Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

08_anxiety ring

Cause now, she sees 'him' in everyone she meets, in a very bad way.

***

Hujan masih sering menggenang, begitupun hari ini kala Isy sedang dalam perjalanan menuju ke rumahnya. Oleh karena itu, meski gelap sudah mulai membayang di atasnya, Isy memilih memelankan laju motor, untuk kemudian berhenti sepenuhnya di depan halte bus yang sama sekali tidak diminati. Suara jatuhnya air semakin terdengar deras, seolah tepat berada di belakang Isy, membuat gadis itu bergegas berteduh setelah menghentikan kendaraan di depan halte. Untungnya, dia tidak berada di jalan raya besar yang membuatnya tidak bisa memarkirkan motor di sana.

Isy segera melepaskan tas di punggung, lalu menepuk-nepuk benda itu untuk mengusir butiran air yang sempat singgah membasahi. Sebenarnya, dia tidak keberatan jika harus menantang debit air dari langit. Akan tetapi, dia masih cukup waras untuk membiarkan laptop dan buku serta paper yang baru saja dia cetak basah kuyup terkena hujan.

Dengan cepat, tangannya mengambil pouch bag plastik yang cukup besar, kemudian mulai memasukkan benda-benda di dalam tas ke dalam sana. Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk memberikan perlindungan dua lapis terhadap peralatan kuliah yang dia bawa. Sebab setelah memasukkan pouch bag itu ke dalam tas, Isy juga memasang rain cover ke tas punggung, untuk menghalau air yang sebentar lagi gencar berdatangan.

Kalau orang mengira bahwa gadis itu akan meneduh sampai hujan reda, maka asumsi itu bernilai salah besar. Sebab Isy hanya ingin menyelamatkan barang bawaan, bukan tubuh semampainya. Sehingga, tidak membawa jas hujan pun bukan masalah untuknya. Akan tetapi, kala dia hendak menuruni halte dan membiarkan hujan mulai mengecupi badan, satu tubuh lain menghalangi langkahnya. Gerak cepat dari orang itu membuat tubuh Isy membeku. Kaki yang semula bersiap melangkah, segera berhenti bak ban kendaraan yang diimpit kanvas rem.

Tak ada yang terjadi, hanya seseorang yang turut berteduh dari ganasnya air alam. Bahkan, lelaki itu tidak melirik Isy sama sekali, fokus dengan tubuhnya sendiri. Seharusnya, gadis itu bisa melanjutkan niat yang tertunda, tetapi yang terjadi justru berbeda. Tangannya saling bertaut dengan badan yang gemetar, padahal gigil sama sekali belum menyerang.

Dia benci harus seperti ini. Harus menerima dengan patuh bayangan yang masuk ke kepala, yang membuatnya hanya bisa memainkan logam yang melingkar di jari. Malam itu, gerimis, ban motor yang kehilangan fungsinya, juga tepukan di pundak samar-samar mengganggu kesadaran. Namun, dia tidak bisa kalah. Tangannya tidak lepas dari anxiety ring di jari telunjuk, dengan napas yangg perlahan kembali teratur. Dia benci harus melihat dia di tubuh semua orang yang ditemuinya. Akan tetapi ....

That's ok, nggak ada apa-apa. Mending aku pulang sekarang biar Bunda nggak khawatir. It's ok, it's ok.

Kalimat itu terus dia ulang dalam hati, seolah adalah satu-satunya mantra paling ampuh yang dia punya. Hingga tubuh gadis itu semakin relaks, keberaniannya untuk mengangkat kaki kembali hadir. Dia perlu menarik napas sebentar dan memjamkan mata, sebelum menuruhkan kedua tangan yang ada di depan perut dan berlari ke arah motornya terparkir.

Meski begitu, tak pelak air mata jatuh dari pelupuknya, tepat sebelum helm di tangan melingkupi kepala.

Bunda, maaf. Isy ternyata masih takut.

***

"Udah pulang, Za?"

Hal yang pertama kali ditemui Jaza setelah menyampirkan jas hujan ke atas motornya adalah sosok Ibra dengan handuk di tangannya. Lelaki itu terlihat seperti habis keramas, sebab rambut basah dan wajah yang jauh dari kata kusam dapat dilihat dengan jelas. Mungkin, dia sehabis kehujanan juga seperti Jaza. Sebab, partnernya mendirikan usaha sekaligus kakak kelas saat SMA yang merangkap sebagai tetangga kamarnya itu sempat mengabari bahwa dia akan pulang sebelum magrib menjelang.

Jaza melirik Ibra sebentar, lalu melanjutkan aktivitasnya membuka sepatu. "Iya, Bang."

"FISIP Heroes aman?" Ibra bertanya lagi, sembari membenarkan letak parkir motornya, membuat Jaza tertahan di parkiran indekos untuk beberapa waktu lagi.

"Aman, Bang." Jaza menjawab singkat, karena memang tidak ada kendala berarti yang sedang dia hadapi. Kemarin, di hari tugasnya bersama kelompoknya--termasuk Isy--pun permasalahan yang dihadapi hanya perihal air banjir yang menggenang.

Jaza baru saja hendak berbalik dan melangkahkan kaki ke dalam indekos. Akan tetapi, lagi-lagi suara Ibra menginterupsi. "Logistik gimana, Za?"

Jaza memutar mata. "Bang, ini gue boleh mandi dulu nggak sih, nanti baru interogasi lagi?"

Ibra pun tidak bisa menahan diri untuk terbahak keras. "Ya elah, sensi bener lo. Kusut lagi mukanya. Perkara cewek, ya?"

Kalau saja bukan seniornya, mungkin Jaza sudah mengambil salah satu sepatu di rak dan melemparkannya ke arah Ibra. Bukan karena kalimat itu mengesalkan, tetapi juga karena ia bernilai benar. "Berisik, Bang."

Lelaki itu berlalu dari sana, melaksanakan niat yang terurung untuk beberapa menit karena Ibra. Akan tetapi, tampaknya seniornya itu belum merasa puas dengan tingkah usil yang menyebalkan. Sebab kala melewati lorong indekos untuk sampai ke kamarnya pun, Jaza masih mendengar teriakan Ibra di belakang sana.

"Cie ... Jaza nggak jadi secret admirer lagi."

Jaza menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan sosok pemimpin yang bisa berubah 180 derajat seperti ini. Bahkan, tawanya menggelegar, terdengar puas sekali.

Abai adalah pilihan yang Jaza buat, sembari membawa langkah ke kamar mandi. Sedang pikirannya tidak berada di sana, seolah terpisah dari tubuhnya. Bersama guyuran air di seluruh badan, yang dilihat Jaza bukanlah dinding kamar mandi yang buram karena air yang menghalang. Melainkan potret Isy yang dilihatnya dari jauh beberapa saat yang lalu, wajah paniknya yang sama sekali tidak bisa dilupa begitu saja.

Bahkan, hingga tubuhnya kering dan lengkap dengan busana, nama gadis itu sama sekali tidak enyah dari sana. Sebab, tadi, kala dia tidak sengaja melajukan motor di belakang Isy dan meski dari kejauhan, dia dapat melihat dengan jelas bagaimana Isy saling mengaitkan tangan di depan badan, memainkan jari dengan sesuatu yang sudah dia duga itu apa. Benda yang sama dengan apa yang baru saja dia keluarkan dari lemari pakainnya. Benda yang dimiliki oleh orang yang sama pula, yakni Isykarima Java Sephora.

Jaza merebahkan badan, tetapi matanya tidak lepas dari cincin digenggaman. Sekilas, benda itu tampak biasa. Akan tetapi, segalanya menjadi lain ketika ada kenyataan yang menyertai, bahwa benda itu jatuh dari jari Isy dan ditemukan oleh Jaza hampir setahun silam. Lebih tidak biasa lagi, karena benda itu memiliki fungsi lain. Sebagai teman bagi seorang yang memiliki anxiety. Dan tadi, Isy mengenakannya lagi.

Ada takut yang menyertai kala Jaza berpikir terlalu jauh tentang Isy, melampaui batas privasi yang tidak seharusnya dia ulik tanpa persetujuan sang pemilik. Akan tetapi, banyak jalinan kisah di kepala yang membuat lelaki itu tidak bisa membungkam pikirannya. Anxiety ring yang semula dia kira hanya cincin biasa, kejut dan amarah Isy saat Jaza ingin membantu di parkiran kala itu, kerasnya penolakan yang diberikan setiap kali Jaza menawarkan bantuan, dan eksklusivitas yang terlihat kentara membuat Jaza tak bisa berhenti menerka tentang apa yang tersembunyi di balik sang gadis.

Bersama roda kepala yang tak berhenti bekerja, Jaza membawa salah satu tangan ke belakang leher, menjadikannya bantal. Sedang satu tangan sisanya dia gunakan untuk memainkan cincin milik Isy.

"Kamu kenapa, Sy?"

Namun, tidak ada yang bisa menjawab tanya itu. Bahkan keluasan ruang semesta pun memilih bungkam dan meninggalkan Jaza dalam semoga yang diudarakannya. Agar Isy ... memperoleh semua bahagia di dunia.

***

G L O S A R I U M

Anxiety Ring: Cincin yang didesain khusus untuk memerangi stres dan serangan panik. Sekilasm cincin ini terlihat seperti cincin biasa pada umumnya. Anxiety ring memiliki berbagai jenis, sedang yang paling populer adalah cincin dengan 'pemintal' dengan segmen di tengah yang dapat digerakkan, berguna untuk mendistraksi kecemasan yang menyerang.

(Anxiety ring yang sekarang dipakai Isy)

(Anxiety ring yang ditemuin Jaza)

AN, di batas guliran senja.

April 11, 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro