Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hadiah Kehidupan dari Malaikat Maut

Sudah tiga kali Nur mati. Kematian terakhir Nur ditikam dari belakang dengan sebuah parang saat bercinta dengan suami yang sudah memiliki istri. Pelakunya istri itu sendiri, gelap mata karena cemburu, sebab perbuatan maksiat tersebut dilakukan di dalam rumah ketika ia diyakini telah terlelap tidur.

Kematian keduanya tidak kalah tragis. Saat itu Nur adalah seorang perawat di masa perang. Lari-lari tunggang-langgang mengobati pasien yang tidak pernah berkurang jumlahnya. Dan suatu ketika, kakinya tidak sengaja tersanjung kaki ranjang dan didekap dokter tampan yang belepotan darah serta nanah. Nur jatuh cinta.

Itu awal perjumpaan mereka sebelum naik ke jenjang pernikahan. Semua berjalan sempurna. Sampai akhirnya belang si dokter terungkap. Bahwa ia sudah pernah menikahi lima wanita sebelumnya. Dan setiap purnama ketiga, kelima wanita itu berakhir menjadi pajangan gila di dalam toples-toples kaca. Tubuh mereka dimutilasi dan diawetkan. Beberapa organ dijual, sisanya jadi bahan penelitian. Asuransi segera diklaim demi mengulang episode serupa. Dalih si dokter selalu sama: istrinya meninggal dalam perang atau gugur saat mengabdi di daerah rawan.

Nur jadi wanita keenam yang ususnya terburai di meja operasi.

Kematian pertama Nur tidak pernah terlupakan, selain itu pengalaman perdana kehilangan nyawa, Nur masih rindu dengan pria tampan yang memenjarakan jiwa dan raganya kala itu. Pria berhidung bengkok, bermata sekelam malam, dan senyum manis laksana cahaya bulan.

Sayang pria itu telah dijodohkan dengan gadis lain. Yang lebih cantik, seksi, pintar, anggun, kaya, dan lebih-lebih lainnya. Oleh sebab itu, Nur yang putus asa menggantung hidupnya pada seutas tali tambang, mengakhiri penderitaan cinta dengan membawa luka batin yang dalam.

Namun di alam kubur, ia ternyata masih dikuntit sial.

Alih-alih digiring ke neraka tempat lehernya akan digantung berkali-kali dengan rantai panas, malaikat yang ditugaskan untuk mengantarnya malah memberikan sebuah penawaran: Apa kau mau hidup kembali?

Nur tidak percaya reinkarnasi. Baginya setelah mati, hanya alam baka dan penimbang amal-dosa. Makanya Nur heran dan dengan bingung menjawab: Iya.

"Kau ingin seperti apa di kehidupan kedua?"

Itu saat Nur meminta sebuah keterampilan dan penampilan yang mampu menjerat pria tampan bertalenta. Seperti dokter, pilot, atau tentara. Lalu di kematian kedua kalinya. Malaikat iseng itu mendatangi Nur lagi.

"Jadi, kau masih ingin hidup kembali?"

"Untuk apa hidup dan mati tiga kali?"

"Pikir dulu," Malaikat Iseng mengetuk tudung kepalanya. "Kau bisa jadi apa saja dan memperbaiki dua kehidupan sebelumnya."

"Kalau begitu aku ingin jadi cantik, kaya, terhormat, dan memiliki status terpandang."

Ruh Nur dikirim ke rahim seorang keluarga bangsawan. Namun karena intrik dan perebutan harta warisan, posisinya selalu tak aman dan ia berakhir jadi bulan-bulanan wanita gelap mata.

Sekarang di kematian ketiga, Nur pasrah bila ia harus digiring ke neraka lantai minus delapan. Baginya, sakit dalam percintaan lebih menggilakan daripada dibacok wanita gila berkali-kali. Sayangnya lagi, malaikat iseng itu masih senang menjahili Nur dan perasaannya.

"Jadi, kau masih ingin hidup kembali?"

"Kenapa aku yang terus kau hidupkan, bukannya orang alim atau nabi sekalian?"

"Mereka obat dunia. Sebagaimana semua obat, dosis berlebihan di luar takaran resep dokter selalu tidak baik. Cukup sekali dalam seumur hidup."

"Lantas, kenapa aku dihidupkan berkali-kali?"

"Karena lucu."

Nur tidak tertawa seperti sang malaikat mentertawakan dirinya.

"Aku suka melihatmu menderita pada masalah yang sama."

"Aku benci mengalaminya berulang-ulang."

"Hei, lihat sisi baiknya, kau manusia pertama yang hidup kembali ke dunia sebanyak tiga kali."

"Dan aku masih tidak menjadi orang suci atau dipuja-puja pemuka agama. Tak ada yang menanyai kesaksian atau mencari pencerahan dariku."

"Karena kau bukan siapa-siapa di mata mereka."

"Benar. Bukan siapa-siapa."

"Jadi, ingin seperti apa di kehidupan keempat?"

Kali ini di luar dugaan, Nur tertawa. Senyumnya mengembang pahit. Setitik air mata tumpah membingkai tawa manisnya yang ngilu. "Aku ingin jadi laki-laki." Nur mengambil napas panjang. Lega sekaligus berdebar-debar.

"Laksanakan. Terimalah kebaikanku yang terakhir ini."

Nur terkejut. Sebelum Nur protes, menarik ucapan kembali atau melangkah dari wadahnya berdiri. Ia disedot pusaran angin kencang sampai tubuhnya melayang-layang dan terisap ke kehampaan.

Nur tidak sadarkan diri.

Belasan tahun kemudian, Nur tumbuh menjadi remaja kebanyakan. Fisik tubuhnya tak bisa dibilang laki-laki sempurna karena gemulai dan halus, namun tidak bisa juga dianggap perempuan seutuhnya karena dia cowok tulen dan memiliki jakun di leher.

Karena sisi wanita di dalam tubuhnya, Nur rajin merawat diri di rumah. Memakai pelembab dan mandi lebih lama dari laki-laki kebanyakan. Meski tak dipungkiri pula, sikapnya yang suka memberikan perhatian dan menyenangkan membuat banyak perempuan rela menyingkirkan rasa cemburunya dan memburu Nur.

Lambat laun ia semakin dewasa dan digilai kedua jenis kelamin bersamaan. Para pria terpesona oleh kecantikannya dan para wanita mengincar sikap lemah lembut dan pengertiannya. Jelas ini dilema, Nur sendiri merasa dirinya adalah lelaki tong-tong. Memiliki batang, jakun, dan suara yang berat. Namun di sisi lain, ia juga senang dengan kucuran perhatian yang diberikan para lelaki. Memuji detail kecil dalam diri mereka merupakan kebanggaan tersendiri bagi Nur. Itu sebabnya, ia selalu mandi wajib setiap bulan, dalam periode tertentu, dan bukannya mimpi menyetubuhi, ia justu sering disetubuhi oleh tokoh-tokoh rekaan dalam mimpinya.

Membuat Nur semakin galau akan identitas kelaminnya.

Kadang ada hari dimana Nur merenung dan berharap bisa menyembelih si Malaikat Iseng. Mengambil sabitnya dan bunuh diri serta jalan sendiri ke neraka. Beruntung bila di persimpangan ia tersesat sampai surga.

Maka demi mengobati keresahan hati, Nur pun mengubah nama, mengganti identitas dan pergi dari kota asalnya tinggal. Sengaja meninggalkan semua masa lalu di desa dan pergi ke ibu kota. Berharap nasibnya benar-benar berubah dan ia bisa menerima seutuhnya raga dan jiwa laki-laki dalam tubuhnya.

Kini namanya Susanto, di masa lalu itu nama dokter yang menikam perut dan menarik ususnya. Susanto mengingat semua masa lalunya sama baik dengan mengingat kapan ulang tahunnya di kehidupan keempat.

Di ibu kota Susanto bekerja sebagai freelance penulis artikel. Kadang menjajakan cerpen ke berbagai rumah koran, majalah, atau situs-situs dunia maya. Dengan uang-uang yang didapat itulah, Susanto menyewa kos sederhana dan tinggal di sana sampai tujuannya cukup untuk mengontrak rumah.

Seringnya di deretan kos tersebut, tinggal sepasang suami-istri yang melulu ribut bagaikan kucing kawin. Entah itu teriakan, hujatan, bentakan sampai tutup panci berterbangan. Susanto bahkan berani bersumpah, ada sebongkah lemari terlempar ke tengah halaman dengan isi-isinya, lalu melihat sendiri dari mulut pintu bahwa sang istrilah yang melakukannya.

"Dulu mereka pasangan yang mesra, saling melengkapi dan mendengarkan keluh kesah satu sama lain." Seorang tetangga melongok dari dalam jendela, bernostalgia.

"Dan setelah lama kawin, mereka terlalu banyak bicara sehingga butuh telinga tetangga sebagai pendengar keluh kesah?" sembur Susanto.

Tidak bisa dipanglingkan bahwa Susanto rindu masa-masa pernikahannya. Meski pernikahan pertama batal dan dua lainnya menyebabkan nyawanya hilang. Susanto tetap rindu pada gegap-gempita pesta pernikahan, kue bertingkat warna putih, gaun lebar, dan dilayani bak ratu sehari semalam. Juga belaian dan curahan kasih sayang sang suami yang selalu membuat jantungnya berkepak-kepak tak karuan. Membuat Susanto kepayang mabuk asmara sampai takdir memutarbalikkan nasibnya.

Susanto butuh kekasih. Dan karena ia seorang lelaki, maka ia harus mencari seorang perempuan.

Tidak sulit bagi Susanto mendapatkan seorang perempuan. Karena sikap lemah lembut dan perhatiannya, banyak gadis-gadis dari kos putri di seberang melirik dan sengaja ikut-ikut menjejalkan diri ke dalam warung demi menemui Susanto yang tengah membeli dua bungkus indomi.

Susanto senang mendengar curahatan hati para wanita, sehingga ia kerap mengambil peran sebagai pendengar dan memberikan satu atau dua tanggapan. Tatapan matanya tak pernah lepas dari bibir dan mata sang wanita, sehingga menyemukan merah di pipi wanita tersebut. Tangannya juga lembut membelai bahu dan kepala. Membuat perawan dan janda manapun rela menanggalkan kecemburuan kepada Susanto karena wajah dan kulitnya lebih cantik serta halus.

Hingga akhirnya, Susanto berhasil menggaet seorang gadis manis yang cerewet. Berdua mereka bagaikan kakak-adik ketimbang orang pacaran. Sering keduanya digoda pria-pria iseng di pinggir jalan, sampai kemudian Susanto berteriak berang dan membuat si penggoda kaget bukan kepalang: tidak menduga suara Susanto seberat truk dua ton.

Kejadian itu tidak hanya terjadi sekali, tetapi berkali-kali. Meski Susanto sudah memakai pakaian kaum Adam, ia tetap saja dilihat sebagai gadis tomboi yang cantik. Sehingga pada suatu hari, ada orang bersorban dan memakai gamis menceramahi mereka tentang hukum kaum Sadum dan bagaimana akhir dari kota tempat homo dan lesbi berkembang tersebut: hanya karena Susanto mengecup kening pacarnya di tempat umum.

"Maaf, tapi aku memang terlahir cantik!"

"Astagfirullah!" seru sang penceramah. "Padahal aku ingin memberi jalan keluar dengan menikahi kalian berdua supaya sembuh."

"Sembuhkan dulu nafsumu, dasar onta-gagal-evolusi." Susanto hampir melakukan apa yang dilakukan kaum Sadum kepada Nabi Luth: lempar batu.

Sebulan kemudian, kekesalan Susanto meningkat ketika sang pacar mendadak minta putus. Dengan tersedu-sedu ia mengutarakan alasan: Susanto terlalu cantik untuknya. Hubungan mereka kandas karena rupa. Oleh sebab itu Susanto uring-uringan di kamar kosnya. Jatuh sakit kemudian hari sampai harus dirawat khusus oleh tetangganya yang baik hati. Tiga hari lamanya Susanto harus disuapi makan, dan puncaknya ia mesti dimandikan karena badan Susanto terlalu lama menyimpan keringat sehingga baunya berkerak di mana-mana.

Saat memandikan inilah, teman laki-laki Susanto spontan berhenti bergerak saat melepaskan baju Susanto. Ia merasakan hasrat aneh yang hanya dialaminya ketika mimpi basah dan menonton Tsubasa Amami di layar laptop. Ada yang ganjil, dan keganjilan itu membesar di selangkangannya. Setelah prosesi memandikan yang begitu menyiksa batin tersebut, teman Susanto tak pernah lagi berkunjung.

Alhasil, Susanto yang tidak tahu apa-apa semakin merana di dalam kamar. Beruntung keesokan harinya, setelah menegak satu kapleng parasetamol Susanto sembuh. Namun, ketidakberuntungan masih mengekorinya. Mulanya Susanto kehilangan teman-teman dan dijauhi terang-terangan. Tidak ada perempuan yang mendekatinya di warung indomi, atau laki-laki untuk nongkrong sambil nyetem gitar. Mereka semua menjadikan Susanto kambing hitam bagi kebingungan orientasi seksual masing-masing gender.

Susanto sangat tidak nyaman. Dan ketidaknyamanan tersebut tercurahkan ke cerpen-cerpennya yang seringkali menjadi ajang curhat terselubung dan tidak diketahui khalayak luas.

Buntutnya, Susanto jadi pendiam dan mengurung diri dalam kamar kos sepulang kerja. Seringkali ia membawa kerjaann ke rumah, enggan bertemu kawan-kawan sekantor yang sama sinis dan bengisnya dengan warga lingkungan sekitar.

Karena menghilangnya Susanto dari pandangan inilah, para lelaki pun akhirnya bebas dari rasa takut salah mencintai, dan para perempuan lega karena tidak lagi diburu keirian. Kini antara kos satu dan yang lain, terjalin hubungan yang lebih akrab, lebih disebabkan karena merasa sama-sama menderita. Mereka saling berkisah bagaimana lelahnya berada di samping lelaki yang lebih cantik, juga berada di dekat kecantikan yang dalamnya berbatang. Bahkan beberapa di antaranya mulai berpacaran dan yang lain melangsungkan perkawinan diam-diam.

Susanto tetap dalam pertapaannya. Merenung dan menulis. Membaca kemudian tertawa. Tidur lantas terbangun dan menangisi nasib. Paginya ia mandi dan mengutuki dunia. Hari-hari berlanjut dan Susanto mulai merasa semakin kesepian. Di bawah guyuran air segayung, ia memandang ke atas, ke langit-langit kamar mandi, mendadak tersenyum dan meneteskan air mata.

"Kiranya, yang jatuh cinta kepadaku adalah si Malaikat Iseng."

Di langit, malaikat itu baru saja mengasah sabit. Menyenandungkan lagu Darah Muda dan mengukur sebatang lilin yang telah pendek di ruangan remang berpenerangan jutaan lilin. Lilin-lilin itu ada yang menggantung di udara, tertempel di dinding, atau meleleh di langit-langit dan lantai.

Sampai lima bulan kemudian, di halaman depan koran namun bukan tajuk utama, tercetak sebuah judul "Mayat Laki-laki Cantik Tergantung Di Kamar Mandi."

Berita itu kemudian menjadi isu hangat di media sosial. Karena wajah Susanto yang manis membuat semua lelaki bimbang dan perempuan cemburu di seluruh penjuru nusantara. Ia terkenal di akhir hidupnya (karena pada akhirnya mereka iba membaca kisah hidup Susanto yang sengsara setelah penasaran dengan rupanya). Gambar wajah Susanto tertampang di seluruh berbagai platform sosial. Lama kemudian ia menjadi simbol para transgender. Lalu merambah ke tagar #LoveWin.

Tulisan-tulisan Susanto dibukukan. Beberapa kisah hidupnya yang tersirat di dalam cerpen di-highlight seolah, ini lho, derita orang yang memiliki rupa cantik padahal ia lelaki tulen. Dan inilah kenapa hukum tentang cinta yang mengharuskan laki-laki dengan perempuan secara rupa dan isi (begitu juga sebaliknya) itu kuno, begitu sempit dan tidak mengerti arti cinta yang sesungguhnya.

Poster berwajah Susanto menjadi santapan dimana-mana, berita, bahkan sampai ke acara-acara televisi. Beberapa aktivis pelindung HAM turun tangan. Kaum minoritas yang terkekang aturan lama seakan mendapat keberanian dan memunculkan diri ke permukaan.

Jalan penuh oleh tumpah-ruah orang-orang yang marah. Bahkan lebih parah dari yang demo meminta kenaikan gaji dan turunnya harga BBM, atau naiknya harga pangan. Karena orang-orang alim dari berbagai agama mulai memasang badan dan menghalangi demo tersebut. Meneriaki mereka sebagai agen-agen iblis yang tidak bermoral.

Perang antar keduanya pecah. Pemerintah turun tangan. Rapat-rapat tentang UU perubahan jenis kelamin dan pernikahan sesama jenis pun dibahas. Banyak kekisruhan dan kericuhan yang tak jelas ujung pangkalnya dimana.

Negara benar-benar kacau.

"Sudah kubilang kan,hidupmu itu lucu. Bahkan setelah mati pun, jadi semakin lucu." Malaikat Isengtertawa terbahak-bahak. Tudung hitam dengan lubang gelap tak berdasar didalamnya bergetar dan tergelak riang. "Sekarang kau dikenal dan dianggap orangsuci."

-Tamat-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro