Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13

Chapter 13

***

♡♡♡ HAPPY READING ♡♡♡

***

'Sudah berapa lama aku tertidur?'

Aku mendengar suara air mengalir di dekat sudut ruangan kamar yang ku pikir itu adalah kamar mandi. Ku duga seseorang tengah mandi di sana. Tidak lama, suara air itu berhenti dan pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok yang ku kenal keluar dari sana bertelanjang dada dengan handuk kecil di lehernya. Aku terbelalak kaget melihat pemandangan itu.

"Apa?" ucap Ken melihatku yang menatapnya tiba-tiba seperti itu.

Ken melangkah menuju lemari pakaiannya dan mengenakan kaos berwarna hitam dan celana training.

Tanpa sadar aku menatap Ken yang tengah mengenakan pakaian dan berbalik ke arahku. Aku bergegas memalingkan wajah dengan rona di kedua pipi. Ken menaikkan sudut bibirnya, lalu mengeringkan rambutnya dan menyisirnya.

"Di meja masih ada sisa makanan. Makanlah dulu, sebelum gue antar pulang," ucap Ken.

Aku mengangguk dan segera cepat-cepat turun dari kasur lalu keluar kamar. Aku mengamati ruang tamu tampak kosong dan tidak ada Vay di sana.

"Vay sudah pulang dari tadi." Seakan tau isi pikiranku. Ken berbisik singkat di telingaku dan itu jelas membuatku kaget.

Ken tertawa puas karena berhasil menjahili ku. Aku menatapnya kesal. Ken mengajakku duduk di meja makan, dia memanaskan makanan yang dingin lalu menaruhnya kembali di meja makan.

"Sepertinya, aku terlalu lama tidur." Gumamku pelan. Terlalu pelannya, entah dapat Ken mendengarnya atau tidak. Aku pun tidak tau.

"Makanlah. Tidak perlu terburu-buru, gue antar lo sampai rumah," ucap Ken. Dia mendudukkan diri di kursi sampingku.

Aku mulai memakan makanan itu dengan lahap karena lapar. Sekali-kali ku lirik Ken yang sibuk bertukar pesan dengan seseorang.

"Pacarmu?" tanyaku tanpa sadar. Rautku memperlihatkan penasaran.

"Bukan. Teman lama," balas Ken sekenanya. Dia melirikku sebentar, lalu kembali fokus pada ponselnya.

"Oh—" jawabku. Ada perasaan aneh muncul di diriku, aku merasa tersaingi dengan orang yang sedang bertukar pesan dengan Ken. Lebih baik aku kembali melanjutkan makan.

Tak terasa, aku telah menghabiskan makanan dan merasa kekenyangan. Sudah lama aku tidak makan makanan enak seperti ini. Aku merasa bahagia di satu sisi.

"Enak?" tanya Ken.

Aku mengangguk antusias. "Iya, terima kasih makanannya."

Ken menaikkan sudut bibirnya dengan tatapan tajam, membuatku gugup seketika.

"A-apa?" tanyaku.

Ken meletakkan ponselnya di atas meja dan menarik kursi yang ku duduki merapat ke arahnya.

Deg

Jantungku berdetak tidak karuan, karena posisi aku dan Ken semakin dekat.

"Gue penasaran dengan tanda di punggung lo," ucap Ken lagi.

Deg

'Apa ini yang di maksud Ibu? Jangan sampai orang tau tanda itu.'

Tubuhku bergetar seketika, ketika Ken memasukkan tangannya di dalam kaos ku dan mengusap punggungku tepatnya di mana tanda itu berada.

"Ja—jangan." Aku berusaha mendorong tubuh Ken agar menjauh. Namun, hasilnya percuma. Tenaga ku tidak berpengaruh apapun untuknya. Tubuhku tiba-tiba terasa panas dan wajahku juga. Aku merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhku.

Ken menghentikan acara mengusapnya. Tapi tangannya masih tetap berada di punggungku.

"Lo bocah perempuan itu 'kan?" ucap Ken seolah bertanya, tapi itu sebuah pernyataan.

Aku terbelalak kaget.

Deg

Deg

Mataku berkaca-kaca dan pipiku memerah, 'Bagaimana dia bisa tahu? Apa dia mengenalku?'

Aku menatap Ken ketakutan. Dari awal yang sebenarnya tidak ingin ku dekati adalah Ken, bukan Vay yang terkenal sebagai pahlawan terkuat. Maka nya aku tidak ingin berlama-lama di sekitar Ken. Aku merasa ada sesuatu dari diri yang membuatku harus menjauhinya.

"Akhh—" ringisku.

Tubuhku kembali kesakitan terlebih area punggungku yang terasa terbakar. Aku memegang bahu Ken erat-erat.

"Kata Nenek, seharusnya kutukan itu berakhir ketika lo berumur 18 tahun, tapi kenapa kau masih memiliki tanda itu di usia 18 tahun?" gumam Ken tepat di telingaku.

"Hiks, apa maksudmu? Kutukan? Ugh!" ringisku lagi dan lagi.

"Sebuah perjanjian ketika ingin berumur panjang. Kau pernah tinggal di Desa Mayato dan semua orang yang pernah tinggal di Desa itu tau, juga tanda yang kau miliki," jelas Ken.

Aku terkejut ketika Ken menyebut nama Desa yang sudah tidak berpenghuni itu. Desa itu sudah di kosongkan 7 tahun yang lalu oleh pemerintah karena penyebaran ilmu hitam dan mistis lainnya.

"Gue dulu pernah berlibur ke sana. Tepatnya, Nenek gue adalah warga desa itu. Waktu itu ... gue ingat pernah melihat seorang gadis yang hampir mati di bawa kedua orang tuanya. Namun, umurnya di perpanjang dengan pengorbanan umur orang tuanya dan setelah itu, gue nggak pernah melihat keluarga dari gadis itu. Mereka kabur dari desa," jelas Ken.

Aku mendengar cerita dari Ken tentang desa di mana aku lahir. 'Umur? Apa jangan-jangan Ayah meninggal gara-gara aku? Dan pantas Ibu membenciku selama ini?'

Tubuhku kembali bergetar menahan tangis.
"Yang jelas, seharusnya lo sudah kembali menjadi perempuan, tapi kenapa lo masih berada di tubuh laki-laki?" lanjut Ken. Jelas terlihat wajahnya yang kebingungan.

"Hiks," tangisku.

Ken menarik ku kepelukannya.

"Aku membunuh Ayah. Hiks," racauku.

Ken terdiam, sembari menenangkanku. Ken mengelus kepalaku lembut. "Lo tidak membunuhnya, itu pilihan ayahmu karena dia mencintaimu."

"Hiks, ugh—" ringisku, ketika nyeri itu kembali muncul di punggungku.

Ken menaikkan kaosku dan melihat memar-memar di punggungku. Tanda itu sedikit membesar dari ukuran sebelumnya.

Air mata terus mengalir di pipiku. "Sakit ... hiks," ringisku.

"Sebaiknya kita ke rumah Nenek sekarang," ucap Ken bangkit dari kursi.

Ken mengambil jaket dan kunci mobilnya lalu mengangkat tubuhku ala bridal keluar dari kamar apartemen itu.

*

Ken masuk ke rumah utama keluarganya. Rumahnya saat ini tampak sepi, sepertinya orang tua dan saudaranya sedang berada di luar. Pelayan segera mengantar Ken menuju kamar dengan aku yang berada di gendongannya. Sepertinya, pelayan-pelayan itu berpikir aku adalah seorang gadis berambut pendek.

Ken meminta pelayan memanggil Nenek untuk ke kamarnya. Ken membaringkan tubuhku di kasur dan menyeka keringat di dahiku. Tidak lama, setelah itu Nenek datang dan terkejut melihatku yang terbaring di kasur tampak kesakitan.

"Siapa dia Ken?" tanya Nenek.

"Dia temanku, Nek. Periksa punggungnya dan tanda nya terlihat aneh," ucap Ken khawatir.

Nenek menghampiriku dan Ken membantuku membalikkan tubuh. Nenek menatap datar tanda itu dan menyentuhnya pelan-pelan.

"Kenapa bisa seperti itu, Nek?" tanya Ken bingung.

"Sepertinya,  Ibunya tidak menginginkan dia kembali ke tubuh asalnya sehingga membuat perjanjian baru. Nenek tahu mungkin ada beberapa alasan, entah dari segi pandangan orang-orang serta lingkungan ketika melihat nya mendadak berubah itu akan terkesan aneh," jelas Nenek.

"Ugh, Ibu tidak ingin aku berubah," gumamku sedih dengan wajah menahan sakit.

"Lalu, kenapa dia bisa kesakitan seperti itu Nek?" tanya Ken penasaran.

"Itu karena dia melanggar aturan dan mendekati proses pengembalian. Dia menolak sehingga keinginan bertabrakan dengan tubuhnya," Jawab Nenek.

Aku menoleh, menatap Nenek dengan mata berkaca-kaca.

"Kau ... putrinya nona Serdiana 'kan?" tanya Nenek ketika melihat wajahku dengan jelas.

"I-iya Nek. Itu nama Ibuku," ucapku dengan suara serak.

Nenek mengangguk sambil tersenyum. "Kau beruntung bisa bertemu kami. Cucuku pasti bisa menyembuhkanmu."

"Eh?" Aku kebingungan. 'Kenapa Ken bisa menyembuhkanku?'

***

♡♡♡ To Be Continued ♡♡♡

***

Hayoo, kira-kira kenapa Ken bisa menyembuhkan Mio, ya?

Jika suka, berikan vote dan komentarnya. Thanks  ☆

26 Maret 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro