Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9 : The Lucky Message

"Kau.."

Aku merasakan keringat dingin mengucur deras di pelipisku. Nada rendah yang serak itu menekan amarah yang sepertinya bersiap untuk disemprot ke arahku. Peserta di sekitarku ikut menatap ngeri terhadap kecerobohanku. Kurosaki menatap mentimun yang telah kuiris itu kemudian membandingkan potongan lainnya.

"Bagus. Lanjutkan,"

Dalam waktu singkat, aura gelapnya musnah begitu saja. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, masih dengan pisau yang berada digenggamanku.

"Jadi.. senpai tidak marah terhadapku?"aku ragu untuk bertanya tetapi aku juga ingin kepastian. Maksudku, kepastian bahwa aku tidak dikeluarkan.

Kurosaki berbalik badan, diikuti tatapan sinis. "Tidak. Kalau kau sembrono seperti tadi kembali terulang, mungkin ceritanya akan berbeda,"

Aku mengangguk cepat. "Arigatou, senpai!"

Kini semangatku untuk lulus seleksi lebih membara dibandingkan kegugupanku. Aku segera menata talenan yang nyaman sesuai dengan posisiku.

"Kau, kenapa bisa mendapatkan bros emas itu?"

Aku menoleh ke arah Kurosaki yang belum beranjak menuju station berikutnya. "Dari Kotobuki-senpai. Dia memberiku ketika sedang mengisi formulir,"

Mulutnya membentuk lingkaran 'O' sebagai respon akhir. Aku mengernyit sekilas tetapi kembali melanjutkan seleksiku.

"Kalian masih diam saja? Cepat lanjutkan,"titah Kurosaki yang langsung dilakukan peserta lain.

Aku menatap bros emas yang tersemat di lengan bajuku. Benda yang mahal. Aku pun tidak boleh membiarkannya menghilang.

☆ ☆ ☆ ☆ ☆

Aku berjalan menuju gerbang dan menemukan Ittoki bersandar di sisi kiri gerbang.

"Bagaimana, [Reader]-chan?"

Aku tersenyum menunjukkan deretan gigiku. "Aku nyaris saja gagal. Beneran deh, si Kurosaki-senpai memberiku toleransi,"

Ittoki terdiam sesaat kemudian memiringkan kepalanya. "Seriusan itu senior memberimu toleransi?"

"Hm, dan dia tidak memarahiku sama sekali malahan,"

Melihat ekspresi Ittoki, aku yakin sepertinya terdapat keanehan yang tidak biasanya.

"Yang penting [Reader]-chan tidak apa-apa. Ayo kita pulang,"ajaknya mengulurkan tangan.

Tanpa ragu, aku membalas uluran tangannya. Begitu kami ingin jalan bersama, Ittoki menekap wajahnya dan berhenti melangkah.

"I-Ittoki-kun? Ada apa?"

"Bukan apa-apa. Hanya saja aku se--"

"Huatshii,"aku memotong perkataannya tanpa sengaja, begitu merasakan hidungku gatal. "Padahal sekarang belum musim dingin,"

Ittoki terkekeh melepas jasnya, mengalungkannya ke bahuku. "Memang hari ini sudah cukup sejuk, sih,"

"E-eh, Ittoki-kun tidak pakai?"

Ia menggeleng. "[Reader]-chan lebih memerlukannya,"

"Hm, terima kasih,"

Ia mengacak rambutku. "Kalau begitu, lain kali [Reader]-chan harus membuatkan makanan untukku,"

Aku menganga. "T-tapi aku sudah lama tidak memasak,"

"Akan kumakan, kok, ehehe,"

Yang kukhawatirkan, begitu aku memberinya masakanku, ia akan keracunan. Mungkin saja. Kami kembali melangkah kemudian langkah kami terhenti karena dihalangi oleh sebuah mobil kodok.

"Aloha, [Reader]-chan, Ittoki-kun?"Kotobuki menampakkan dirinya di balik kaca mobil yang diturunkan dengan sebuah tombol.

"Kotobuki-senpai!"panggilku membungkukkan badan.

"Ahaha, jangan seformal itu, membuatku canggung deh,"ia melambaikan tangannya sambil terkekeh.

"Kenapa senpai baru pulang?"tanya Ittoki.

"Tadi aku sedang berbincang-bincang dengan Kurosaki jadi lupa waktu,"

"Apa dia.. membicarakanku?"aku menunjuk diriku.

Mata Kotobuki membulat. "Tidak sama sekali. Memangnya ada apa? Ada sesuatu yang terjadi di antara kalian?"

"Oh, tidak. Bukan apa-apa,"bantahku singkat.

"Kalian pulang ke mana? Mau kuantarkan?"tawar Kotobuki menepuk kursi di sebelahnya yang kosong.

"Kami pulang pakai kereta, senpai,"

"Ayolah, tidak apa, lagipula kalian harus menunggu lagi jika menggunakan kereta,"

Aku dan Ittoki saling tatap. Lokasi huni kami berbeda, belum lagi aku semi gelandangan yang diizinkan menghuni kafe milik Ichinose.

"Kalau begitu antarkan kami ke Princafé saja,"

Kotobuki menekan GPSnya kemudian menatap petanya sekilas. "Kalian masih mau makan makanya ke sana?"

Aku terkekeh keras. "Haha! Ya begitulah. Rumahku dekat situ,"

"Dan kau masih bekerja setelah kuliah?"sambung Kotobuki kembali bertanya kepada Ittoki.

"Iya. Jadi senpai tidak keberatan, kan?"

"Tidak sama sekali, ayo naik!"

Aku duduk di belakang dan Ittoki duduk di sebelah Kotobuki-senpai. Mobilnya yang melaju dengan kecepatan standar membuatku dapat menatapi city light yang berkilap. Ia tidak menyalakan pendingin ruangan, tetapi hembusan angin malam sudah cukup sejuk untuk menusuk tulang.

Aku menyadari jas Ittoki masih melekat di tubuhku. Aku merasakan ponselku bergetar.

From : Ittoki
Soal Princafé, tidak perlu canggung mengatakan kalau kau menghuni di sana. Tetapi kalau tidak mau bilang juga tidak apa. Yang penting [Reader]-chan merasa nyaman saja.

Aku menyeringai. Padahal jarak kami sedekat ini, tetapi masih mengirimiku pesan. Kemudian muncul lagi getaran pesan masuk.

From : Ichinose
Tesmu bagaimana? Semoga tidak jatuh dan bertabrakan kepada seseorang. Ren membuatkanmu menu spesial yang disimpan di kulkas, jadi jangan lupa dimakan.

Aku terkekeh karena teringat aku sering jatuh dan menabrak orang. Biasanya dia bukan tipikal yang senang mengirimi pesan, tetapi aku akan mengenangnya. Ponselku kembali bergetar lagi.

From : Shinomiya
[Reader]-chan? Apa seleksinya membuatmu lelah? Aku mengharapkan yang terbaik untukmu. Soal masuk lagi ke sana, aku akan pertimbangkan kembali. Ganbatte ne~

Aku mengangguk singkat. Akan kubuktikan kalau usahaku bisa membangkitkan keinginannya untuk kembali masuk ke Saotome University.

From : Syo
Aku baru pulang dari akademi dan kembali ke Princafé. Biasanya aku akan menemukanmu di dapur, tetapi aku segera ingat kalau hari ini kau seleksi. Hari ini majalah yang meliputku terbit, jadi pastikan kau pulang membacanya di meja makan.

Aku terkekeh. Pesan beruntun setelah Shinomiya adalahi Syo, aku bertaruh mereka bersama-sama mengirimkan pesan di tempat yang sama. Aku akan membaca majalahnya, sebelumnya aku sempat melihatnya diwawancarai di kafe.

From : Aijima
Nona! Apa kau terluka? Aku khawatir tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Aku ingin makan ikan goreng buatan nona hehe~

Pertemuan pertamaku dengan Aijima, tukang pos yang menagih ikan goreng ternyata kembali terungkit. Aku tidak benar-benar bisa memasak, tapi mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membuatkannya.

From : Jinguji
Little lamb, are you okay? I can't even concentrate about my cook 24/7 just to think about you. I am scared that you will hurt there. Ichinose said before that I cook for you. Remember to eat it.
Full of love, Jinguji Ren.

Bahasa inggris yang benar-benar fasih. Aku mungkin bisa mengerti dengan menggunakan google translate. Aku akan membuka kulkas tiba aku sampai nanti di sana. Menunya selalu menggoda lidah plus kini perutku menahan lapar.

From : Hijirikawa
[Reader]-san, semoga harimu tidak terlalu berat. Jangan lupa untuk bersyukur akan apa yang kau alami hari ini dan mengambil hikmah dari pengalaman. Jagalah kesehatanmu, dan maaf jika jimatnya tidak bekerja dengan baik.

Aku menyadari jimatnya berada di dalam tasku sepanjang hari. Mungkin sikap toleransi Kurosaki memiliki pengaruh terhadap jimat itu. Aku harus berterima kasih kepadanya sesampainya di Princafé nanti. Pesan-pesan mereka memenuhi hari-hariku.

"Ada yang lucu?"tanya Kotobuki menatapku dari cermin tengah.

Aku menggeleng. "Hanya saja pesan-pesan yang kudapatkan sungguh membahagiakan hari ini,"

"Mereka pasti benar-benar orang yang penting bagimu,"

Aku menekap wajahku menatap jendela. "Tentu saja. Kalau tidak ada mereka, jalan hidupku akan berbeda,"

"Uwaaaah--"

"Ittoki?"tanya Kotobuki. Ittoki mengacak rambutnya. Aku mengintip dari belakang, wajahnya memerah padam.

"Sudah sampai!"seruku menunjuk kafe yang masih terang dan diisi pelanggan. Ittoki keluar lebih dulu.

"Terima kasih banyak, senpai,"ucapku segera beranjak membuka pintu mobil. Kotobuki menahan pergelangan tanganku.

"S-senpai?"

Sorot wajahnya yang riang berubah serius. Masih kulihat Ittoki terdiam di dekat mobil, menungguku.

"Maukah kau menjadi pacarku?"

"E-eh?"

To be Continued.
Setelah hiatus sekitar kurang lebih mendekati sebulan, terima kasih yang masih menyempatkan waktu untuk membaca kisah ini. Sebisa mungkin terdapat update publish part berikut dengan tokoh-tokoh berbeda!

See ya on the next part ☆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro