Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prince Of Glass -19-

"Kau sudah melakukannya?"

"Sudah, Obito-sama."

"Kerja bagus."

"Tapi, setalah ini saya harap semua selesai."

"Dan saya ingin berhenti bekerja pada Anda."

***

Prince Of Glass
-Philossugaya-
Chapter 19

All Character belongs to Mashashi Kishimoto

Suasana ruang rawat Uchiha Sasuke sangat biru. Semuanya sedih, bingung dan marah di waktu yang bersamaan. Padahal pagi tadi, Sasuke mereka masih tersenyum dan bersikap manja pada keluarganya.

Namun, semua itu hanya terlihat seperti kilasan film yang berputar di depan keluarga Uchiha ketika melihat Sasuke yang terbaring koma.

Fugaku tahu, jika otak di balik kecelakaan Sasuke adalah adik tirinya sendiri. Tapi, ia tidak bisa gegabah menuduh Obito dan melaporkannya pada kepolisian. Ia masih kekurangan bukti. Lagi pula, jikapun ia memiliki bukti-bukti yang cukup, ia harus menahan diri karena Obito juga berpengaruh terhadap nilai-nilai saham Uchiha.

Lee sudah pulang tadi, setelah ia memberi salam pada Fugaku dan meminta maaf pada orang tua itu. Ia mengaku hal yang sama saat ia bertemu Itachi.

Fugaku ya tersenyum tipis. Gurat sedihnya jelas terlihat.

"Sasuke, sayang, apa rasanya sangat sakit? Mau berbagi dengan Mama?" Itu suara lirih Mikoto, ia memang sudah tidak menangis, tapi kini memandang sendu Sasuke. Sorot mata terluka seorang Ibu.

"Kenapa kau melanggar janjimu pada kami?"

"Kau bilang tidak akan terluka lagi? Kau bilang kau bisa menjaga dirimu sendiri, hm?"

"Sasuke? Jawab Mama, Sasuke!?" Mikoto kembali histeris, dan hal itu membuat Fugaku harus menjauhkannya dari Sasuke.

"Mikoto, tenanglah." bisik Fugaku. Ia juga sedih pada keadaan Sasuke, tapi ia tidak bisa berbuat apapun selain berdoa.

***

Seminggu sudah Sasuke koma, dan selama itu pula teman-teman dan keluarganya silih berganti menjenguk bergantian.

Insiden jatuhnya Sasuke masih menjadi misteri, yang jelas otak di baliknya sudah diketahui.

Lee masih bungkam, ia masih berlaku seperti teman baik Sasuke. Tentu saja, semua orang memercayainya. Karena Lee adalah satu-satunya teman Sasuke selain Sakura dan Naruto.

Mikoto menatap sedih Sasuke, meratapi nasib putranya seraya melap lengan Sasuke hati-hati.

Sesekali ia masih meratap, walau tidak sesering waktu pertama kali Sasuke di bawa ke rumah sakit. Dan ditengah kegiatannya itu, sesuatu terjadi.

***

"Obito." panggil Fugaku datar. Sungguh, ia tidak sudi menemui Obito jika ia tidak butuh informasi pelaku Sasuke.

"Oh, Nii-san?" Obito terkejut, pura-pura.

"Ada perlu apa?" tanyanya lagi, kini seringaian jelas tersungging di wajahnya.

"Jika kau otak dibalik insiden Sasuke, lalu siapa pelakunya?" Fugaku bertanya tanpa basa-basi.

"Oh, kenapa buru-buru? Kita bisa minum teh dulu, Nii-san." jawabnya lagi.

Fugaku kembali diam, ia menatap datar Obito yang tersenyum separuh.

"Cha... Kau memang membosankan, Nii-san." Merajuk? Tidak, sangat tidak lucu jika pria paruh baya itu bertingkah seperti itu.

"Aku bisa memberitahumu siapa orang itu, tapi... apa imbalan yang ku dapat?"

Fugaku diam, ia tidak bisa gegabah kali ini.

"Apa?"

"Yaa, kau tahu sendiri 'kan, Nii-san jika aku memberi tahu siapa pelakunya maka kau akan mendapatkannya dan aku akan kehilangan pekerja setiaku."

"Ah... Seperti itu," Bibir Fugaku menipis. Ia mendapatkan tangkapan besar sepertinya

***

Sasuke mengerjapkan matanya, semuanya terasa asing di pandangannya. Serta, kepala dan kedua lengannya terasa kebas dengan alasan yang berbeda.

Ia ingin melenguh, tapi mulutnya tidak bisa bersuara. Tubuhnya benar-benar remuk rasanya, ia bahkan tidak ingat alasan ia berada di tempat asing ini.

"Sasuke?" Suara parau itu membuat fokus Sasuke terkumpul.

"Kau sudah sadar?" pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Itachi. Dengan segera ia bangun lalu menekan tombol darurat.

"Bagaimana keadaan Sasuke, dok?" tanya Itachi. Ayah dan Ibunya masih di rumah, ia yang memintanya--memaksa-- untuk beristirahat di rumah.

"Puji Tuhan, tapi keadaannya masih lemah dan kami akan terus memantaunya." ucap sang dokter.

Itachi bersyukur dan berterima kasih pada dokter tersebut.

Dalam diam, ia mengamati Sasuke yang kini masih diam menatap kosong langit-langit rumah sakit.

"Sasuke?" panggil Itachi setelah hening satu jam lamanya.

"Hm?" Sasuke menggumam. Ia melirik kakaknya yang diam memperhatikannya.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya sedikit meringis melihat Sasuke.

Sasuke kembali menggumam, mengiyakan pertanyaan Itachi.

"Bagaimana kau bisa seperti ini lagi? Tou-san dan Kaa-san khawatir padamu."

Sasuke masih saja diam dengan gerutuan Itachi, ia tidak bisa menjawab omelan kakaknya karena kondisinya.

"Aku akan menelepon rumah."

Ribut? Tentu saja, bahkan di sana hanya ada Mikoto, Fugaku dan Itachi. Mikoto memberondong Sasuke dengan kalimat-kalimatnya yang bernada khawatir dan lega.

"Syukurlah, Sasuke kau sadar. Mama takut kau kenapa-kenapa."

"Bagaimana kau bisa jatuh, huh? Mama khawatir sekali."

"Dasar anak nakal, ya!"

Mikoto terus berbicara, tidak peduli dengan Itachi dan Fugaku yang sudah meringis di belakang sana.

"Kaa-san! Jangan memukul Sasuke lagi, Kaa-san mau dia tambah sakit?!" pekikan Itachi itu mendapat anggukan dari korban dan Ayahnya.

"Ah... Gomen, gomen ne, Sasuke. Mama terlalu senang kau sadar." Katanya sambil sekarang mengelus bahu Sasuke pelan-pelan.

***

Menjelang tamat kok makin pendek :')

Selamat malam ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro