapan malam matanya berkeliaran mencari cari seseorang yang dapat ia tanyai atau mungkin sang penghuni rumah yang ingin ditemuinya. Namun nihil. Jadi dengan segera Andreas membuka gerbang besi setinggi pinggangnya itu. Tanpa menoleh, ia menuju pintu bercat coklat di depannya kemudian diketuklah pintu itu.

Ketukan pertama tak ada jawaban. Namun itu tak menyurutkan niat Andreas. ia kembali mencoba.

Baru pada ketukan kedua, keluarlah pria seumurannya yang tersenyum saat melihat andreas berdiri didepan pintu.

"Hei Andreas, apa ka-"

Sapaan pemuda itu langsung disela Andreas dengan pukulan yang tepat melukai sudut bibir sang pria. "Apa apaan kau, Andreas?!"

"Harusnya aku yang mengatakan itu!" pria itu menyeka darah yang tercipta akibat kepalan Andreas. "Apa apaan kau?! Menerima tugas penyelamatan Vian sendirian?!"

"Bukankah kita bertiga telah berjanji untuk saling melindungi satu sama lain?! Vian kini berada di tangan Dé Mafia dan kau ingin menyelamatkannya sendiri?! Tanpa memperdulikan janji kita?! Tanpa memperdulikanku?!"

Pria itu menunduk dan terseyum getir. "Kau telah mengetahuinya? Apakah Devian yang memberitahukannya?" tebaknya. "Benar benar... harusnya aku tidak memberitahu anak itu."

"Itu tidak penting, Erros!" kata Andreas. "Saat ini aku ingin mengetahui alasanmu menerima tugas berbahaya itu sendiri."

"Aku minta maaf, Andreas," pria yang dipanggil Erros itu menatap Andreas dengan tatapan menyesalnya. "Namun, janji kita yang akan saling menjaga tidak pernah terjadi." Andreas menautkan alisnya. "Kau dan Vianlah yang selalu menjagaku. Aku selalu berada di belakang kalian. Kali ini, kali ini saja Andreas... biarkan aku menjalankan ini. Sendiri."

Andreas menggeleng. "Tidak. Bukan kami yang menjagamu, kita. Kita saling menjaga." kali ini Erroslah yang menggeleng.

"Mengapa kau menolak kenyataan jika kita saling menjaga? Bukankah kita bertiga sahabat? Aku dan Seravian berada di depan untuk melindungimu, sedangkan kau berada di belakang, membuat strategi agar kami tidak mati. Aku dan Vian ingin menjagamu, begitupun kau. Aku tahu itu. dan kini kita harus menyelamatkan Vian."

Erros teringat akan tugas tugas berbahaya yang mereka selesaikan bertiga. Tak dapat ia sangkali jika semua itu terselesaikan karna kekuatan Andreas dan Seravian serta satrateginya. namun apa yang kini terpikirkan Erros hingga seegois dan membahayakan dirinya sendiri, bahkan melupakan sahabat yang selalu bersamanya dalam sulit maupun mudahnya hidup yang ia jalani.

"Ingatlah saat saat itu," kata Andreas. "Itu bukanlah kerja kerasku sendiri, itu adalah kerjasama kita."

Erros menatap Andreas mantap. "Mari temui Bos."

Andreas bersyukur karna Erros merubah pikirannya dan masih menganggapnya sahabat.

kini tujuan mereka adalah menemui Bos untuk merubah tugas yang diambil Erros sendiri itu menjadi tugas yang akan diselesaikan Triade Mortelle, walau saat ini belum lengkap tanpa Seravian.

***

"Lyn, tidurlah. Kakak malam ini akan menginap di rumah Erros karna ada urusan mendadak." ucap Andreas pada seseorang di sebrang. "Ya, tidurlah. Selamat malam."

Andreas memutus sambungannya.

"Chellyn?" tanya Erros. Andreas mengangguk. "Kau tidak memberitahukan semua ini?"

"Aku belum siap jika harus menerima kekecewaan Lyn," kata Andreas. "Aku ingin selalu menjadi kakak yang baik baginya. Kakak tanpa cacat sedikitpun. Tapi apa, ternyata aku kakak yang berlumuran darah."

"Kau harusnya memberikan Lyn pengertian." usul Erros. "Kau tidak mungin terus menerus mengatakan jika kau bekerja di sebuah perusahaan. Cepat atau lambat Lyn akan tahu itu." Andreas memikirkan kata kata Erros. "Apa kau ingin Lyn mendengar kenyataan ini dari mulut orang lain? Lalu ia akan membencimu seumur hidup. Apa kau ingin semua itu terjadi?"

Membayang jika Lyn membencinya walau dengan kadar yang sedikit saja sudah membuat Andreas frustasi. lalu bagaimana jika Lyn membencinya seumur hidup? Tidak. Ia tidak ingin itu terjadi. Jadi Andreas menetapkan hatinya untuk mengatakan kebenarannya pada Lyn.

Namun kapan? Batin Andreas. Aku belum siap melihat kekecewaan Lyn.

Mobil yang dikendarai Erros pun memasuki parkiran hotel yang cukup terkenal di London.

Dahulu hotel itu merupakan hotel yang terkenal, namun karna kurangnya pengunjung membuat hotel itu berada di ujung jurang kebangkrutan.

Dark London yang mengetahuinya lalu menyuntikkan dana pada hotel itu. Namun kebangkrutan tak dapat dihindari, hingga membuat pemilik dengan terpaksa menjual hotelnya pada Dark London dengan harga miring.

Kini dark london mendapati hasil sepuluh kali lipat setiap bulannya dari harga pembelian hotel itu dengan menambahkan fasilitas yang dilarang pemerintah namun banyak diminati pengunjung. Itulah cara mafia mencari keuntungan.

Berjalan masuk ke lobi utama, mereka disambut salam penghormatan dari para penjaga. Tanpa membuang waktu mereka segera mereka masuk ke dalam lift, menuju ke lantai paling atas.

Tepat setelah lift berhenti dan pintu terbuka, nampaklah pintu kembar hitam dengan dua penjaga di setap pintunya. Erros memberitahukan namanya dan menunjukkan pin berbentuk bulat dengan jam besar london didalamnya. Dua pria itupun membukakan pintu.

Di dalam ruangan itu, mereka disambut cahaya remang namun nyaman yang selalu menjadi ciri khas ruangan sang pimpinan.

"Erros, Andreas." kata sang pemimpin memutar kursinya. Yang merasa di panggilpun maju dan berhenti tepat berada satu meter di depan meja sang pimpinan. "Ada apa?"

"Bos," kata Erros. "Aku ingin menjalani tugas yang kau berikan itu bersama dengan Andreas."

Sang bos menatap Erros. "Bukankah kau telah menolaknya?"

"Ya, tapi saat aku memikirkan ulang, aku-"

"Baiklah,"

"Ha?" ucap Erros dan Andreas bersamaan.

"Ada apa?" sang Bos menatap dua anak buahnya dengan bingung.

"Maksud Bos?"

"Pergilah," kata sang Bos. "Selamatkan Seravian, tanpa ada sedikitpun informasi yang didapatan Dé Mafia."

"Kami?" tanya Erros dan Andreas bersamaan.

"Bukankah itu yang kalian inginkan?"

"Ba-baik!" ucap Erros, sedangkan Andreas hanya mengangguk kemudian keluar dari ruangan itu menuju mobil mereka.

"Aku rasa ini akan menjadi rumit bagimu..." gumam sang bos sembari memutar kursinya. "...Andreas."

***

Mobil sedan hitam berhenti di depan gerbang besi bercat hitam. Tak lama Andreas keluar dari mobil dan membukakan gerbang agar sang pengemudi -Erros dapat memasukkan mobinya ke garasi.

Sementara Erros memasukkan mobil, Andreas berjalan perlahan menuju pintu bercat coklat. baru setelah Erros berdiri di sampingnya Andreas mengetuk pintu.

Cukup satu kali ketukan, Devian dengan senyum leganya membukakan pintu.

"Syukurlah, kak." ucap Devian yang menatap Erros, kemudian pandangannya jatuh pada Andreas. "kak andreas terimakasih, karna telah memberikan pengertian pada kakakku yang... ekhm, bodoh ini."

Erros membalas ucapan devian dengan kepalan yang mengenai puncak kepala adiknya itu. "Bukankah aku sudah kukatakan padamu untuk tidak mengatakannya pada Andreas?!"

Mereka bertiga beriringan masuk ke rumah minimalis namun nyaman itu. "Aku khawatir padamu, kak..."

"Bukankah aku sudah katakan," kata Erros. "Aku akan pulang bersama Seravian dengan selamat."

"Erros..." Andreas yang mendengar itu menampakkan raut marah yang dibuat buat. "...Jangan lagi... "

Erros yang sadar sahabatnya itu sedang bergurau hanya dapat memasang wajah kesal nya. "Baiklah..." ucap Erros disela sela langkahnya yang gontai. "Kamarmu, seperti biasa."

Mendengar ucapan Erros, Andreas otomatis berjalan menuju kamar yang berada di lantai dua.

***


Salam, 

Marina

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro