12. Pacaran
Mereka berdua pergi bersama kekantor. Reikhan melingkarkan tangannya dipinggang Zia, semua anak buahnya melihat mereka saat masuk kedalam kantor bersama dan wajah juga ekspresi keduanya menandakan mereka sedang kasmaran.
Zia dan Reikhan masuk kedalam lift, didalam lift Reikhan menatap lekat dua mata indah milik Zia dan mengecupnya. Zia mendorong tubuh Reikhan karena malu.
Reikhan sengaja menggoda Zia karena baginya wajah Zia sangat lucu jika sedang kesal seperti ini.
Satu harian ini Reikhan selalu tersenyum dan terlihat sangat bahagia. Saat biasanya dia akan mengamuk jika ada kesalahan dari bagian audit keuangan, hari ini dia sangat lembut mengatakan kepada pak Eko bagian keuangan untuk merevisi kesalahan yang ada. Pak Eko bahkan sampai tidak percaya jika Reikhan yang biasa selama ini kaku dan disiplin bisa tersenyum seperti ini.
Sudah tiba jam makan siang dan Reikhan memanggil Zia dari telpon ruangan kerjanya.
"Sayang..."
Zia ditempatnya geli mendengar panggilan itu.
"Ya sayang." Reikhan tersenyum seperti orang bodoh.
"Mau makan dimana? Masuklah keruanganku."
Zia menutup telpon itu dan berjalan masuk keruangan Reikhan sambil membawa map yang akan dia berikan.
Reikhan berdiri dibelakang pintu ruangannya saat Zia masuk. Zia merasa aneh karena tidak ada Reikhan diruangan itu. Dia dikagetkan dengan pelukan Reikhan dibelakangnya.
"Ya ampun... Aku hampir saja ingin menendang mu"
Reikhan hanya tertawa membawa Zia untuk duduk dipangkuannya di sofa ruangan itu.
"Waw.. Pacar ku sungguh maskulin".
"Tapi kamu suka kan?"
Balas Zia dengan tertawa. Dia menyodorkan map biru kehadapan Reikhan.
"Apa itu?"
"Perjanjian kontrak yang sudah disepakati pihak Qitz untuk kerjasamanya. Mereka mengirimkannya ke email ku. Dan mereka meminta kau untuk datang besok keperusahaan mereka."
"Memangnya jadwalku besok bisa untuk pergi ke Skotlandia?"
Zia melihat tab yang sedari tadi ikut dia pegang. Dan dia membaca semua kegiatan Reikhan besok.
"Jadwalmu besok hanya rapat direksi mingguan dan besoknya juga kosong. Hanya lusa saja kau harus menghadiri pembukaan kerja sama perusahaan mu yang di Dubai."
Reikhan memejamkan matanya terlihat lelah.
"Aku akan meminta kak Nowel menggantikanku untuk ke Dubai."
"Kenapa?" tanya Zia tidak mengerti.
"Karena aku ingin kita berduaan" jawab Reikhan sambil mencubit pipi Zia.
Zia hanya diam saja, lalu melingkarkan tangannya dileher Reikhan.
Reikhan menelusuri wajah Zia dengan jari tanngannya lalu mengecup mata,hidung, dagu,kuping, leher, dan terakhir dia melumat bibir Zia.
Seseorang berdehem membuat perbuatan Reikhan terhenti. Mereka berdua melihat kesumber suara dan Zia menjadi orang pertama yang ditatap sedingin es oleh Nowel. Pria itu seperti ingin menarik tubuh Zia dari pangkuan Reikhan.
"Maaf aku mengganggu aktivitas kalian. Kupikir adikku ini bercanda saat mengatakan kalian berpacaran, tidak kusangka ternyata kau benar-benar membuatnya tergila-gila pada mu nona Ara."
Zia bangkit dan memilih keluar dari ruangan itu. Tapi tangannya ditahan oleh Nowel. Zia melihat Nowel dengan tatapan tak suka.
"Bukankah kita berteman Ara, tapi kenapa kau menghindariku?"
Zia menarik tangannya, lalu Reikhan menarik Zia kesisinya.
"Kak sudahlah. Aku dan Ara saling menyukai, aku yang memintanya menjauhimu karena aku cemburu."
Nowel terkejut mendengar penjelasan itu dari Reikhan.
"Maafkan aku kak, tapi aku benar-benar menginginkan Ara."
Nowel tersenyum singkat dan melihat lagi kearah Zia.
"Baiklah, aku mengerti. Aku hanya sedikit kesal karena aku kalah cepat dari adikku. Aku harap kau tidak memgecewakan adikku nona Ara."
Zia hanya diam tak ingin membuka mulutnya, tapi wajahnya sekarang lebih santai.
"Ah.. Rei, tadi pagi Vanya datang ke kantorku. Dia memintaku untuk membujukmu kembali padanya. Tadinya aku akan berpikir membantunya tapi setelah melihat bagaimana kau menginginkan wanita ini aku tahu kau tidak akan merubah keputusanmu."
"Kau memang paling mengerti aku kak."
Nowel menepuk pundak Reikhan dan membisikkan sesuatu yang tidak dapat Zia dengar. Lalu mereka berdua tertawa bersama, hanya Zia yang diam tak mengerti.
"Baiklah, aku akan kembali. Maaf mengganggu kalian tadi. Silahkan dilanjutkan."
Setelah Nowel keluar, Reikhan menarik tangan Zia untuk dekat dengannya.
"Mau kita lanjutkan sayang?"
Zia melotot tak suka atas ucapan Reikhan.
"Aku lapar."
"Baiklah, ayo kita makan"
Mereka akhirnya memutuskan makan disebuah cafe yang tak jauh dari kantor. Reikhan memesankan menu makanan mereka sementara Zia membuka ponselnya. Zia tidak tahu kalau ada pesan dari Zyan. Dia membukanya dan jantungnya mendadak tak karuan.
Nowel mencurigaimu sejak Aston menghajarnya kemarin malam. Berhati-hatilah, dia menyuruh orang mengikutimu.
"Kenapa sayang?"
Zia menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Belum dia merasa lega matanya sudah melihat Aston memasuki cafe tempat mereka sekarang makan. Aston tidak melihatnya, dia terus berjalan dengan pengawalnya dan juga seorang wanita. Wanita itu salah satu teman Zia yang juga seorang model di Victoria.
Pelayan membawakan makanan membuat perhatian Zia kembali pada Reikhan.
Zia pamit pergi ke toilet untuk membenahi rambutnya.
Saat itu dia langsung ditarik Aston masuk kedalam toilet dan menguncinya.
"Aw... Sakit" Zia memegangi pergelangan tangannya.
"Kenapa kau suka sekali seperti ini sih" Zia mengomel menatap wajah Aston dengan kesal.
"Kenapa kau pergi dengannya?"
Zia membuang wajahnya, dia masih marah dengan sikap gegabah Aston malam itu.
"Zia aku bertanya kenapa kau pergi dengannya?"
Aston mencengkram kedua bahu Zia. Mau tak mau Zia harus meladeni manusia didepannya ini.
"Dia adalah pacarku sekarang. Dan kau tahu aku sedang dalam misi penting kak, aku harap kau tidak membuat semau rencana ku dan kak Zyan berantakan. Jika itu terjadi, aku tidak akan memaafkanmu."
"Apa dia sudah menyentuhmu?"
Zia benar-benar tidak suka jika Aston sudah seperti ini.
"Apa kau juga berniat tidur dengan model itu ha?"
Aston tersenyum mendengar Zia cemburu.
"Aku hanya menginginkanmu sweet heart. Please katakan kalau dia belum menyentuh ini." Aston menyentuh bibir Zia.
"Sayangnya dia sudah melakukannya"
"ZIA !" bentak Aston memakkan telinga Zia. Mungkin orang diluar toilet itu akan mendengar teriakan Aston.
"APA !?. Sudah lah kak, aku harus pergi". Zia bergegas ingin pergi tapi tangan Aston tidak melepaskan pinggang Zia.
"Aku akan mengacaukan acara makan siang dia dengan wanitaku."
"Oh... Begitu ya, baiklah kak. Aku sangat setuju kalau begitu"
Zia lalu menarik leher Aston, dia menghisap leher Aston membuat Aston serasa akan terbang karena Zia melakukan ini padanya. Setelah dirasa cukup membuat leher kiri dan kanan Aston bertanda merah miliknya Zia menggigit leher Aston dan menginjak kakinya.
Zia tertawa puas melihat eksperesi Aston yang kesakitan.
"Lihat saja, apakah wanita itu masih mau kencan denganmu kak."
Aston menggeram karena Zia mengerjainya. Zia sengaja membuat bekas merah-merah dilehernya agar Mia teman kencannya saat ini marah pada Aston.
Zia benar-benar membuatnya gila.
Reikhan sudah hampir akan menyusul Zia karena Reikhan khawatir kenapa Zia terlalu lama.
Sesekali Reikhan akan mengelap sudut bibir Zia dan Zia suka diperlakukan seperti itu. Reikhan mengambil sebuah majalah yang digantung sengaja pihak cafe.
Mata Reikhan tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Kenapa sayang?"
Reikhan menunjukan majalah itu, membuat Zia salah tingkah.
"Lihat, pantas saja aku seperti pernah mengenalmu. Ternyata kau sangat mirip dengan model Victoria ini. Kau tahu sayang, dia adalah model yang pernah hadir saat aku tidur." Reikhan tertawa membuat Zia tidak tahu harus seperti apa.
"Tapi sayangnya dia dikabarkan sudah menjalin hubungan istimewa dengan salah satu pebisnis ternama. Meski itu hanya rumor sepertinya."
"Kalian mirip, jika warna mata, rambut mu juga panjang dan berwarna coklat terang seperti ini. Pasti kalian dikatakan kembar."
Zia hanya diam mendengar ocehan Reikhan. Saat dia melihat kearah Aston, ternyata Aston juga melihatnya. Dengan wajah Mia yang sepertinya marah saat ini.
Tbc 😉😘
Yeayyy...akhirnya di up kan 🤭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro