Bab 7
"Yeobo, kenapa mukamu pucat sekali? Kau sakit?"
Gadis itu menggeleng. Ia menatap kosong sarapan yang ada di depannya seakan semua nafsu makan dan rasa laparnya hilang. Gadis itu teringat kejadian tadi malam. Bukan hal buruk, hanya saja ia sedikit terkejut.
Kemudian, dilihatnya Minhyuk yang duduk di seberang. Dahi Sohyun mengernyit seraya menyentuh wajah kakaknya itu.
"Bukannya Oppa yang kelihatan pucat?" tanyanya dengan sirat kekhawatiran.
"Aku hanya capek saja. Seharian cari kerja dan nggak juga keterima. Mana di luar dingin," keluh lelaki 27 tahun itu.
Sohyun mendesah kacau. Padahal, kakak laki-lakinya itu lulusan yang hebat. Cumlaude. Selama kuliah pun berprestasi. Sungguh aneh bila tak ada satu perusahaan pun yang menerimanya.
Sebenarnya kakaknya pernah bekerja di suatu perusahaan swasta, jabatannya pun lumayan—sebagai supervisor—namun karena sering sakit-sakitan, Minhyuk pun terpaksa diberhentikan oleh perusahaannya dan sampai sekarang menganggur. Sohyun sendiri tidak tahu penyakit apakah yang diderita Minhyuk, tapi ia mencoba menyimpulkan bahwa kakaknya itu memiliki sistem imun yang lemah.
"Hei, kalian ngomongin apa?" Sungkyung pun keluar dari kamarnya, penampilannya agak kacau. Seperti baru bangun tidur.
"Itu, Eon-"
"Nggak papa, Noona. Sohyun cuma menceritakan sedikit pengalaman kerjanya di kantor baru," serobot Minhyuk, mencegah agar Sohyun tidak membocorkan soal dirinya yang memang sedikit tidak enak badan.
Minhyuk pun membasahi bibirnya, lalu mengalihkan pembicaraan sambil menyendok nasinya.
"Hmm, kau lembur semalaman, memangnya pekerjaanmu seberat apa, Yeobo?"
Pertanyaan Minhyuk sukses memecahkan kekhawatiran Sohyun sebelumnya. Sekarang, gadis itu tampak gugup, bingung. Harus ia jawab apa pertanyaan itu? Sohyun tahu, ia tidak lembur. Ia hanya berbohong untuk menutupi kebohongan orang lain. Siapa lagi kalau bukan bos barunya, Mister Yoongi.
Sohyun pun kembali teringat ke kejadian semalam, yang mungkin sempat membuatnya pucat.
***
"Mister, Anda gila?!" pekik Sohyun setelah berhasil keluar dari suasana maut yang mengurungnya.
Gadis itu memegangi perutnya, menutup mulutnya menahan mual. Yoongi mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan. Bagaimana kalau mereka kecelakaan? Bagaimana kalau mereka terluka? Dan lebih parahnya, bagaimana kalau sampai mereka masuk rumah sakit? Yoongi pasti tidak akan mempermasalahkan biaya administrasi, tapi bagaimana dengan Sohyun? Sohyun bisa stres membayangkannya! Tapi, Sohyun paling tidak bisa membayangkan kalau nyawanya yang melayang, ibunya dan keluarga angkatnya yang lain pasti sangat bersedih tujuh turunan.
Mengabaikannya, Yoongi justru mendatangi seorang lelaki yang mukanya beringas. Umurnya sekitar 30 tahunan ke atas. Tubuhnya kekar, dan kepalanya plontos. Ada bekas luka di bagian lengan atasnya. Sohyun dapat melihatnya dengan jelas sebab lelaki itu hanya memakai singlet warna hitam yang memperlihatkan otot-otot bisepnya.
"Mana uangku? Kita bertaruh 8 juta won, dan aku menang."
"Brengsek!" umpat si plontos itu. Kemudian, tangannya melambai, memberi isyarat pada seorang lelaki lain untuk mengambilkan koper yang ada di dalam mobilnya.
"Ini, kau ambil sana! Lagi pula hanya 8 juta won, kekayaanku tak akan berkurang. Tapi kau lihat saja, aku akan mengalahkanmu di meja judi!"
"Terserah kau, yang penting uang ini sekarang jadi milikku." Yoongi menyeringai, membuat Sohyun yang berdiri bak patung merinding. "Hei, mana kunci mobilmu? Kau jangan lupa. Mobil sport itu jadi milikku juga sekarang!"
"Sial!" Si plontos itu pun langsung melempar kunci mobilnnya ke arah Yoongi. Wajahnya terlihat kesal.
Tak lama kemudian, kerumunan di sekitarnya—yang tadi bersorak riuh—perlahan membubarkan diri. Sohyun tidak sadar, sekarang sudah lewat tengah malam. Ia terlambat pulang, ibunya pasti risau.
"Hei, kau!"
Sohyun terperanjat saat Yoongi menghampirinya dan menepuk punggungnya. Dengan gemetar, ia pun menoleh ke belakang.
"Astaga," gumam Sohyun seperti habis melihat seorang psikopat. Mata Yoongi memunculkan sebuah kilatan ancaman, ekspresinya datar, cukup menyeramkan untuk dikatakan dia adalah bos yang ramah di kantornya.
"Apa aku bermimpi? Apa aku sedang tidur di kamarku?" Lagi-lagi Sohyun mengoceh. Kalau boleh meminta, Sohyun ingin kejadian sebelumnya dan saat ini adalah mimpi dalam tidurnya. Terlalu mengerikan untuk sebuah kenyataan.
"Besok pagi, datang ke ruanganku. Jangan telat!"
Glek. Sohyun hanya dapat menelan ludah, sementara itu, bosnya pergi mengendarai mobil tanpa berkata apa-apa lagi.
***
Sohyun menyesal karena harus ke apartemen Jimin semalam. Kalau saja ia tak ke sana, Sohyun pasti tak bertemu dengan Yoongi dan pagi ini ia tak harus menghadapi lelaki gila itu di ruangannya. Sendirian.
Tangan Sohyun yang keringat dingin mengepal, lalu mengetuk pintu kaca yang tebal itu dengan gemetar. Sebelumnya, Sohyun menarik napas dalam-dalam agar di dalam sana ia tak kehabisan oksigen.
"Masuk," panggil Yoongi dari dalam. Padahal Sohyun belum sempat mengetuk pintunya, kepalannya tinggal sesenti lagi menyentuh permukaan kaca.
Apa Mister punya kemampuan telepati atau semacamnya?! Batin Sohyun sambil mengendikkan bahu.
"Duduk!" perintah Yoongi. Lelaki itu membelakangi Sohyun, pandangannya tertuju pada sebuah almari berisi jajaran dokumen yang tak Sohyun ketahui dengan pasti apa isinya. Sohyun menautkan kedua tangannya, menunduk dan memerhatikan kedua lututnya yang terasa lemas. Aura Yoongi kali ini berbeda, Sohyun lebih merasakan gertakan daripada sapaan ramah seperti kali pertama mereka berjumpa.
"Huh," desah Sohyun.
"Kamu tau kenapa saya panggil ke ruangan?"
Yoongi masih belum membalikkan badannya. Tapi Sohyun dapat melirik singkat dan melihat dengan jelas, jari-jemari Yoongi yang mencengkeram kuat sandaran kursinya. Sohyun menelan ludah.
"T-tidak, Mister."
Jangan bilang ini menyangkut kejadian semalam? Pikir Sohyun resah.
"Lupakan kejadian semalam," kata Yoongi tegas. Sekarang, ia mempertontonkan sisi dirinya yang menakutkan. "Rahasiakan dari siapa pun, tutup mulutmu, terutama pada–"
"Kalian sedang membicarakan apa?"
Ucapan Yoongi terhenti saat pintu ruangannya mendadak terbuka lebar. Seorang pria—sekitar lima puluh tahunan—muncul dari balik sana dengan pakaian rapi. Jam tangan Rolex melingkar di pergelangan tangannya, Sohyun tahu itu merek mahal. Orang itu pasti bukan main.
Entah dorongan apa, Sohyun tiba-tiba bangkit. Ia menghampiri pria yang baru datang itu, membungkukkan badannya seraya mengatakan, "Mohon maaf, apakah Anda telah membuat janji dengan Mister Yoongi? Anda tidak bisa masuk sembarangan, Tuan. Atau saya akan memanggil security."
Ya, tugasnya adalah sebagai seorang sekretaris. Dan ia di kantor sekarang. Sohyun melaksanakan tugasnya dengan baik. Paling tidak, sampai bosnya sendiri mengatakan, "Apa yang kau lakukan?! Dia ayahku!"
Sohyun menahan malu. Pipinya memanas dan ekspresinya tak bisa terbaca lagi. Mukanya seperti diaduk-aduk, ia tak bisa merasakan apa-apa selain rasa bersalah dan canggung yang mendalam.
"A-ah, joesonghamnida," ucap Sohyun ragu-ragu.
"Bisa kau keluar sebentar, aku ingin bicara dengan putraku."
"Ba-baiklah, Tuan Min, saya permisi," pamit Sohyun dengan kedua pipinya yang masih memerah.
Sejujurnya, gadis itu tak tahu harus memanggil pria itu apa, jadi ia menduga. Karena putranya bermarga Min, maka ayahnya pastilah Min. Sohyun memanggilnya Tuan Min.
***
Sohyun pikir terbebas dari Yoongi, nyatanya sepulang dari kantor, lelaki itu dengan paksa menarik Sohyun ke dalam mobilnya.
"Mister, kita mau ke mana?"
"Jangan banyak tanya!"
"Maaf," sesal Sohyun setelah mendapat bentakan dari Yoongi.
Mobil mereka berhenti di depan sebuah tempat yang menurut Sohyun tidak begitu asing. Ia rasa pernah datang ke sana, tapi kapan? Sohyun lupa. Ah, dia kan memang pelupa.
Tulisan neon ungu bertajuk "WW" terpampang di atas pintu masuk tempat itu. Sohyun menebak-nebak apa kepanjangan dari WW, namun tiba-tiba Yoongi mengetuk kaca jendela mobilnya dari luar dan mengagetkannya.
"Hei, kau! Keluar! Kau pikir aku akan membukakan pintu mobil ini untukmu? Kau masih punya tangan kan?"
Sohyun menggertakkan giginya, kemudian keluar dengan kesal. Pintunya dibuka dengan cukup keras sehingga Yoongi hampir terjatuh ke belakang.
"Kau ini wanita apa gorila, heh?"
Sohyun langsung ketakutan dan terdiam. Kali ini dia akan menurut apa kata bosnya itu.
Mereka berdua pun masuk ke dalam dengan mudahnya. Beberapa orang yang menjaga di depan pintu masuk, menyambut kedatangan Yoongi seolah Yoongi orang terhormat. Tatapan mereka berubah setelah mereka menyorot ke arah Sohyun.
"Orang-orang itu menatapku, seakan mereka ingin mencincang-cincang tubuhku untuk diberi makan ke anjing," bisik Sohyun pada Yoongi. Tanpa sadar, tangan gadis itu menarik ujung jas yang Yoongi pakai.
"Hei, ini tamu kalian juga! Berikan sedikit keramahan kalian, mengerti?!"
"Baik, Mister."
Rupanya, di luar kantor dia juga dipanggil Mister? Sohyun membatin.
"Lepaskan tanganmu!"
"A-apa?"
"Lepaskan tanganmu, bodoh!"
Sohyun langsung menarik kembali tangannya dan menjaga jarak dari Yoongi. Yoongi mencopot jasnya, lalu diberikannya jas itu ke salah satu penjaga pintu. Wah, memang perilaku seorang bos besar.
"Hai, Yoongi. Apa kabarmu?"
Seseorang langsung menyapa Yoongi ketika mereka sampai di dalam. Yoongi mengambil duduk tepat di depan meja bartender, lalu memesan segelas full wiski. Sohyun memelototkan kedua matanya.
"Mister suka minum-minum?" tanyanya spontan. Barulah lelaki yang menyapa Yoongi tadi menyadari kehadiran Sohyun.
"Hai, dia siapa, Yoon? Pacar barumu?"
"Jangan mengada-ada! Dia ini cuma cewek bodoh yang mengetahui sedikit rahasiaku," bantah Yoongi.
"Oh, kupikir siapa. Tapi ... tunggu dulu, sepertinya kita pernah bertemu, ya?" kata lelaki itu yang diarahkan pada Sohyun.
Sohyun mengerutkan dahinya. Benar. Pantas saja ia tak merasa asing dengan tempat tersebut. Tapi, Sohyun sama sekali tidak dapat mengingatnya.
"Ah, iya! Kau gadis polos yang malam itu mencari kekasihmu ke sini kan? Kau bilang kekasihmu berselingkuh."
"Dia tidak berselingkuh! Aku yakin, aku ... itu ... cuma kecurigaanku saja," cerocos Sohyun.
"Aku lupa namamu."
"Kim Sohyun."
"Nah, itu dia! Kau Sohyun! Aku Seokjin, apa kau ingat sekarang?"
"Seokjin?"
Ingatan Sohyun berputar pada bayangan seorang lelaki berbahu lebar yang tampan, pemilik bar yang dulu dikunjungi Jimin dan wanita bernama Seulgi.
"Aku ingat! Kau pemilik bar yang baik hati dan tampan itu, kan? Terima kasih telah mengizinkanku masuk secara cuma-cuma waktu itu, Tuan."
"Bukan apa-apa, tapi ngomong-ngomong, gimana soal pacarmu? Apa dia beneran bertemu gadis lain di sini? Waktu itu kau menghilang, aku jadi sedikit cemas."
"Ehm, soal itu ... aku sedang tidak ingin membahasnya. Yang jelas, pacarku membuatku kesal. Maaf telah menghilang tanpa mengucap pamit, suasana hatiku sedang tidak baik."
"Tak apa, yang jelas kau baik-baik saja dan pulang ke rumah dengan aman."
"Woi! Kau lupa aku ada di sini? Kau hanya menyambutnya dan tidak menyambutku?" protes Yoongi yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan tidak penting Jin dan Sohyun.
"Sorry, Bro. Keenakan, kalau begitu, lanjutkan urusan kalian. Aku harus pergi dulu, mau menjemput Yubi di tempat les," kata Jin sambil lalu.
"Dasar, Papa muda!"
"Apa? Papa muda?"
"Yubi itu anak laki-lakinya yang berumur sepuluh tahun."
"Apa!" Sohyun hampir tidak percaya. Lelaki bernama Kim Seokjin itu kelihatannya masih muda, ternyata sudah punya anak, umurnya sepuluh tahun pula. Sohyun geleng-geleng kepala, pasti ini efek pergaulan masa kini.
***
Hampir satu jam mereka di sana, dan Sohyun hanya menyaksikan Yoongi minum-minum. Ada tiga gelas wiski kosong, dan satu gelas berisi setengah terpajang di atas meja bartender. Dari waktu satu jam itu, sisanya dibuat Yoongi melamun. Sohyun menopang dagunya sampai bosan. Tak tau harus melakukan apa lagi di tempat seperti itu.
"Hai, cewek? Sendirian aja, nih. Mau Oppa temenin nggak?"
Sohyun yang setengah mengantuk langsung terjaga saat seorang pria datang dan mencolek pinggangnya. Sohyun tersentak dan memberikan sedikit perlawanan dengan menampar pipi pria tersebut.
"Seenaknya, Anda! Anda pikir berumur berapa? Pakai menyebut diri dengan panggilan Oppa!"
"Ih, galak banget. Tapi aku suka."
"Apaan sih! Aduh," risih Sohyun saat pria itu mencoba merangkulnya.
"Hei! Berisik!"
Sohyun terkejut ketika Yoongi tiba-tiba bangkit dari kursinya dan memelintir lengan pria tidak senonoh itu.
"Pergi atau kutusuk kedua matamu dan kupotong kedua tanganmu yang cabul itu!"
Seolah mengenal Yoongi sejak lama, pria itu langsung minta maaf dan kabur dari tempatnya.
"Mister! Kita mau apa sih di sini? Saya bosan ngeliatin Mister yang cuma minum-minum nggak jelas, sebaiknya kita pulang saja ya?"
"Diam! Saya ini atasan kamu! Kamu harus ngikut ke manapun saya pergi. Lagian, sebentar lagi mereka datang."
"Mereka? Mereka siapa?"
Dan tak berselang lama, beberapa orang pria masuk dan menghampiri Yoongi. Salah seorangnya Sohyun kenal, itu adalah pria plontos yang kalah taruhan semalam.
"Jadi gimana? Kau percaya diri bakal mengalahkanku malam ini?"
"Kau pikir, aku minum-minum begini buat apa? Tentu saja buat merayakan kemenanganku yang sudah tak terhitung banyaknya ini."
"Cih, sombong sekali kau! Kalau begitu, mari kita buktikan. Berapa uang yang mau bawa?"
"Heh. Sedikit, cuma 100 juta won."
"100 juta won?! Mister, Anda sungguh gila! Jumlah sebanyak itu bisa membiayai hidup keluarga saya selama seumur hidup!"
"Oh, kita kedatangan tamu?" tanya pria plontos itu. Matanya melirik ke arah Sohyun. "Aku rasa 100 juta won tidak akan cukup, bagaimana kalau ditambah dengan wanita ini?" kata si plontos sambil menyunggingkan senyum. Bukan, itu bukan senyum. Melainkan sebuah seringaian.
"Hei! Anda kurang ajar! Memangnya saya barang taruhan?"
"Oke! 100 juta won ditambah dengan wanita ini, aku optimis menang!"
"Mister!!! Jangan gila!! Anda tahu kan, saya punya kekasih di luar sana!"
"Kekasih? Kau sebut laki-laki itu kekasih? Dengar Sohyun, semua pria di dunia ini adalah orang brengsek. Mereka tidak akan puas hanya dengan satu wanita."
"Apa maksudmu?"
"Kau akan segera tahu kalau sudah sakit hati nanti."
Sohyun termenung dan ia tidak tahu lagi bagaimana nasibnya akan berakhir malam itu. Yoongi yang ia kenal telah berubah 180°. Sohyun sampai tidak yakin jika itu adalah bos yang katanya ramah dan perhatian pada para karyawannya.
"Ayo ke meja judi!"
Tbc.
Sorry nunggu lama buat cerita ini. Akhirnya bisa up sekarang, hehe.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro