Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prince Of Glass -7-

Sasuke duduk di atas ranjangnya dan menghadap pintu balkon kamarnya yang terbuka itu, ini sudah masuk musim dingin, tapi pemuda itu bahkan tidak berminat menyalakan pemanas atau menutup pintu balkonnya untuk menghalau angin dingin yang masuk.

"Sasuke... Ayo turun dan makan." Bujuk Mikoto, Ibunya. Ia menghiraukannya. Satu-satunya hal yang ia inginkan adalah bersekolah, bertemu Naruto dan belajar dengan banyak orang.

Suara panggilan Mikoto terdengar kembali. Dan lagi-lagi, ia tidak merespon apapun. Ia kecewa, marah dan sedih dengan keluarganya dengan keadaannya.

Saat langkah menjauh terdengar, barulah ia menoleh ke arah pintu kamarnya. Pandanganmya menyendu menatap daun pintu yang tertutup.

Sementara itu, Mikoto menuruni anak tangga dengan wajah sedih yang kentara. Menghadapi Putera bungsunya yang sedikit bebal, membuatnya merasa sepuluh tahun lebih tua setiap harinya.

Ia meraih gagang telepon yang ada di samping sofa single di ruang keluarga, dan menyapa seseorang setelah telepon itu tersambung.

"Anata..." sapanya dengan nada lelah. Mikoto tidak tahu lagi, ia akhirnya menelepon suaminya untuk mengeluh.

"Sasuke tidak mau makan lagi...." Keluhnya. Ia tidak tahu lagi vagaimana menghadapi Sasuke, sedang orang yang bisa membujuk Sasuke sekali ucap adalah Itachi yang saat ini sedang dinas di Kota Kiri.

"Baiklah...." Sambungan telepon ditutup. Mikoto menghembuskan napasnya pelan-pelan mencoba untuk relaksasi.

***

Sakura masuk ke kelasnya dengan perasaan campur aduk. Ia senang tidak melihat lagi Sasuke, tapi ia juga sedih karena merasa bersalah pada pemuda itu.

Ia menghampiri bangku Naruto, berniat bertanya kembali kapan Sasuke akan berangkat.

"Aku tidak tahu, Sakura-chan...." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

Sakura menggeram. Ia merasa Naruto telah mempermainkannya, ini sudah seminggu sejak Sasuke keluar dari rumah sakit.

"Kau jangan berbohong!" hardik Sakura. Ia sudah tidak tahan lagi. Jika ini benar permainan Naruto, ia yang akan mengakhirinya sekarang.

"Aku tidak berbohong!" Balas Naruto tdiak kalah keras. Ia sedang ada masalah dengan Hinata dan ini diperparah dengan Sakura yang terus bertanya kabsr Sasuke.

"Kau punya nomor teleponnya?" tanya Sakura. Ia mencoba mengalah dan bersabar pada pria pirang itu.

"Tidak."

"Apa?! Bagaimana kalau dengan e-mail?" tanyanya lagi. Ia setengah terkejut dengan jawaban ketus Naruto.

"Tidak." Jawab Naruto lagi.

"Astaga Naruto, demi tahi lalat Kakashi-sensei, kau bahkan tidak memiliki email Sasuke?" Sakura berteriak di depan wajah Naruto. Sakura menarik helaian rambutnya gemas sebagai pelampiasan kesalnya pada Naruto.

"Ya." Dan Naruto kemudian bangkit berdiri beranjak keluar dari kelasnya.

"Sialan." maki Sakura.

***

Mikoto menyambut kepulangan suaminya di depan pintu rumahnya. Setelah mengambil alih jas dan tas kerja Fugaku, ia mengikuti suaminya yang kini sedang menuju ke kamar putranya.

Ketukan pintu terdengar, disertai bujukan--paksaan-- Fugaku pada Sasuke untuk turun makan.

"Sasuke... Buka pintunya, ini Papa!" panggilnya.

Tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka. Fugaku menekan kembali emosinya, mencoba bersabar menghadapi Sasuke.

"Sasuke... Buka pintunya dan turun makan sekarang!" Panggilnya sekali lagi. Fugaku menggeram ketika panggilannya diacuhkan. Ia tidak suka pembangkangan, apapun itu.

"Ambilkan kunci cadangan di ruang kerjaku." Perintahnya pada Mikoto.

Mikoto mengangguk dan segera pergi ke ruang kerja suaminya. Dalam hati, wanita itu berpikir kenapa tidak membuka kamar Sasuke dengan kunci cadangan saja? Kekhawatiran membuatnya tidak bisa berpikir rasional dab melupkan semuanya.

Ia kembali dengan tergopoh-gopoh karena takut Fugaku akan menghancurkan pintu kamar Sasuke.

"Ini, Anata," Ia menyerahkan kunci itu pada suaminya.

Pintu akhirnya terbuka. Fugaku menggigil ketika memasuki kamar puteranya itu. Ia memanggil nama Sasuke sambil berjalan ke arahnya. Yang lebih mengejutkan di kamar itu adalah kondisinya yang lebih seperti kamp perang, baju yang terserak di lantai kamar, buku-buku dan kertas-kertas yang tersebar di seluruh lantai kamar. Mikoto sampai menangis melihat itu.

"Sasuke," panggilnya lagi. Tapi tetap saja, tidak ada jawaban dari Sasuke. Pemuda itu tetap menatap kosong balkon yang terbuka itu.

Fugaku menggeram emosi. Habis sudah kesabarannya pada Sasuke, ia menyentak lengan Sasuke agar pemuda itu menatap ke arahnya. "Sasuke, Papa memanggilmu!"

Namun tetap saja sama, ia tidak mendapat respon apapun dari Sasuke. Mata Sasuke memandang tidak fokus ke arahnya, lingkaran matanya menghitam menandakan ia tidak tidur dengan baik, jejak-jejak air mata masih terlihat di kedua pipinya dan yang lebih parah adalah dia demam karena terlalu lama terpapar udara dingin.

Dengan pasti, mata sayu Sasuke memerah dan tanpa sadar ia kembali menangis tanpa suara. Fugaku bahkan sampai melepaskan tangannya dari lengan Sasuke karena terkejut dengan Sasuke yang kembali menangis dengan keadaan kacau.

Mikoto menutup mulutnya sendiri agar isakannya tidak terdengar, ia merasa miris melihat Sasuke yang seperti ini, dan iapun mengalihkan dirinya pada barang-barang Sasuke yang terserak dan memungutinya.

***

Sakura berdiri mematung di depan ruangan CEO agensinya. Agensinya adalah milik Uchiha, dan sudah dipastikan jika bos-nya adalah seorang Uchiha juga. Tapi ia tidak memikirkan itu, yang ia pikirkan adalah bagaimana meminta alamat Nyonya Uchiha Mikoto kepada bosnya itu.

Tangannya sudah menggantung di depan pintu bersiap mengetuk pintu itu, tetapi ia mengurungkannya. Pikirannya sudah melayang kemana-kemana perihal reaksi bosnya mengenai masalahnya.

Ya Tuhan.... Begitu batin Sakura menjerit pilu.

Sakura meneguhkan niatnya, ia sudah berpikir untuk menebalkan wajahnya di depan CEO-nya. Tangannya kembali menggantung bersiap mengetuk pintu ruangan yang ada di depannya hingga sebuah suara mengagetkannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya sosok itu.

"Tidak ada. Aku hanya ada keperluan dengan Shisui-sama." Sakura menjawabnya tanpa menoleh ke arah itu.

"Perlu denganku?" tanyanya lagi. Oh tidak... Sepertinya Sakura sedang dalam masalah sekarang. Ia membalik tubuhnya patah-patah dengan wajah pias.

"Shisui-sama?!" pekiknya. Ia sangat terkejut dengan kehadiran tiba-tiba pria itu.

"Halo...." Sapanya.

Sakura seketika membungkuk sembilan puluh derajat menyapa bosnya.

"Senang bertemu dengan Anda, Shisui-sama...,"

"Ada perlu denganku?"

"Ti-tidak..." Gadis merah jambu itu berkilah. Ia sudah tertangkap basah sekarang.

"Tapi kau bilang ada perlu padaku... Ayo masuk." Shisui membuka pintu ruangannya lebar, kemudian menarik Sakura masuk ke ruangannya.

Pada akhirnya Sakura duduk di sofa di seberang Shisui. Pria itu sungguh sangat kharismatik, itu bahkan terlihat dari caranya duduk.

"Jadi, ada perlu apa?" tanya Shisui tiba-tiba. Dan itu mengusik Sakura yang tengah mengamati interior ruangan Shisui.

"Saya... Saya... Saya ingin bertanya sesuatu pada, Anda, Shusui-sama...." Jawab Sakura gugup.

"Bertanya sesuatu? Apa sesuatu itu?" tanyanya lagi.

"Apa... Apa saya bisa meminta alamat Nyonya Uchiha Mikoto?" tanya Sakura dengan hati-hati. Ia khawatir jika ditanya macam-macam.

"Mikoto-Ba-san?" beo Shusui.

Sakura mengangguk.

"Ada apa memangnya? Kau ada perlu dengan Mikoto-basan?"

"Uhm... Aku... Aku hanya ada perlu, mungkin sesuatu yang berkaitan dengan perempuan?" Sakura bergidik. Ia merutuki mulutnya yang seenaknya berkata seperti itu.

"Urusan wanita, ya... Baiklah sebentar." Shisui menyaut asal kertas dan pulpen kemudian menuliskan alamat Mikoto.

"Ini." Shisui menyodorkan kertas alamat itu.

Seketika mata Sakura berbinar, ia merasa senang mendapat alamat Sasuke.

"Terima kasih, Shisui-sama... Terima kasih." Sakura bangkit berdiri dan membungkukkan badannya berkali-kali.

***

Suara debaman benda jatuh memenuhi telinga Mikoto. Ia mendongak untuk melihat apakah ada benda lain yang jatuh ketika ia sudah selesai mengemasi barang-barang Sasuke.

Mikoto terkejut bukan main ketika ia melihat Sasuke yang sudah tergeletak pingsan di bawah kaki Fugaku. Apa Fugaku melakukan sesuatu pada Sasuke?

"Anata! Apa yang terjadi?" tanya Mikoto pada Fugaku.

Dilihatnya Fugaku sudah berjongkok dan berusaha menggendong Sasuke yang pingsan itu untuk dibaringkan di ranjangnya. "Telepon dokter." perintahnya.

Mikoto mengangguk. Ia menelan kembali rasa penasarannya, lalu menelepon dokter keluarga. Yang terpenting saat ini adalah Sasuke.

Setelah selesai, Mikoto menghampiri Fugaku dan Sasuke yang berbaring dengan tubuh pucat itu. Ia membenarkan selimut putera bungsunya itu, mengecek suhu badannya dan hangat. Itu yang dirasakannya.

"Dia sudah mencapai batasnya." Ucap Fugaku tiba-tiba. Dan tentu saja itu mengejutkan Mikoto, apa ia tidak mengetahui sesuatu tentang puteranya sendiri? Pandangan Mikoto menuntut penjelasan pada suaminya.

"Dia kelaparan, kedinginan dan kelelahan. Dan ini adalah batasnya, ia tidakbisa terus seperti ini, Mikoto." Tegas Fugaku. Ia ikut duduk di samping Mikoto yang membelai rambut Sasuke lembut.

Fugaku bangkit berdiri, kemudian ia berkata, "Aku akan mengambilkan handuk dan air hangat. Tutup pintu balkonnya dan nyalakan pemanas." Tukasnya kemudian ia benar-benar pergi dari kamar Sasuke.

***

H

alooo jumpa lagi dengan saya di malam minggu yang cerah ini....

Ada yang merasa cerita ini makin aneh?

Selamat menikmati 😅😅

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro