Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Juri Tiga

Welcome to the Mobile Legend /ga.

Jadi, ya, halo.

Sebenernya aku bukan juri utamanya. Cuman karena waktu itu ditawarin, yaudahlah aku iyain aja—ketimbang aku pusing-pusing mikir bikin ceritanya kek begimana karena udah pusing sama event tahunan awowko. Oiya, maap ya, kalo komentarku pendek karena aku nggak pandai berkomentar, juga memberi nilai. Semoga komentarku bisa membantu kalian dalam pengevaluasian diri untuk lebih baik dan semangat lagi dalam menulis.

Arigatou~

Menyalahkanmu di Neraka Nanti (8,4)

Pas baca paragraf pertama, wah, related banget buatku. Kalimat "kebaikan kita diperalat, dipermainkan, dan dijadikan sebuah kelemahan yang siap menghancurkan kita kapan saja", aku benar-benar suka. I don't know why. Kupikir, itu memang benar-benar terjadi oleh kebanyakan orang. Mungkin itu alasannya.

Dari alur, sudah apik. Karakter tokoh utamanya pun sudah kuat, sehingga pembaca bisa mendapatkan feel-nya. Hanya saja, menurutku ada beberapa penggunaan tanda baca yang kurang pas penempatannya, juga ada yang seharusnya memakai tanda koma. Selebihnya sudah bagus. Rapi tulisannya, jadi enak dibaca. Pesan yang disampaikan di akhir cerita, ajiblah. Aku suka kalau ada yang ngegas gitu, awowko.

Aku Juga Ingin Dihargai (7,2)

Bagus kok, ide dan alur ceritanya. Hanya saja ada yang kurang sreg di aku, yaitu endingnya. Hm, gimana ya? Menurutku, endingnya masih nggantung. Aku penasaran, bagaimana Ibu Fira akan menindaklanjuti si Tasya atas kejadian yang dialami tokoh "aku" dan akhir nasib keduanya. Mungkin kalau memangkas kalimat yang tidak terlalu diperlukan, endingnya bisa ditulis. Itu menurutku sih.

Oiya, masih ada beberapa kata yang tidak baku kutemukan di cerita ini. Dan juga, penggunaan huruf kapital saat si "aku" berteriak, kurasa itu berlebihan, bikin sakit mata pembaca. Mungkin, memang niat hati ingin menunjukkan kalau si "aku" benar-benar marah. I'm sorry to say that, tapi memang itu yang aku rasain.

Hadiah Kehidupan dari Malaikat Maut (8,2)

Ini transgendernya versi halus ya, dihidupkan lagi jadi cowok setelah mati tiga kali. Miris sih, liatnya. Apalagi si tokohnya dipermainkan kehidupannya sama malaikat maut. Bener-bener nggak ada akhlak /plak.

Hidupnya Susanto yang penuh kesengsaraan—bahkan sampai dia mati—menurutku sudah dijabarin dengan bagus. Apa lagi? Nggak tau aku, bingung mau bilang apa :")). Intinya sih, sudah bagus, dan tulisannya rapi jadi enak dibaca. Mangtaps hyung.

Woodruff (7,2)

Bentar, ada yang mau aku tanyain. Pemuda yang melarat itu, namanya Fikri apa Rifki? Rifki kan, ya? Soalnya ada nama Fikri pas di awal-awal pemuda itu dituduh mencuri tas. Typo kah?

Aku menemukan ada tanda baca yang nggak sesuai penempatannya, juga ada yang tidak memakai titik di akhir kalimat. Ada juga kata depan yang tidak diberi spasi padahal seharusnya diberi (ditangan harusnya di tangan). Oiya, menurutku, ada yang kurang pas alasan di balik Rifki mengalami patah tulang. Kan di awal dijelasin kalau penyebabnya karena dituduh mencuri tas, tapi kenapa pas di akhir malah jadi karena mengambil sebungkus roti? Terus juga, kata "masa" harusnya "massa". Mungkin yang itu typo kali ya? Perhatikan lagi oke?

Udah, itu aja. Selainnya bagus kok. Dari alur dan ide cerita, sampai pesan yang disampaikan pun dapat.

Kata Sandi Sandiwara (7)

Ada perubahan sudut pandang di paragraf kesebelas. Yang mana? Coba baca ulang deh. Kalau nggak nemu, biar aku perjelas.

Di awal kan, menggunakan sudut pandang ketiga. Tapi kenapa tiba-tiba menggunakan sudut pandang orang pertama, lalu balik lagi memakai sudut pandang orang ketiga? Ini nggak konsisten sih. Tolong diperhatikan lagi.

Menurutku, masalah kakaknya Amanda itu kurang berkaitan sama masalah Amanda-nya sendiri. Itu sih, menurutku ya, nggak tau yang lain. Jadi, aku ngerasanya kurang pas aja gitu. Tapi selebihnya bagus walau masih ada yang typo sedikit.

Di Jalan (7)

Ada kata asing yang masih belum diitalic, juga ada beberapa tanda baca yang nggak diperlukan antara dua kata. Contohnya "keren-banget", seharusnya nggak usah pake tanda hubung. Ada juga penggunaan kata depan yang kurang dikasih spasi, seperti "kemana" harusnya "ke mana".

Aku merasa konfliknya kurang ngena sama tema yang diusung. Kurang kuat, itu yang aku rasain setelah baca—walaupun memang ada unsur bullying lewat sosial media dan temannya yang secara nggak langsung nge-bully dia karena K-poper.

Aku atau Mereka yang Hancur? (8,3)

Pas baca paragraf awal, ada yang kurang. Yap, penggunaan kapital.

Hm, aku cuma berkomentar sedikit aja soalnya kebanyakan udah bagus. Penulisannya rapi, masalah yang dibawa memang related sama orang-orang yang pinter, orang yang ngambis, dan lain-lain. Heran ya, orang-orang begitu kenapa gampang banget dimusuhin? Awowkwo. Bagus, aku suka ceritanya.

Toxic-Toxic di Bumi (7,3)

Ayo, tebak-tebakan dulu. Nasihat atau nasehat? Yep, nasihat. Aku menemukan kata tidak baku, dan penggunaan tanda baca yang kurang pas. Ada juga di awal dialog seharusnya menggunakan huruf kapital. Dan ada kata yang tidak perlu diitalic serta lebih efisien menggunakan bahasa Indonesianya karena memang sudah ada kata serapannya. Seperti miniature, lebih baik kalau ditulis dengan kata miniatur.

Udah, mungkin itu aja. Aku nggak tau mau komentar apalagi soalnya selebihnya udah bagus. Pesan yang ingin disampaikan pembaca pun dapat. Hanya perlu lebih memerhatikan lagi kesalahan yang tadi kutulis.

Under Class (7,3)

Plot twist bukan sih? Ini tau-tau tokoh utamanya ngebakar satu sekolahan. Gila. Terus itu akhirnya dia bunuh diri? Keren sih, mati satu mati semua awowko. Kalau balas dendam nggak neko-neko ya.

Penggunaan "-ku" seharusnya digabung dengan kata sebelulmya. Begitu juga "ku-" yang harus digabung dengan kata setelahnya. Tapi, aku juga menemukan penggunaan kata itu yang kurang pas, seperti "demiku" mungkin lebih enak kalau ditulis "demi aku".

Ada beberapa kata asing yang tidak diitalic, seperti bully, under class. Juga ada beberapa tanda baca yang kurang pas penempatannya. Selebihnya okelah, aku suka jalan ceritanya.

Kerupuk (7,5)

Penggunaan angka di kalimat, maksudku seperti "hingga 1 kebohongan ...", itu kurang efektif. Selama itu bukan angka yang menunjukkan jumlah banyak, sebaiknya ditulis menggunakan huruf. Perhatikan lagi dalam penggunaan huruf kapital, seperti contoh "3 Minggu 5 hari", kata minggu di situ bukan menjelaskan nama hari jadi tidak perlu menggunakan kapital. Juga pada dialog tag, tidak memakai kapital.

Aku suka akhir ceritanya. Endesss, ngena banget sih. Orang kaya yang modelnya begitu memang harus ngerasain melarat dulu baru bisa ngerti kondisi orang yang dihinanya. Bagus, aku suka ceritanya.

Lelah (7,2)

Ada tanda baca yang kurang pas penempatannya. Ada yang seharusnya menggunakan kapital, seperti kata sapaan "pak". Ada kata yang seharusnya diitalic. Ada penggunaan kata depan yang kurang pas, seperti "kemana-mana" seharusnya "ke mana-mana".

Penokohan Adel menurutku kurang kuat. Dia yang awalnya benci banget sama Keysha, di akhir bisa nangis pas minta maaf. Ceritanya udah bagus, tapi kalau diperhatikan lebih dalam lagi, pasti tambah bagus.

Perfectshit (7,7)

Ada ketidaklogisan di sini, menurutku. Di perlombaan, seharusnya yang juara—mau juara satu, dua, atau tiga—pasti ada hadiahnya. Tapi kenapa Dea yang juara dua nggak dapet hadiah sama sekali? Eh, nggak tau ding, bisa aja itu ketentuan panitia. Kalau beneran ada yang begitu, panitianya nggak ada akal sehat sih.

Penggunaan kata depan, seperti "disini" harusnya dipisah. Dan singkatan SMS seharusnya pakai kapital. Oiya, kata sapaan, seperti "nenek", itu pakai kapital ya. Malah di akhir paragraf, semua hurufnya menggunakan kapital. Jujur sih, itu bikin sakit mata, nggak tau kenapa. Tapi dari jalan ceritanya, aku suka. Penulisannya rapi, jadi enak dibaca.

Despair (8,2)

Rapi tulisannya, jadi enak dibaca. Dan masalahnya pun berada di lingkup keluarga, jadi dapet feel-nya. Aku nggak nyangka kalau akhirnya Selena memilih bunuh diri di depan saudaranya dan pacarnya. Aku tidak menemukan banyak kesalahan, hanya beberapa kata yang typo. Oh, penggunaan katanya, seperti "jjjjjjangan" (aku nggak tau ada berapa huruf j di tulisan yang asli awowko). Mungkin bisa diperbaiki jadi "j-jangan". Selebihnya bagus.

Perjalanan Si Tanpa Nama (8,5)

Nggak tau kenapa, aku suka sama anak kecilnya. Lugu-lugu lucu gimana gitu. Dia berusaha memahami dunia, memahami apa yang dia lihat. Bisa ngobrol sama hewan. Manjiw. Terasa seperti fantasi, I think.

Aku suka sama ceritanya. Rapi dan tidak ada kesalahan. Pemilihan katanya pun jadi daya tarik tersendiri buat pembaca menikmati ceritanya. Hanya saja, aku nggak begitu paham sama akhir ceritanya. Yang terjadi dengan Bumi adalah merebaknya wabah? Kalau dilihat dari link yang dicantumkan, sepertinya wabah Covid-19. Tapi, ketidakpahamanku soal endingnya itu bukan jadi masalah yang berarti untuk keapikan cerita ini. Pertahankan, hyung!

Don't Look at Me Like That (7,3)

Penggunaan "-ku" kudu digabung sama kata sebelumnya, begitu juga "ku-" yang kudu digabung sama kata setelahnya. Penggunaan kata depan "di" yang tidak menunjukkan tempat harusnya digabung. Lalu, kata sapaan, seperti "mama", harusnya menggunakan kapital. Dan ada beberapa tanda baca yang nggak sesuai penempatannya. Oiya, dialog tag tidak perlu menggunakan kapital.

Ada percakapan yang bikin aku ketawa, awowkwowk dada sapi. Watak yang dibawakan tokohnya pun bisa aku hayati—seakan-akan aku jadi bencongnya (btw ya, aku baca tiap dialog para bencongnya tuh sambil ngikutin gaya bicara bencong beneran awowkowk). Selebihnya bagus. Pesan yang disampaikan dapat.

I Hate Women (7,6)

Aku kurang sreg sama penggunaan bahasa yang digunakan oleh percakapan tokoh-tokohnya, kebanyakan menggunakan bahasa Inggris. Memang sih, ceritanya berlatar di luar negeri. Tapi, lebih enak menggunakan bahasa Indonesia. Pendapatku, entah kenapa jatuhnya malah terlihat nggak konsisten—ini cerita berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris.

Selebihnya bagus. Aku tidak menemukan kesalahan. Pun jalan ceritanya bagus. Mantap.

Si Tua Bangka (8,3)

Bagus. Aku suka ceritanya. Pemilihan kata yang pas membuat pembaca ikut hanyut dengan apa yang dirasakan Ara. Kupikir, aku nggak perlu berkomentar banyak, karena cerita ini sudah dikemas dengan apik.

Catatan Hitam Andreas (7,4)

Ada diksi yang kurang pas penggunaannya, seperti "kapan pun ia menginginkan sesuatu ...", kupikir lebih baik diganti dengan frasa "apa pun". Hampir tidak ada kesalahan yang lainnya. Semuanya bagus.

Hanya saja, aku agak aneh dengan adanya perlakuan si Chandra yang menyodomi Andre. Kupikir, itu nggak ada sangkut pautnya sama masalah yang dibawa di awal cerita. Kesannya seperti memaksa(?). Dan yang waktu si Andre disodomi, berarti dia ikut menikmatinya juga? Atau gimana? Kalau dilihat dari endingnya, kupikir begitu. Udah sih, itu aja.

Raihana (7,9)

Ini plot twist sih, menurutku. Bukan plot twist juga sih, tapi kayak nggak disangka aja ternyata endingnya begitu. What the hell?

Dari segi penokohan, aku suka. Dan pemilihan katanya pun udah bagus, jadi gampang dipahami dan diikuti arus—eh, alur—ceritanya. Aku tidak menemukan kesalahan, jadi ... yep. Udah bagus.

Punishment Game (7,8)

Sepanjang aku baca cerita ini, aku merasa kayak tukang keong. Tau kenapa? Aku sibuk hah heh hah heh? Apa ini? Nathan yang mana ini? Lah, kok begini? Anjir, ini gimana sih? Alias aku bingung sama jalan ceritanyaaa :'((( ini emang otakku yang nggak nyampe kali ya?

Tapi di samping itu, aku tidak menemukan kesalahan. Penulisannya bagus, diksi yang digunakan pun tepat. Ini seperti teka-teki(?) yang mana pembacanya harus berpikir dengan keras (kalau pembacanya seperti aku awowko).

Sama Saja (7,8)

Selesai baca cerita ini, aku kayak, wahh, iya. Sekarang banyak orang yang melakukan kebaikan tapi demi konten, haus perhatian, ingin dipandang baik, tanpa tau itu beneran tulus atau tidak. Tapi, si "aku" pun salah; menghakimi orang seenak jidat tanpa tahu faktanya, beropini ini-itu tentang kejelekan orang, tapi dianya cuma duduk manis dan nggak berbuat apa-apa. Ini related banget sih.

Pengemasan ceritanya bagus. Pun memang masalah yang dibawa ini sedang hangatnya di zaman ini, jadi pembaca bisa ikut merasakan. Tulisannya rapi. Hanya saja, kata sapaan "mama" sebaiknya menggunakan kapital.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro