Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1st

Aster Hawthorne dulu lahir dan tinggal di Demetria. Sayangnya, lima tahun setelahnya dia pindah ke Sprinnorth. Semua itu karena rencana orang tuanya yang memutuskan tinggal ke tempat lahirnya.

Dengan lapang dada, Aster membebaskan beban penuh kecewa yang telah bersarang besar. Sprinnorth seharusnya tidak terlalu buruk bagi Aster, kota itu justru lebih indah dibanding Demetria. Ucapan itu selalu dikatakan orang tuanya tiap kali gadis kecil mereka merengek, minta kembali ke Demetria. Padahal kebahagiaan ada di sekelilingnya, pada daerah yang ditumbuhi tumbuhan macam warna. Begitupun simbol kebahagiaan yang terpampang di Sprinnorth.

Aster bungkam, tidak ada pilihan selain memulai perubahan hidup, juga mulai terbiasa dengan pemandangan warna-warni ini. Toh, tidak ada salahnya jalani hidup baru ini. Mengeluh terus tidak akan mengubah apa pun.

Lambat laun, berbagai memori baru langsung tumbuh. Ada salah satu darinya yang paling berbekas, yang membuat Aster lupa akan rengekannya. Aster menemukan pohon besar yang tidak biasa, menjuntaikan bunga-bunga ungu cerah. Saat malam hari, pohon itu tampak hidup karena cahaya lampu.

Konon, pohon itu merupakan raja dari segala tumbuhan yang ada di Sprinnorth. Ada kekuatan tersembunyi yang sampai sekarang belum pernah ditemukan penduduk.

Tidak dapat dipungkiri kalau dia menyukai mitos itu. Pohon itu langka, hanya ditemukan dalam buku. Dan yang memiliki pohon ini hanya pemilik rumah ini, keluarga Gwynne.

Saat papan menerakan marga, Aster teringat Everest Gwynne, teman sekelasnya.

Pada akhir semester kelas 5, ajang tukar kado untuk satu angkatan diadakan. Aster dapat hiasan rambut. Bentuknya seperti sisir, bunganya berwarna merah tua. Bingkisan kecil dengan catatan kecil mengucapkan: Semoga yang dapat ini semakin mencintai dirinya. Tertanda, Gwynne.

Hanya marga. Itu saja, dan Aster bingung harus berbuat apa. Karena pun selama ini Everest tidak pernah mau hadir di acara besar sekolah. Dia tidak mengerti kenapa kado ini bisa hadir di ajang ini. Kadonya bagus, sih, menurut Aster sendiri, tetapi dia tidak bereaksi seperti anak-anak di sekitarnya yang langsung heboh mencari kado ini dari siapa. Aster memilih langsung pulang ke rumah, membawa kado itu bersamanya.

Lalu, dia bertemu payung lipat transparan yang tengah dikubur. Sang bocah yang sibuk melakukan, di dekat pohon kesukaan Aster. Pohon yang hanya dimiliki keluarga itu.

Dadanya memanas, rasa kesal lekas menyeruak, pun itu benda yang Aster ajukan untuk ajang tukar kado tadi. Tetapi, bocah itu malah menyepelekan.

Dia segera berlari ke arahnya, tetapi sang bocah lebih cepat menoleh dan menyadari presensi Aster.

"Jangan dibuang!" pinta gadis itu langsung dengan tegas. "Itu mahal!"

"Siapa yang buang, aku hanya ingin simpan!"

"Lalu, kenapa harus di bawah tanah?"

Lekas bungkam, mukanya memerah hangat. Kepalan membentuk, semakin memundur dari Aster yang menuntut jawaban.

"K-karena ini harta karun," tukasnya gelagapan. "Aku selalu menyimpan barang berharga di sini. Semuanya bakal kupakai jika diperlukan. Memang tidak boleh? Lagi pula untuk apa pakai payung kalau cuacanya cerah setiap hari?"

Harta karun. Walau senang mendengarnya, Aster tetap tidak terima payung pemberiannya dikubur.

"Pastikan kau gunakan."

"Iya."

"Jawab dengan benar!"

"Iya!"

"Baiklah. Terima kasih untuk hiasan rambutnya, Eve."

Aster tidak melihat raut wajahnya kembali. Aster mengabaikannya, dan tidak pernah bilang ke Eve mengenai keindahan pohon itu hingga tahun ke tahun.

Isi hatinya tidak pernah tumpah, begitupun pandangan Eve kepadanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro