Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7 : Sudden Date (?)

"Aku akan menggunakan kereta api saja,"

Memilih salah satu dari mereka hanya akan membuatku serba salah. Masih cukup waktu untuk pergi ke stasiun.

"Lady?"

Ternyata Jinguji telah berada di teman. Seluruh kerumunan gadis itu lenyap entah ada di mana.

"Maaf, kita pulang sendiri-sendiri saja,"

Sungguh, aku malas berdebat, apalagi mengecewakan satu dari mereka.

"Mana boleh [Reader]-san berjalan sendirian malam-malam seperti ini?"Hijirikawa yang kutahu jarang berekspresi, kini menatapku penuh kecemasan.

"Benar sekali. Ikut saja denganku,"

"Denganku. Berbahaya jika dia bersamamu,"

Tuh kan. Mereka berdebat.

"[Reader]-chan~,"suara ramah itu juga hadir, menemani suasana malam yang mulai menyepi. Shinomiya datang dengan sepeda motor bebeknya.

Sejak kapan laki-laki itu mempunyai kendaraan roda dua seperti itu.

"Kenapa Shinomiya-san ada di sini?"

"Oh, kebetulan aku mau membeli cemilan di dekat sini. Aku ingat acaramu sudah selesai, jadi aku berniat mampir, uh, mataku--"ia menceritakan persis membacakan dongeng kepada anak balita, pelan kata demi kata.

Matanya kelilipan sehingga ia mengucek matanya beberapa kali. Dan kacamatanya terjatuh, tepat di samping kaki kirinya.

"Oh, I'm feeling wrong now,"Jinguji memasang seringai kaku, mengucapkan kekhawatiran dalam bahasa Inggris yang fasih.

"Dia.. langsung berubah jadi Satsuki?"tanyaku kurang yakin karena selama ini aku tidak pernah melihatnya sekalipun melepas kacamata.

Dan rumor itu terbukti di hadapanku.

"Kau, cepat naik,"aura badass yang mengalir membuatku merinding. Hijirikawa masih terpaku. Jinguji berjalan meraih kacamata yang jatuh untuk memasangkannya kembali.

Aku ikut memungut kacamata itu, tetapi..

PRAK.

Jinguji yang sudah memungut kacamata itu gagal karena jemarinya diinjak dan digesek dengan sadis. Satsuki memasang seringai penuh kemenangan.

Jinguji mengaduh sambil mengibas jemarinya yang terlihat membengkak.

"Jangan berharap aku akan merelakan posisi ini kepada si lekong satu itu. Cepat naik,"ia menarik pergelangan tanganku paksa.

"Kau tidak bisa memaksanya seperti itu,"tegur Hijirikawa berusaha melepaskanku darinya, tetapi sekali dorongan, Hijirikawa langsung terhempas dengan posisi terduduk.

"Jangan menghalangiku. Cepat naik atau--"Shinomiya yang kini berubah menjadi Satsuki menatapku tajam, mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Aku mengelak darinya, dengan pasrah duduk di belakangnya. Dia terlalu berbahaya, tetapi aku tidak bisa membayangkan jika aku bersikeras menolak. Akan berbahaya jika dia tidak diawasi sebeluk kembali ke diri Shinomiya.

"Aku akan jamin dia aman. Kalian duluan!"seruku menjauhi mereka seraya kendaraan roda dua itu telah melaju kencang.

☆ ☆ ☆ ☆ ☆

Aku melihat jalanan yang kini menyepi. Satsuki berhenti di depan sebuah mesin pengait boneka. Ia menyelipkan koin 100 yen ke dalam mesin itu.

"Satsuki-san suka boneka?"kiranya saja ia memiliki hobi yang sama dengan Shinomiya. Satsuki langsung menatapku tajam. Apa aku salah berkata-kata tadi ya?

"Aku hitung sampai lima, kau harus pilih salah satu boneka yang ada di dalam boks itu,"

"E-eeeh?"

"Satu ,dua-- lima,"ia memotong bagian tiga dan empat, membuatku langsung mengutarakan apa yang kulihat pertama kali.

"Yang anak ayam kuning itu!"tunjukku.

"Piyo-chan, hah, baiklah,"ujarnya menggeserkan pengait boneka itu ke arah yang mendekati, tetapi ia gagal mendapatkannya.

"Sial,"umpatnya memasukkan koin 100 yen berikutnya.

"Tidak dapat juga tidak apa-apa, Satsuki-san,"aku berusaha agar ia tidak berkecil hati, aku tidak tega ia memaksakan diri untuk mendapatkan boneka itu.

"Tidak mau. Aku harus mendapatkannya,"bantahnya bersikeras untuk kali koin keempat.

Ia membeli 10 koin 100 yen dan kini tersisa satu.

"Aaah! Kuhancurin aja boks ini,"geramnya mengambil tongkat baseball yang entah didapatkannya dari mana.

Satsuki memberenggut. Aku memasukkan koin yang berada digenggamannya. Aku menggeser posisi pengait itu, bersama Satsuki yang juga menggenggam tanganku.

"Satu.. dua.. tiga.."

Boneka piyo-chan yang terkait berhasil didapatkan oleh kami. Walaupun awalnya aku kurang tertarik, aku berseru histeris bersamanya, refleks memeluknya.

Begitu aku tersadar, boneka raksasa piyo-chan kini berada di dekapanku.

"Pfft.Lucu. Tubuhmu jauh lebih kecil dibandingkan bonekanya,"Satsuki terkikik menatapku. Saat ia tertawa lepas, aku bisa merasakan aura di sekitarnya menjadi lebih ringan. Gejala "berbahaya" yang terus kujadikan asumsi melenyap seketika.

"Arigatou ne, Satsuki-san,"aku tersenyum lebar. Jangankan bisa tersenyum, aku lebih banyak diam begitu bersamanya.

Satsuki terdiam sesaat kemudian berjalan mendahuluiku. Kami duduk di bangku panjang di samping mesin kaleng otomatis. Tempat Satsuki memarkir motornya tadi.

"Aku tidak mengerti jalan pikiran Shinomiya,"Satsuki memulai pembicaraan, meneguk soda yang dibelinya. Aku tidak menanggapi karena aku tahu setelahnya ia akan bercerita.

"Shinomiya dulu sempat mengenyam studi lanjut di Saotome University tetapi ia berhenti karena dibuli oleh sikapnya yang terlalu 'cewek'. Padahal dia bisa meminta bantuanku, ia tahu diriku yang satu ini. Dia akhirnya memilih untuk menyerah,"

"Satsuki-san sangat memikirkannya. Aku kira sebaliknya, apalagi membenci Shinomiya-san,"

Laki-laki bersurai kuning itu mendesah. "Aku senang bisa menceritakannya kepadamu. Setidaknya [Reader]-san bisa memahami kekhawatiranku,"

Ia melangkah menuju sepeda motor bebeknya itu, mengambil kunci untuk membuka jok motor. Sebuah kotak hitam berbentuk lonjong ia letakkan kepadaku.

"Ini--"isinya adalah kacamata Shinomiya.

"Pakaikan aku itu,"pintanya menunjuk kotak itu. Aku termenung. Rasanya aku merasa sedikit kehilangan karena aku baru saja tahu tentangnya.

"Oke,"jawabku singkat. Satsuki mencengkram jemariku.

"Kau.. apa tidak ada kata-kata yang ingin diucapkan kepadaku?"wajahnya kembali mendekatiku seperti tadi.

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali karena gugup, masih mengenggam kacamatanya.

"Aku akan memberitahumu tentang apa yang kau pikirkan. Kita akan bertemu lagi kan?"

Satsuki menyeringai. "Mungkinkah? Entahlah,"

Aku mengerucutkan bibir. "Jangan memberi jawaban klise seperti itu. Aku kan jadi bi--"

Perkataanku terhenti sesaat karena aku merasakan sesuatu yang kenyal menempel di pipiku. Ya, Satsuki mencium pipiku. Alhasil, seluruh tubuhku memanas.

Wajahku juga memerah.

"Kenapa wajahmu memerah?"tanyanya terkekeh, melakukannya dengan ekspresi watados (wajah tanpa dosa).

"Hari ini memang panas,"bantahku mengibas-gibas wajahku.

Kenapa dia sering sekali memberiku kejutan mini sih?

"Kalau begitu, cepat pasangkan. Aku berharap kata-katamu benar. Kau akan membawanya kembali ke Saotome University. Dia hanya sering menyembunyikan keinginan di balik senyuman cerianya itu,"

Aku mengangguk. "Sayonara, Satsuki-san,"

Begitu kacamata miliknya terpasang, Shinomiya kembali menatapku. Ia seolah kesurupan, jatuh terduduk karena kembali ke posisi jiwanya.

"Kenapa aku ada di sini?"tanyanya kebingungan. Aku menatap boneka piyo chan yang masih tergeletak di bangku panjang yang bersinar akibat pantulan penerangan malam.

"Akan kuceritakan. Tolong antarkan aku pulang ke Princafé,"pesanku menatapnya tanpa ekspresi.

"Kawaii ne. Boneka piyo-channya,"pujinya dengan mata berbinar.

"He-eh,"sahutku bingung tetapi memaklumi.

Shinomiya mengangguk meskipun ia masih menyiratkan tatapan bingung.

"Pakai jaketku saja. Bukankah gaunmu agak tipis?"tawarnya melepas jaket biru mudanya.

"Apa kau tidak kedinginan jika tidak mengenakan ini?"

Shinomiya tersenyum. "Tidak~"

"Arigatou ne,"aku menerima pemberian jaketnya.

Aku duduk di belakangnya yang kembali mengendarai sepeda motor, kembali merasakan hembusan angin sepoi malam.

Apa seisi Princafé tahu sisi Satsuki yang satu ini, yang terlihat kasar di depan, tetapi memiliki perhatian yang dalam.

Satsuki yang mengetahui seluk beluk diri Shinomiya, berada di alam bawah sadarnya. Memiliki satu tubuh yang sama.

Aku mendekap boneka piyo chan yang empuk nan menghangatkan itu.

Semoga saja tidak sulit untuk mewujudkan harapan dua jiwa satu tubuh itu.

To be Continued.

Hari ini aku cukup rajin mengupdate hoho~
Thanks for reading and votes!
Update lainnya menanti, see ya on the next part♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro