Primer problema - first problem
Semua karakter milik Mo Xiang Tong Xiu dalam karya Heaven Official's Blessing. Saya tidak mendapatkan keuntungan dengan membuat karya ini.
primer amor oleh bellasteils
Chapter 4: primer problema
Pair(s): he xuan x female!shi qing xuan (beefleaf/shuangxuan)
Genre(s): general, romance
Another tag(s): based on first love 2022 chinese drama scene meng xibai x wang xinyu, first love, love at the first sight, female!shi qing xuan, dancer!shi qing xuan, short fic each chapter, typos, etc.
Selamat membaca!
***
Seminggu ini tidak ada pesan masuk dari Qing Xuan. Padahal hampir setiap waktu Qing Xuan akan mengirim kabar. Kadang juga hal tidak penting seperti foto kucing lucu atau kafe unik terbaru dikirimkan kepada He Xuan.
Ponselnya bergetar sepanjang waktu.
Awalnya cukup mengganggu karena memecah konsentrasi He Xuan. Terutama saat bekerja.
Namun seminggu tanpa getar panggilan dari Qing Xuan, He Xuan merasa sepi. Manik gelapnya bolak-balik melirik tulisan di buku dan ponsel yang tergeletak di samping.
Menunggu.
Menunggu ponsel bergetar.
'Drrt Drrt'
He Xuan buru-buru membuka ponsel. Namun kekecewaan yang didapat karena pesan itu berasal dari nama Hua Cheng.
He Xuan mendengus kesal. Melempar ponselnya ke atas tempat tidur. Melanjutkan membaca yang baru satu baris paling atas. Selama lima belas menit belum juga beralih dari paragraf tersebut.
'Drrt drrt'
Ponselnya kembali bergetar. Kali ini lebih panjang. Sebuah panggilan masuk.
He Xuan tidak ingin menjawab panggilan yang tidak diinginkan. Diabaikan sampai getaran itu berhenti.
He Xuan menghela napas lega...
'Drrt drrt drrt'
Atau tidak!
"Sial!"
Panggilan itu datang lagi. He Xuan merasa terusik, terpaksa dijawab.
"Halo?"
"Ke Kafe Xian Le sekarang!" nada perintah dari Hua Cheng.
He Xuan hampir menjawab dengan malas, kemudian mendengar. "Ada Qing Xuan."
Tanpa pikir panjang langsung menjawab, "Aku kesana."
***
He Xuan buru-buru memasuki kafe. Hampir menabrak pegawai yang sedang mengantar kopi. Menghampiri meja paling ujung yang diisi tiga orang.
"Qing Xuan?" panggil He Xuan.
"He Xuan?" manik zamrud gadis itu berbinar. Berdiri dan memeluk pemuda yang baru datang. Kafe tidak sedang ramai untungnya. Tapi tetap saja menjadi bahan ghibah pegawai di belakang counter.
"Hei, kau buta ya? Ada aku dan jiejie juga." kata Hua Cheng dengan sinis. "Hanya Qing Xuan yang kausapa."
"San Lang..." ucap gadis manis yang duduk di samping Hua Cheng.
"Ada apa ini?" tanya He Xuan setelah reuni singkat. Mengabaikan ucapan sinis Hua Cheng.
He Xuan dan Qing Xuan duduk berdampingan di depan Hua Cheng dan Xie Lian. Qing Xuan tidak mengatakan apapun. Xie Lian memandang Qing Xuan untuk memulai pembicaraan.
Xie Lian yang memulai karena Qing Xuan belum ingin bercerita, "He Xuan, aku, lebih tepatnya Qing Xuan, ada permintaan tapi..." Xie Lian melirik Qing Xuan untuk segera mengatakan.
"Ada apa sebenarnya Qing Xuan?" tanya He Xuan sambil menoleh ke arah Qing Xuan. He Xuan melirik pada tas dan koper yang diletakkan di belakang kursi milik Qing Xuan.
"He Xuan aku tinggal bersamamu, ya?" pinta Qing Xuan sambil merengek.
"Hah?" He Xuan mendelik.
"Sebenarnya sudah tiga hari ini Qing Xuan menumpang tidur di asramaku. Tapi karena kamar asrama kecil tidak cukup untuk tidur berdua."
"Kenapa kau menumpang di tempat Xie Lian-jiejie?" tanya He Xuan penuh selidik.
"Aku kabur dari rumah." jawab Qing Xuan dengan cemberut. "Ponselku diambil gege jadi aku tidak bisa menghubungimu."
"Jadi intinya," Hua Cheng menginterupsi. "Xie Lian-jiejie tidak bisa menampung Qing Xuan lagi, jadi kau tolong bertanggung jawab sebagai pacar yang baik."
"San Lang..."
"Qing Xuan, bukannya aku tidak mau menampungmu, tapi menurutku kau harus menyelesaikan masalahmu dengan kakakmu."
Qing Xuan langsung cemberut. "Tidak mau!"
Xie Lian beralih ke He Xuan, "He Xuan, bisakah kau bujuk Qing Xuan?" pinta Xie Lian.
"Aku tidak tahu masalahnya tapi..." He Xuan menghela napas panjang. "Akan aku coba semampuku."
Qing Xuan masih memanyunkan bibir, mendelik ke arah He Xuan.
"Karena kalian berdua sudah di sini, jadi selanjutnya aku serahkan kepada kalian." Xie Lian beranjak. "Maaf Qing Xuan, He Xuan aku ada urusan setelah ini." ujarnya.
Hua Cheng tentu saja ikut beranjak pergi mengekor Xie Lian.
"Semoga masalahmu segera selesai Qing Xuan." ucap Xie Lian sebelum benar-benar pergi.
"Terima kasih, jie. Maaf sudah merepotkan."
Dua orang itu menghilang di balik pintu kafe.
He Xuan beralih kepada Qing Xuan. Untuk pertama kali Qing Xuan tidak menoleh ke arah He Xuan.
"Qing Xuan, ada apa sebenarnya?" tanya He Xuan.
Qing Xuan belum menjawab. Namun tiba-tiba menangis kencang. He Xuan panik, mencoba menenangkan gadis di depannya, sesuai pengalaman menenangkan adik perempuannya yang sering merengek.
"Baiklah, menangis dulu sampai kau tenang."
He Xuan membawa Qing Xuan ke dalam pelukan. Biarlah mereka menjadi bahan ghibah. Toh mereka tidak mengganggu orang lain. Setidaknya dengan suara isak tangis Qing Xuan.
Tangisan gadis itu mulai reda. He Xuan mengambil tisu dan memberikannya kepada Qing Xuan. "Ini."
Gadis itu meraih dua lembar tisu, menyeka air mata dan ingus yang keluar.
"Sudah lebih baik?" tanya He Xuan dijawab dengan anggukan dari si gadis. "Kau ada masalah dengan kakakmu?" He Xuan meruntut percakapan antara Qing Xuan dan Xie Lian serta permintaan dari Xie Lian. Jawabannya bisa ditebak, berhubungan dengan Shi Wudu.
"Aku benci gege." jawab Qing Xuan.
"Eh?"
***
"Masuklah." He Xuan mempersilahkan Qing Xuan ke dalam apartemen sederhana miliknya.
"Permisi."
Pertama kali He Xuan membawa seorang gadis masuk teritorialnya, kecuali adik perempuannya. Jantungnya berdegup kencang. He Xuan takut Qing Xuan membandingkan rumah mewahnya dengan gubuk miliknya.
Apalagi kondisinya berantakan belum sempat dibereskan.
"Maaf, apartemenku seperti ini." ujar He Xuan.
"Tidak masalah, He Xuan. Apartemenmu sangat minimalis." kata Qing Xuan. "Kalau boleh jujur aku sering takut tinggal di rumah sendiri." lanjut Qing Xuan sambil terkekeh.
"Karena aku belum menyiapkan kamar, kau tidur di kamarku saja. Biar aku di sofa depan."
Kalimat He Xuan membuat gadis di depannya terpaku.
He Xuan lupa kalau yang sedang dia bawa ke rumah adalah seorang gadis.
Shi Qing Xuan.
Pacarnya.
'Kau memang bodoh, He Xuan.'
"Emm..." Qing Xuan menoel bahu He Xuan, "Aku tidak keberatan bersama dengan He Xuan." ujar Qing Xuan sambil malu-malu.
He Xuan, meskipun belum pernah berpacaran sebelumnya tentu saja mengerti maksudnya. Usianya sudah dua puluh tahun lebih, sedang aktif dalam hal ini.
He Xuan menggelengkan kepala. Menepis pikiran kotor yang terlintas.
"Tidak, Qing Xuan." kata He Xuan dengan tegas.
He Xuan selalu berprinsip; tidak akan melakukannya sampai menikah.
"Ini bukan saatnya memikirkan hal itu."
"Berarti suatu saat nanti boleh?" tanya Qing Xuan dengan polos.
He Xuan bingung harus menjawab bagaimana, "Iya, tapi tidak untuk saat ini."
Qing Xuan menyunggingkan senyum ambigu. "Aku tidak sabar menunggu saat itu." Kemudian menggandeng erat lengannya.
Jantung He Xuan seperti merosot ketika merasakan sesuatu yang lembut dan empuk menyentuh lengan. Pemuda itu merasakan hasrat lain ketika bersentuhan dengan lawan jenis.
"Qing Xuan, sebaiknya kau istirahat dulu. Banyak hal yang terjadi hari ini, kau pasti lelah." He Xuan mengalihkan topik.
"Benar juga."
"Kau mandi dulu saja. Biar aku bereskan tempat tidur untukmu."
Qing Xuan bergegas mandi. Sementara He Xuan menyiapkan tempat tidur sekaligus menbereskan kamar. Kamar He Xuan tidak begitu berantakan seperti yang dibayangkan. Pemuda He ini selalu rajin membereskan dan membersihkan apartemen. Karena belakangan sedang sibuk saja jadi He Xuan malas beres-beres.
Qing Xuan telah selesai. Memakai piyama malam dengan rambut panjang gelap digerai.
He Xuan merasa wajahnya memanas. Kalau dipikir mereka seperti pasangan suami-istri yang baru menikah.
"He Xuan?" suara Qing Xuan memanggil kekasihnya.
He Xuan keluar dari kamar. Bertepatan dengan itu bel pintu berdering. He Xuan segera menuju pintu kemudian kembali dengan membawa pizza dan cola.
"Maaf, Qing Xuan. Tidak ada makanan jadi aku pesan pizza." kata He Xuan.
"Oh, tidak masalah He Xuan."
Qing Xuan duduk di ruang tamu kecil. Ada banyak tumpukan buku. He Xuan buru-buru menyingkirkan buku tersebut dan Qing Xuan menggantikan He Xuan membawa sekotak pizza dan dua cola.
Usai makan, mereka menonton televisi sebentar. Qing Xuan mengatakan kalau ada acara ajang bakat yang ingin dia lihat.
Tidak tahu waktu sudah berjalan berapa lama, He Xuan mulai merasa mengantuk. Namun dia tahan agar tetap terjaga.
Pemuda itu menguap dengan diam-diam. Kemudian bahunya terasa berat. Menoleh ke sebelah, Qing Xuan terlelap dengan nyaman.
He Xuan mematikan televisi. Sekuat tenaga memindahkan tubuh Qing Xuan ke kamar. Untungnya tubuh Qing Xuan tidak seberat yang dipikirkan.
"Selamat tidur, Qing Xuan." He Xuan menutup tubuh Qing Xuan dengan selimut hingga sebatas leher. Pertama kali melihat wajah cantik Qing Xuan dalam tidur.
Tanpa riasan kosmetik, wajahnya tetap cantik dan memesona.
He Xuan keluar kamar setelah mematikan lampu. Membereskan sebentar sisa makanan dan menyiapkan selimut. Pemuda itu berbaring di atas sofa tapi kelopak matanya tidak kunjung terpejam.
Pandangannya menerawang ke arah langit-langit. Memikirkan hal yang terjadi hari ini.
"Kenapa kau mengatakan hal itu?" tanya He Xuan mendengar Qing Xuan benci kepada kakaknya.
"Kakakku..." ujar si gadis, "mau menjodohkanku dengan temannya." lanjutnya dengan nada sebal.
"Hah?" He Xuan terkejut.
Dijodohkan?
"Tapi aku tidak mau!" seru Qing Xuan. "Aku ingin bersama dengan He Xuan selamanya!"
"Kau mengenal teman kakakmu?" tanya He Xuan.
"Bukan hanya kenal, He Xuan." kata Qing Xuan dengan berapi-api. "Aku tahu busuknya dia, tapi kakakku tidak mau percaya."
"Busuknya?"
"Iya, dia itu buaya. Suka tebar pesona ke semua wanita. Aku benci dengannya."
"Apa kata komentar kakakmu? Kenapa ingin menjodohkan dengannmu?" tanya He Xuan. Seketika menjadi rendah diri.
"Katanya karena kenalan kakak ditempat kerja, dianggap sudah mapan juga. Padahal di belakang suka dm wanita-wanita. Xie Lian-jiejie pernah jadi korban." gerutunya.
He Xuan terdiam mendengar ceritanya. Bukan di bagian buaya, tapi kata mapan.
Melihat sifat sekilas Shi Wudu dan bagaimana Qing Xuan dibesarkan, nyali He Xuan menciut.
Tentu saja Shi Wudu akan memberikan seseorang kepada Qing Xuan dengan bibit, bebet, dan bobot yang bagus. Terutama pada faktor finansial.
Bagi Shi Wudu, Qing Xuan sepantasnya mendapatkan seseorang yang minimal setara dengan Shi Wudu.
"Sekarang, buaya itu mau mendekatiku."
Mungkin Shi Wudu belum melihat sisi asli dari orang pilihannya.
"Hari ini, kau tinggal sementara di apartemenku dulu. Sambil mencari solusi memecahkan masalah ini."
Qing Xuan mengangguk.
He Xuan menghela napas panjang. Pertama kali mendapat masalah percintaan lengkap dengan masalah keluarganya. Tidak tahu harus berbuat apa.
Pei Ming. Nama yang dipilih Shi Wudu untuk mendampingi Qing Xuan.
Jika dibandingkan dengan He Xuan secara finansial, jelas He Xuan kalah. Dengan kondisi sekarang, He Xuan belum bisa dikatakan setara dengan Shi Wudu.
Jauh.
Cepat atau lambat, hubungannya dengan Qing Xuan akan mencapai pada jenjang serius. Sejak resmi berpacaran, He Xuan belum sampai kepikiran menuju masa depan.
Sekarang, ketika menghadapi langsung permasalahan ini, perasaannya menjadi kalut dan bimbang.
'Kalau aku lanjut dengan Qing Xuan, apa aku bisa membahagiakannya?' gumam He Xuan.
Qing Xuan sudah dilimpahkan harta dan kekayaan. Apakah Qing Xuan bisa tahan bersama He Xuan yang hidup sederhana?
Semakin dipikirkan semakin ruwet. He Xuan memutuskan untuk memejamkan mata. Berharap dengan tidur masalah akan selesai esok hari.
Tapi tidak semudah itu, He Xuan.
***
Bersambung
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro