Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prince Of Glass -20-

Kondisi Sasuke berangsur membaik setelah ia sadar dan dirawat selama seminggu. Ia sangat bosan sebenarnya, teman-temannya tidak bisa menjenguknya lama karena kesibukan mereka. Lagipula, Sasuke hanya ditemani Mikoto dan Itachi bergantian.

"Bagaimana keadaanmu, Sasuke?" tanya Sakura. Oh rupanya dia berkunjung.

'Aku baik. Terima kasih sudah berkunjung.' Balas Sasuke sambil mengulum bibir, menahan senyum.

Sakura meringis. Dari mana baiknya? Ia bahkan masih melihat jelas kepala Sasuke yang diperban dan rambut yang dipotong berantakan.

"Syukurlah kalau begitu. Aku minta maaf karena tidak bisa sering menjengukmu." Sesal Sakura. Bagaimanapun Sasuke adalah temannya sekarang.

'Tidak apa-apa. Biasanya Mama dan Nii-san yang menemaniku.'

'Lagi pula, kau 'kan juga sibuk dengan kegiatan di sekolah dan modelingmu.'

Ah, benar juga. Sakura tersenyum tidak enak saat mengetahui jawaban Sasuke.

"Tapi, Sasuke-kun bagaimana kau bisa jatuh dari eskalator begitu saja? Maksudku--ya.. Aku cukup penasaran."

Sasuke diam. Ia mengalihkan wajahnya menghadap jendela, membayangkan bagaiamana tatapan Rock Lee saat itu saja ia masih merinding.

"Sasuke-kun?" Panggilan Sakura menyadarkannya. Ia kembali menatap Sakura, lalu tersenyum tipis.

"A-aku hanya terpel-peleset. Kau ta-tahu, aku i-ini orang-orangnya ce-ceroboh, Sakura." jawab Sasuke. Tentu saja Sakura tidak percaya begitu saja.

"Ah begitu, seharusnya kau lebih hati-hati." Sakura menepuk pelan lengan Sasuke.

Sasuke mengangguk. Ia juga sadar, ia harus lebih hati-hati karena kondisinya. Selain itu, ia bisa kehilangan kepercayaan Ayahnya lagi.

'Aku mengerti.' Jawabnya sambil tersenyum tipis.

Prince Of Glass

Philossugaya

-The Final Chapter-

Naruto belongs to Mashashi Kishimoto

"Aku tidak tahu jika kau sedekat itu dengan Sakura." Itachi melirik curiga pada Sasuke yang kini sedang makan siang dibantu Ibunya.

Uhuk. Sasuke tersedak begitu saja. Apa-apaan pertanyaan Itachi itu?

"Itachi-kun jangan aneh-aneh." seru Mikoto. Ia berkata sambil memberi minum Sasuke.

"Aku tidak aneh-aneh, Kaa-san." bela Itachi.

'Mama, Nii-san jahat padaku.' Itachi melotot seram pada Sasuke ketika ia melihat gerakan tangan anak itu.

"Tidak, Kaa-san. Tidak. Ya ampun," Gerutu Itachi. Ia geram sendiri, kenapa disaat sakit seperti ini Sasuke masih saja menyebalkan?

"Kaa-san tahu, Itachi, adikmu itu dia tidak bisa bohong padaku."

Dan di balik punggung Mikoto, Sasuke tersenyum Iblis, mengejek Itachi yang tidak bisa berkutik melawan Mikoto.

***

Akhirnya setelah selama tiga minggu penuh di rumah sakit, Sasuke akhirnya bisa pulang ke rumahnya. Ia masih bungkam dengan insiden itu, bagaimana kejadian sebenarnya ia masih menyimpannya sendiri.

Ia pulang dengan dipapah Itachi dan digandeng Mikoto di sisi yang lain. Ia sering keluar masuk rumah sakit sejak kecil, tapi kenapa rasanya hari ini aneh? Ada balon-balon yang menghias ruang tengah, para pelayan di rumahnya berbaris dengan pakaian yang meriah. Ada tulisan dari balon yang dipasang di atas sofa ruang tengah.

"SELAMAT DATANG KEMBALI, SASUKE-KUN" Ia tidak menduganya sama sekali. Ini ide siapa? tatapan bertanya ia lemparkan pada Mikoto.

"Ah... Ini ideku," Suara asing masuk ke telinganya.

Mata Sasuke melebar. Siapa?

"S-Sakura...." katanya. Dari mana gadis itu tahu jika ia pulang hari ini?

Kemudian, netranya melirik Itachi dengan sinis. "Bukan aku yang memberi tahunya." Jelas Itachi seketika.

Ia menghela napasnya, kemudian melepas pegangannya pada Itachi dan Mikoto dan menghampiri Sakura.

'Dari mana kau tahu jika aku pulang? Dari Mama?' tanya Sasuke. Sakura mengangguk, ia tersenyum manis kemudian.

Apa itu? Pipi Sasuke memerah? Itachi tidak habis pikir dengan itu.

"Sasuke... Sebenarnya aku," Ucapan Sakura terhenti karena kata-kata Itachi dari belakang.

"Sasuke, terus saja pacaran dengan Sakura dan lupakan semua orang yang ada di sekitarmu."

"Orang jatuh cinta memang beda, ya. Sepertinya rumah ini akan penuh sesak dengan bunga, Itachi." sahut Mikoto.

Malu? tentu saja, apalagi Sasuke, wajahnya sudah mau meledak saking malunya.

"Ma-Mama!" Pekiknya karena terlalu kesal.

Mikoto dan Itachi langsung kabur diikuti semua pelayan tadi. Sepertinya akan terjadi ledakan bom bunga di ruang tengah.

"Sasuke-kun, bisa kulanjutkan?" tanya Sakura dengan nada aneh.

'Ada apa?'  tanya Sasuke.

Sakura menghela napasnya, apa ia tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi?

"Tidak ada. Oh, iya, kapan kau akan ke sekolah lagi? Kau tahu, kudengar, temanmu Rock Lee pindah sekolah." Katanya tiba-tiba.

Sasuke menegakkan duduknya, ia sudah duduk dengan Sakura setelah berteriak pada Mikoto tadi.

Terkejut? Jelas. Sasuke bahkan tidak diberitahu apapun oleh Lee, terakhir kali ia berhubungan dengan pemuda itu seminggu yang lalu.

'Aku tidak tahu,' jawabnya.

"Kau bertengkar dengannya?" tanya Sakura lagi, setahunya Lee adalah satu-satunya teman Sasuke selain dirinya dan Naruto. 

Sasuke menggeleng. Ia tidak merasa bertengkar dengan Lee, tapi hubungannya dengan Lee tidak sedekat sebelum insiden itu.

Setelahnya hening, baik Sasuke maupun Sakura tidak membuka topik obrolan satu sama lain.

***

Sepulangnya Sakura dari rumahnya, ia hanya duduk di balkonnya. Ia masih memikirkan penyebab Lee yang pindah sekolah tanpa memberi tahu apapun padanya. Apa karena insiden itu?

Memang, ia melihat Lee yang berbeda saat itu, itu bukan seperti Lee yang ia kenal.

To: Lee

Lee?

From: Lee

Ya Sasuke-kun?

To: Lee

Kau pindah sekolah? Aku mendengarnya dari Sakura.

Sasuke menunggu balasan dari Lee dengan perasaan yang campur aduk, bagaimanapun Lee adalah temannya dan bisa jadi Lee pindah karena dirinya. Kenapa ia bisa berspekulasi seperti itu? Karena hal ini terjadi setelah ia terlibat insiden bersamanya.

Lama, lama sekali Lee membalas pesan itu.

From: Lee

Iya, Sasuke-kun.

Gomen, aku tidak memberitahumu.

To: Lee

Kenapa kau pindah? 

Maksudku, kenapa tiba-tiba sekali?

Sungguh, ia penasaran dengan alasan kepindahan mendadak Rock Lee.

Lee's calling...

Apa ia harus mengangkatnya? Atau Lee yang bodoh karena menelepon Sasuke yang gagap?

Tapi ia merasa jika telepon itu penting. Ah, angkat saja.

"Sasuke-kun, dengarkan aku. Cukup dengar. Aku mengatakan ini hanya sekali saja, ne?" Perintah Lee dengan terburu. 

Dan Sasuke hanya mengangguk.

"Pertama, untuk insiden tempo lalu, aku minta maaf. Aku memang sengaja mendorongmu karena sebuah alasan yang tidak bisa kujelaskan sekarang."

"Karena jika aku memberitahumu sekarang bahkan itu akan percuma saja. Itu akan menimbulkan kebencian lain. Tak apa jika kau membenciku--sangat membenciku karena aku memang pantas dibenci." Kalimatnya terdengar sungguh-sungguh.

"Sasuke-kun... Yang bisa aku katakan sekarang hanyalah permintaan maaf dan juga untuk pertemanan kita, aku sungguh-sungguh dengan itu. Memang awalnya aku mendekatimu karena sebuah permintaan seseorang. Tapi, semakin aku mengenalmu membuatku tahu jika kau itu anak yang baik dan tidak pantas untuk dibenci oleh orang-orang."

"Sekali lagi, Sasuke, aku minta maaf untuk semuanya. Sampai jumpa di waktu lain." Lee mengakhirinya dengan sebuah senyuman di seberang sana sebelum menutup sambungan itu.

Jadi, memang sengaja? Ia tidak tahu jika selama Lee itu tidak sebaik itu. Sekarang pertanyaannya adalah siapa orang yang memerintah Lee itu.

"Sasuke...," Suara Itachi memanggil dari kamarnya.

Sasuke menoleh. Ia menatap kakaknya dengan tatapan serius.

"Kenapa?" Tanyanya.

Sasuke kemudian menyerahkan ponselnya dan memutarkan rekaman teleponnya dengan Lee tadi.

Bukankah Sasuke pintar? Ia selalu merekam setiap percakapannya dengan siapapun di telepon.

"A-apa Pa-Papa punya mu-musuh?" tanya Sasuke.

"Memangnya kenapa?"

'Aku hanya bertanya, biasanya musuh itu menyakiti orang terdekat musuhnya untuk memancingnya.' Jelas Sasuke dengan terburu-buru.

"Apa?! Dari mana kau bosa berpikir seperti itu?" Tanya Itachi.

Dari drama-drama yang ditonton Ibumu setiap sore, Itachi.

"Ke-kenapa Nii-san ingin ta-tahu?"

"Astaga, Sasuke. Aku hanya bertanya darimana kau bisa menyimpulkan itu?" Jawaban Itachi membuatnya merengut kesal.

"Dengar, Otouto... Tou-san jelas memiliki banyak musuh." Ujar Itachi kemudian ia diam.

"Itu hal yang wajar untuk pengusaha seperti Tou-san. Banyak hal yang terjadi di dalam dunia itu." Lanjut Itachi kemudian.

Sasuke terus mendengarkan kalimat Itachi. "Dan untuk itu kau dilarang sekolah sejak kau umur tujuh tahun." Katanya lagi.

"Karena mereka tahu, kau adalah orang terpenting bagi Tou-san."

Itachi menepuk pundak adiknya itu, lalu bangkit dari duduknya. "Kau tidak usah memikirkan hal-hal seperti itu, cukup diam dan biarkan keluarga kita yang menyelesaikannya."

"Oh, ya, ayo makan malam. Kaa-san sudah mengomeliku untuk cepat memanggilmu turun."

***

Apa yang dilakukan Fugaku pada Obito? Ia tidak bisa membunuhnya karena berbagai alasan. Obito adalah Uchiha, dan juga ia tidak memiliki bukti untuk membuktikan jika adik tirinya itu bersalah.

Ia termenung di ruang kerjanya bersama Itachi yang juga terlihat berpikir. Selepas makan malam tadi ia langsung masuk ke ruang kerja bersama Itachi.

"Tou-san..." Panggilan Itachi membuatnya kembali fokus.

"Kurasa aku tahu caranya agar Paman Obito bisa diadili." kata Itachi tiba-tiba.

Kenapa ia bisa tahu? Karena ia memang sudah diberitahu Fugaku ketika Sasuke koma waktu itu.

"Tou-san tahu Lee? Rock Lee teman Sasuke?" tanya Itachi, berharap Ayahnya segera tahu maksudnya.

"Kenapa?"

"Kurasa dia tahu sesuatu tentang kecelakaan Sasuke, Tou-san."

"Tadi, Sasuke memberitahuku rekaman percakapan teleponnya dengan anak itu."

"Lalu?"

"Ia terus minta maaf dan tidak mengaku ia sengaja mendorong Sasuke. Dan yang terpenting, ia hanya menjalankan perintah."Fugaku terdengar menggeram. Anak kesayangannya terluka dan itu dilakukan oleh orang-orang terdekatnya.

"Apa yang akan Tou-san lakukan?" tanya Itachi setelah ia selesai menjelaskan.

"Cari anak itu." katanya dengan tegas.

***

"Pa-Papa." panggil Sasuke, ia membuka pintu ruang kerja ayahnya.

Fugaku menoleh dan melihat kepala Sasuke yang menyembul di balik pintu, wajahnya tampak terkejut karena ada Itachi di sana. Kukira Nii-san sudah pergi. begitu pikirnya.

"Masuklah," 

"Ada apa?" Tanya Fugaku ketika Sasuke sudah duduk di samping Itachi. Sekarang wajahnya tampak gugup.

"A-aku ingin ber-bertanya," Fugaku diam menunggu lanjutan kalimat Sasuke.

"Aku--ka-kapan aku bi-bisa ke-ke seko-sekolah la-lagi, Pa?" Mata Sasuke terpejam, ia menunduk dengan kedua tangannya yang terkepal di atas pahanya, takut.

Fugaku masih diam saja, dan satu kesimpulan yang didapatkan Sasuke, Ayahnya marah.

Sasuke mendongak, matanya sudah memerah dan berkaca-kaca. Kenapa hidupnya merana sekali? 

Apa yang ia lihat sekarang? Fugaku malah tersenyum dengan bibir berkedut menahan tawa. "Kenapa kau bertanya padaku?" Fugaku balik bertanya. Ia tidak bisa menahan tawanya sekarang dan Itachi hanya tersenyum kecil melihat ledakan tawa Ayahnya.

"Kau 'kan yang sekolah, kenapa tanya Papa? Kau bisa masuk ke sekolah kapanpun kau mau, Sasuke." Jelas Fugaku kemudian.

Lalu Sasuke berbinar. Jadi ia sekarang bebas? Begitu? Apa rasanya seperti ini? 

Perasaan ingin terbang dan bahagia. Seperti burung yang terbebas dari sangkarnya. Seperti gelas antik yang keluar dari lemarinya. Apa seperti ini perasaan teman-temannya?

"Papa su-sungguh-sungguh?" Tanya Sasuke, ia ingin memastikannya sekali lagi.

Fugaku mengangguk mantap. Ia yakin anak bungsunya itu bisa menyelesaikan masalahnya dengan mandiri dan bisa menjaga dirinya sendiri.

"Arigatou-yo, Papa..." Sasuke berlari memeluk Ayahnya dan disaat itulah, Mikoto masuk melihat keakraban Sasuke dan Ayahnya.

***

-THE END-

Haloo, Philo-daa.. akhirnya work ini tamat dengan happy ending :')

Sebenernya ending yang semacam ini tidak pernah terpikir olehku. sama sekali.

BTW mungkin dari kalian bertanya. "Kenapa di sini banyak masalah yang belum selesai?"

Tentang masalah yang disinggung di sini, aku mau menjelaskan kenapa ngga dijelaskan di chapter ini karena Aku mau bikin spin-offnya di chapter depan. Mungkin semacam epilog atau bonus chapter wkwkwk

The last but not least... Sampai jumpa di cerita selanjutnya :*****

Semarang, 27 Maret 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro