Bab 6
Sohyun menelan ludah sebelum mengumpulkan keberanian mengetuk pintu ruangan bosnya di jam makan siang. Gadis itu seperti biasa, membawakan bekal makanan. Namun, kali ini karena inisiatifnya sendiri. Sohyun merasa bersalah atas kekeliruannya memanggil tukang delivery kemarin malam.
Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam, kemudian ia hembuskan pelan. Jantungnya berdentum seolah ia akan meledak. Ya Tuhan, baru berapa hari bekerja, dia sudah melakukan kesalahan. Bagaimana kelanjutan kariernya di Genius Inc? Apa dia akan dipecat hari ini juga?
Sohyun sudah pasrah. Bahkan tadi pagi ia sudah menyiapkan barang-barangnya di dalam kardus. Ibaratnya, sedia payung sebelum hujan. Siap-siap pulang sebelum diberhentikan.
Tok ... tok ... tok.
Pintu berbahan kaca yang tebal itu mengeluarkan bunyi ketukan yang teredam. Suara langkah kaki dari dalam sana terdengar mencekam. Sohyun menundukkan kepalanya, tidak berani melihat wajah bos barunya. Mungkin saja, dari kepala si pemilik wajah yang kalem dan penuh wibawa itu, akan muncul dua tanduk merah yang tajam. Hari ini, bosnya pasti berubah menjadi iblis dan segera mengusirnya dari perusahaan.
"Nona Sohyun? Ada apa pagi-pagi," ucapnya tersendat, "oh, Anda membawakan makanan lagi?"
Hal yang tidak Sohyun duga. Min Yoongi menerima bekal darinya. Dan mengucapkan, "thank you."
Sungguh? Lelaki itu mengucapkan terima kasih setelah kesalahannya kemarin malam? Dengan sangat enteng memberikan maafnya? Tidak. Yoongi belum mengatakan apa-apa perihal tukang pijat. Lalu, Sohyun mengorek kupingnya, barang kali ada kotoran yang tersumbat di sana mengingat ia jarang bebersih telinga.
"Mister bilang apa tadi?"
"Thank you, Sohyun."
"Apa Mister?"
"Kamsahamnida."
"Sama-sama," jawab Sohyun sambil menyengir. Kemudian, ia lanjutkan, "tapi ... kenapa berterima kasih pada saya? Saya yang justru mau meminta maaf soal kemarin."
Sohyun menunggu jawaban dari Yoongi. Kedua matanya yang bersinar, menunjukkan keluguan yang membuat siapa pun akan luluh. Sohyun tidak tahu kalau sebenarnya Yoongi menahan rasa gemasnya sejak awal gadis itu mengetuk pintu. Pria itu tetap gagah berdiri dan menggaruk dahi. Dia bingung mau melakukan apa pada gadis di hadapannya. Mau marah pun, ia masih memikirkan reputasinya di mata para karyawan. Yoongi, kau adalah bos yang murah hati dan tidak sombong. Daripada kau memarahi gadis ini atau memberikan hukuman padanya, sebaiknya mengajarinya hal yang baik-baik, begitu kata hati lelaki bermarga Min tersebut.
Sohyun yang terdiam beberapa menit, lalu menolehkan kepalanya. Menjulurkannya dari bawah, dari arah pandangan Yoongi berada.
"Halo, Mister? Anda mendengarkan saya?"
Yoongi pun kembali menegakkan kepala, diliriknya sudut kantor yang lain untuk menghindari pandangan maut Kim Sohyun. Sohyun sungguh membuat hati kecilnya terpanggil, Yoongi tidak boleh lemah. Dia harus menjadi setegas mungkin. Haruskah Sohyun diberi hukuman? Atau, dikasih saja hukuman yang ringan untuk wanita berambut sepunggung itu.
"Sohyun, saya akan berbicara non-formal mulai sekarang. Karena kamu sekretaris saya, sepertinya kita memang harus menjadi lebih dekat," kata pembukanya agar Sohyun tidak tersinggung. Apalagi ketakutan.
"Mister mau menjadi lebih dekat?"
"Iya, jadi ... begini," Yoongi menghentikan kalimatnya sebab Sohyun mulai bertingkah aneh. "Sohyun? Ngapain kamu nempel-nempel ke saya?"
"Mister sendiri kan yang minta. Barusan ...."
Sohyun merapatkan jaraknya dari Yoongi. Lelaki bertubuh mungil itu pun secepat mungkin menghindar. Takut ada gosip yang berhembus seperti angin segar.
"Bukan mendekat dalam artian begini juga, maksud saya–"
"Mister, kalau maksud Anda berpacaran, maaf. Saya sudah punya pasangan."
Yoongi memukulkan kepalanya ke tembok. Tunggu, bagaimana perusahaannya bisa menerima Sohyun? Bagaimana proses wawancara dan seleksinya sampai perusahaan teknologi terbaik di Korea Selatan memiliki sekretaris yang sebodoh ini?
"Astaga, aku sendiri yang menerimanya cuma-cuma," celetuk Yoongi sambil menepuk jidatnya.
"Mister, mau saya belikan spray anti nyamuk?"
***
Jimin merasakan badannya letih akhir-akhir ini. Ia sadar, kesibukannya membuat dirinya lupa untuk beristirahat. Mau bagaimana lagi, kini jabatannya naik, dari manager menjadi direktur departemen investasi. Jadwalnya semakin padat, untuk bolak-balik ke apartemen saja rasanya sangat melelahkan. Sesampainya di tempat tinggalnya yang super nyawan, Jimin dikejutkan oleh kedatangan Sohyun yang kesannya dadakan.
"Oppa?"
"Sohyun kamu ada apa ke mari?"
Mengabaikan pertanyaan Jimin, Sohyun justru datang dan tanpa diminta membantu membawakan tas kerja lelaki itu. Tak lupa, gadis itu melepaskan dasi yang terpasang sedikit berantakan di kerah kemeja kuning muda yang dikenakan Jimin. Penampilan Jimin biasanya selalu rapi, namun hari itu tampak kacau sekali. Sohyun sampai prihatin dibuatnya.
Jimin sama sekali tak menolak perlakuan Sohyun. Ia tidak peduli apa pun yang mau Sohyun lakukan. Termasuk membantu Jimin melepaskan sepatunya, serta membawakan teh hijau kesukaan Jimin yang biasa pria itu seduh sepulang dari kantor.
Sekali lagi, Jimin tidak peduli. Pria itu bahkan tak mengucap terima kasih sekali pun. Sohyun dengan senyuman yang lebar duduk manis di sebelahnya.
"Enak, Oppa?"
Jimin berdeham, menanggapi Sohyun dengan singkatnya. Kalau diperhatikan, Sohyun sudah seperti istri yang setia melayani suaminya. Namun, seperti kebanyakan pada novel drama, si suami tak menghiraukan istrinya karena merasa sudah bosan.
"Oppa, aku mau mengatakan sesuatu," kata Sohyun ragu-ragu.
Gadis itu teringat hukuman dari bosnya, Min Yoongi. Hukuman yang tanpa sengaja bersinggungan dengan hal yang menjadi favorit Park Jimin. Dan untuk melaksanakannya pun butuh persetujuan dari yang bersangkutan.
"Oppa, apa aku boleh memotong pendek rambutku?"
"Apa?"
Tak disangka, Jimin bereaksi akan hal sekecil itu. Kedua alisnya terangkat tinggi, memperlihatkan mata Jimin yang indah membelalak lebar. Jimin mengalihkan atensinya pada Sohyun. Pria itu benar-benar menatap tajam sang kekasih seolah tak memberikan ampun.
"Kenapa kau mau memotongnya? Kau tahu kan, aku tidak suka jika rambutmu pendek."
Begitu kiranya alasan dibalik keterkejutan Park Jimin. Benar, lelaki manis itu adalah pecinta rambut yang panjang dan indah. Tentu saja ia tidak setuju jika Sohyun memangkas pendek rambut kesayangannya. Tidak akan ia biarkan.
"Oppa, aku harus melakukannya. Aku tidak boleh dipecat. Iya, kan?"
"Apa maksudmu, Sohyun? Itu bosmu yang menyuruh?"
Sohyun mengangguk dengan semangat.
"Jadi, kau pilih aku, alias pacarmu, atau bosmu, alias orang asing itu?" ancam Jimin sembari meletakkan kasar cangkir tehnya di atas meja.
"Oppa, jangan marah. Sungguh, aku tidak bisa menolak hukuman itu. Aku harus melakukannya karena kesalahanku kemarin. Aku minta maaf," ujar Sohyun dengan mata yang basah.
"Memang tidak mengherankan. Kau selalu saja ceroboh! Kau itu pegawai yang buruk, pantas saja Hi-Tech mengusirmu ke sana!"
"Apa? Hi-Tech mengusirku? Oppa, bukankah kepindahanku ke Genius karena direkomendasikan Sajang-nim?"
Jimin bungkam. Sepertinya ia salah bicara, tidak seharusnya ia membocorkan rahasia perusahaan pada orang yang dengan sengaja dikeluarkan dari kantornya. Tidak seharusnya Sohyun, yang bukan lagi bagian dari Hi-Tech, mengetahui alasan di balik perekomendasiannya ke Genius. Jimin memijat keningnya. Rasa nyeri semakin kuat mencengkeram di kepalanya. Ia pun menggandeng Sohyun keluar dari apartemennya.
"Sohyun, pulanglah. Aku mau istirahat."
"Tapi, Oppa–"
Sohyun terlambat, Jimin telah menutup rapat pintunya. Hal ini berarti lelaki tersebut memang sedang tidak ingin diganggu. Baiklah, dengan berat hati, Sohyun meninggalkan bangunan itu dan memutuskan segera kembali ke rumahnya.
***
"Beomgyu sangat suka tteokbokki, dia pasti senang aku membawakannya pulang," gumam Sohyun selepas mengantre dari sebuah kedai tteokbokki yang tak jauh dari apartemen Jimin.
Gadis itu menenteng kantong plastik transparan berisi bungkusan tteokbokki dengan madu yang masih hangat dan beraroma sedap. Sohyun hafal dengan kebiasaan adik laki-lakinya itu. Sebelum tidur, Beomgyu selalu menghabiskan satu cerita dari komik yang ia koleksi. Agar tidak mengantuk, Beomgyu terbiasa memakan makanan ringan sambil bersantai membaca. Sohyun yakin, Beomgyu akan menyukai hadiah kecil yang ia bawa.
Jalanan yang Sohyun lewati tampak begitu sepi. Akibat menunggu Jimin yang pulang telat, malam pun tak terasa jadi semakin larut. Jalanan terlihat tak banyak dipadati orang. Karena sedikit takut, Sohyun pun bersenandung. Ini pertama kalinya Sohyun melintas di jalan tersebut, wajar kalau ada rasa was-was saat ia semakin jauh melangkah.
Lokasi tempat tinggal Sohyun tak jauh dari sana. Makanya, gadis itu memilih untuk berjalan kaki saja. Namun, keputusannya untuk berjalan kaki mengantarnya pada suatu hal yang mengejutkan. Tak sengaja, Sohyun mendapati sekumpulan orang tengah bergerumbul di titik tertentu dari jalanan yang lenggang itu. Karena penasaran, ia pun mendekat. Sohyun berdesakan dengan para penonton yang lain hingga ia sampai pada baris paling depan. Ya, di sana ada beberapa mobil dalam posisi sejajar. Mewah dan berkelas. Sohyun yakin, harganya pasti mencapai miliaran. Di tengan-tengah jajaran mobil itu, berdiri seorang wanita berpakaian seksi yang memegang dua buah bendera bermotif papan catur.
"Oh, apa jangan-jangan...." Pikiran Sohyun terhenti saat kedua netranya menangkap bayangan orang yang ia kenal.
"Astaga! Apa aku tidak salah lihat?" pekiknya sambil mengucek mata.
Tanpa pikir panjang, Sohyun nekat mendekat. Tangannya terkepal dan mengetuk kaca jendela milik salah satu mobil silver aerodinamis bertitel Lamborghini tersebut.
"Mister? Mister, Andakah di dalam? Mister, ini sekretaris Anda, Kim Sohyun."
Beberapa detik kemudian, seseorang berjaket kulit hitam dan bercelana jeans warna gelap keluar. Sohyun hampir tidak mengenalinya, namun sangat jelas. Itu adalah si wajah ramah pemilik Genius Inc, Min Yoongi.
"Mister, jadi benar ini Anda?"
"Masuk!"
"A-apa?"
"Cepat masuk atau kau kupecat, Nona Sohyun?!"
Celaka. Kenapa nada bicara bosnya menjadi sangat mengerikan? Meninggi beberapa oktaf, bahkan penyanyi terbaik seperti Ailee, Hyolyn, dan IU pun dapat terkalahkan. Sohyun masih mematung beberapa saat, hingga sebuah tangan mencengkeram lengannya dan mendorongnya masuk ke dalam mobil.
Sohyun panik. Ia mencoba membuka pintu mobil itu dari dalam, namun gagal. Ia berteriak meminta tolong, berharap orang-orang yang ada di luar akan menuju ke arahnya dan membebaskannya. Nihil. Justru orang-orang itu bersorak-sorai, suara Sohyun menjadi sangat kecil dibandingkan suara yang biasa ia keluarkan untuk berbicara. Ia menjadi tak terdengar.
Suara pintu mobil yang tertutup serta suara mesin yang berderung mengalihkan perhatian Sohyun. Gadis itu melirik ke sebelaah kirinya. Yoongi, sambil mengenakan kacamata hitamnya tersenyum miring menatap jalanan yang ada di depan.
"8 juta won, datanglah pada Papa," gumam Yoongi yang membuat bulu kuduk Sohyun berdiri.
"Mister, jangan bilang kalau Anda mau ikut balapan?!"
"Mister? Tidak ada kata Mister di sini, Sohyun. Yang ada hanyalah Min Yoongi yang ambisius. Kau cukup duduk diam dan mengamatiku di balik setir."
"MISTER!" Teriak Sohyun sesaat setelah bendera dijatuhkan dan suara peluit terdengar melengking. Yoongi melesatkan mobilnya dengan kecepatan nyaris penuh. Sohyun buru-buru memakai sabuk pengamannya dan berpegangan pada apa pun yang bisa ia pegang agar keselamatannya terjaga.
"Mister, saya akan lebih tenang jika Anda melepaskan kacamata hitam itu! Bagaimana kalau tikungannya nggak kelihatan?" racau Sohyun saking takutnya dia.
Yoongi malah semakin meningkatkan kecepatan mobilnya, mengabaikan ucapan Sohyun yang hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Sohyun, mungkin saja ini hari terakhirnya. Gadis itu pun memejamkan mata dan berdoa, agar di ujung usianya ini Jimin segera menyadari betapa Sohyun mencintainya.
"JIMIN, AKU MENCINTAIMU! TOLONG LIHAT AKU SEBENTAR SAJA!!" Teriaknya sekali lagi saat Yoongi menyalip mobil yang ada di depannya, lalu memotong jalannya dan menguasai jalur.
Berbeda dengan ekspresi Sohyun, Yoongi justru tertawa terbahak-bahak dan menikmati permainannya. Sohyun harap ini hanya mimpi buruk, efek dari perasaan sakitnya sebab Jimin tidak lagi memperhatikannya seperti dulu.
***
Tbc.
"Udah kalem belum Yoongi?"😂
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro