Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11

"Inikah orangnya?" tanya Alexander setelah menyaksikan bagian akhir dari siaran langsung Eugene semalam yang berakhir dengan kacau.

Pagi ini ia mendapatkan panggilan dari Keuskupan. Dan karena terlalu mendadak, ia tidak sempat berpamitan kepada keluarganya. Saat ini ia tengah berada di Keuskupan, bertemu dengan Uskup Kim serta Pastor Choi.

Pastor Choi menjawab pertanyaan Alexander sebelumnya, "Eugene Choi, dia adalah keturunan terakhir Keluarga Jin saat ini."

Alexander memeriksa profil milik Eugene yang sebelumnya ia terima dari Pastor Choi. Membaca riwayat hidup Eugene sejauh ini hingga ia menemukan bahwa laki-laki itu memiliki banyak hal yang mengejutkan.

"Dia mendapatkan banyak perhatian publik," gumam Alexander.

"Ini akan menjadi kesulitan tersendiri untukmu di masa depan, Pastor Alexander." Uskup Kim turut dalam pembicaraan.

Alexander memandang kedua tetua di hadapannya. "Menjadi keturunan terakhir, bukankah itu berarti dia belum menikah?"

Pastor Choi mengangguk. "Beberapa tahun terakhir dia semakin kerap memperlihatkan diri di hadapan publik. Kita mungkin akan mengalami sedikit kesulitan saat berusaha mendekatinya."

"Dia hanya muncul pada satu progam. Kita masih memiliki banyak peluang dalam situasi ini. Di manakah orang ini tinggal saat ini?"

"Tidakkah kau berpikir bahwa kau terlalu terburu-buru, Pastor Alexander?" tegur Pastor Choi.

"Bukankah kita sudah terlalu lama menunda ini, Pastor Choi? Mendekatinya mungkin akan lebih sulit dibandingkan dengan menghalanginya untuk melakukan tugas dari leluhurnya. Jika Keuskupan mengizinkan, aku ingin segera memulai tugas ini."

Pastor Choi bertukar pandang dengan Uskup Kim. Dan saat itu sang uskup memberikan sebuah anggukan pelan sebagai tanda persetujuannya. Pembicaraan kemudian dilanjutkan dengan dua orang saja ketika Pastor Choi meminta Alexander menunggu di luar.

"Apakah ini tidak terlalu cepat, Uskup?" Pastor Choi mengungkapkan kekhawatirannya akan posisi Alexander saat ini.

"Apa yang dikatakan oleh Pastor Alexander sepenuhnya benar, Pastor Choi. Hal ini tidak bisa ditunda-tunda lagi."

"Tapi, Uskup. Pastor Alexander belum lama ini kembali ke Korea Selatan, aku pikir ini terlalu cepat bagi Keuskupan untuk memberinya tugas ini."

Uskup Kim sangat mengerti atas kekhawatiran Pastor Choi, mengingat bahwa pria itulah yang mendidik Alexander sejak pastor muda itu memasuki seminari. Uskup Kim kemudian berusaha untuk meyakinkan Pastor Choi.

"Apa yang sedang kau khawatirkan, Pastor Choi? Bukankah Pastor Alexander sudah dipersiapkan untuk hal ini?"

"Meskipun begitu ..." Pastor Choi menjatuhkan pandangannya, tampak dia yang berat hati untuk melepaskan Alexander.

"Ingatlah penderitaan yang telah Pastor Joseph alami."

Pastor Choi kembali memandang Uskup Kim ketika sang uskup kembali mengungkit kisah leluhur mereka.

Uskup Kim melanjutkan, "dia sendiri yang telah menunjuk keturunannya untuk melakukan tugas ini. Tidak ada orang yang lebih baik dibandingkan dengan Pastor Alexander untuk menjalankan tugas ini. Lebih dari sekadar tugas dari Keuskupan ... bagi Pastor Alexander, ini adalah tugas yang diberikan oleh leluhurnya dan harus ia penuhi dalam kehidupan ini. Pastor Alexander sudah mengetahui semua konsekuensinya, biarkan dia mengambil jalan ini tanpa ada paksaan."

Pastor Choi tak mampu memberikan sanggahan. Setelah pembicaraan keduanya berakhir, Pastor Choi meninggalkan ruangan Uskup Kim dan berhadapan dengan Pastor Alexander yang tengah menunggu kedatangannya. Ketika keduanya berhadapan, Pastor Choi menyerahkan sebuah berkas yang berisikan data diri lengkap dari Eugene.

"Pertama-tama, kau harus berpamitan kepada keluargamu. Besok perintah resmi akan dikeluarkan untukmu."

"Aku mengerti, Pastor Choi. Atas bimbingan guru selama ini, aku ucapkan terima kasih."

Alexander membungkuk dalam sebagai bentuk dari rasa hormatnya. Namun hal itu seperti sebuah perpisahan bagi Pastor Choi. Tepat saat Alexander menegakkan tubuhnya, Pastor Choi datang mendekat dan menepuk singkat kedua bahu Alexander.

"Jika ini terlalu sulit, jangan menanggungnya sendirian. Ini bukan hanya tugasmu, ini adalah tugas kita bersama."

"Aku akan mengingatnya, Pastor Choi."

Pastor Choi tersenyum tipis sembari mengangguk, mengantarkan Alexander untuk sejenak kembali ke kehidupan normal untuk berpamitan dengan keluarganya.


††††

Eugene berjalan dengan gontai menyusuri jalanan perumahan menuju tempat tinggalnya. Suasana hatinya siang itu sangat buruk dan hal itu terjadi karena insiden semalam. Bahkan ia sampai harus menutup kolom komentar pada akun SNS miliknya karena menghindari pertanyaan-pertanyaan publik yang menghakimi.

Hampir melewati rumah Jung Yi, pintu gerbang rumah itu terbuka dari dalam dan seketika menghentikan langkah Eugene. Sesaat kemudian Jung Yi keluar dan turut menghentikan langkahnya. Selama beberapa detik suasana di antara mereka terasa canggung hingga Eugene menunjukkan senyum lebar di wajah lelahnya.

"Kau keluar untuk menyambutku?"

"Pria tua menyebalkan ini," gumam Jung Yi mengiringi kekesalan yang kembali terlihat dalam wajahnya.

Eugene kemudian melangkahkan kakinya dengan santai menghampiri Jung Yi yang bergeming. Dan ketika keduanya saling berhadapan, Eugene mengangkat telapak tangan kirinya menghadap ke langit.

"Ingin mencobanya lagi?" Eugene tersenyum simpul tanpa menunjukkan barisan giginya.

Jung Yi menyahut dengan malas dan sedikit ketus, "lupakan, menyingkirlah dari hadapanku."

"Limited edition. Aku menjadi lemah setelah melakukan sesuatu yang besar, kau yakin akan melewatkan kesempatan berharga ini?"

Pernyataan Eugene membuat Jung Yi goyah. Tatapan tajamnya sempat terlihat begitu ragu. Dia tidak ingin bersikap mudah di hadapan Eugene, akan tetapi dia tidak ingin melepaskan kesempatan berharga yang sudah berada di hadapannya.

Eugene kemudian berbicara dan mengakhiri waktu berpikir Jung Yi. "Baiklah ... jika kau menolak, aku akan mengulurkan tanganku kepada wanita lain yang bersedia untuk—"

Ucapan Eugene terhenti ketika Jung Yi tiba-tiba menjabat telapak tangan kirinya. Dan ketika seulas senyum kembali melukis wajahnya, saat itu sebuah peringatan datang padanya.

"Berhenti mengatakan omong kosong. Jangan membuatku kesal karena aku selalu ingin membunuhmu setiap kali aku merasa kesal padamu, Ahjussi."

"Hoho ... kau berhasil membuat Ahjussi ini takut," balas Eugene dengan nada mengejek.

"Sekarang diamlah."

"Aku ragu kau bisa melakukannya di sini. Bagaimana jika kita pergi ke rumahku saja?" Eugene mengedipkan sebelah matanya, bersikap genit untuk kembali menggoda Jung Yi yang memberikan tatapan menghakimi padanya.

"Ahjussi lupa?"

"Tentang apa?"

"Aku anak di bawah umur. Ini adalah tindakan kriminal, mengajak seorang anak di bawah umur ke rumahmu."

"Eih ... apa yang sedang kau bicarakan? Memangnya apa yang ingin aku lakukan pada anak di bawah umur seperti dirimu? Lagi pula, jika diingat-ingat, bukankah kau sendiri yang sering datang ke rumahku tanpa diundang?"

"Jangan mengganti topik pembicaraan. Jadi itu benar?"

"Tetang apa lagi kali ini?"

"Ahjussi membawa wanita ke rumah Ahjussi." Kekesalan yang ditunjukkan oleh Jung Yi kali ini berbeda dari sebelumnya.

Sedangkan Eugene mengerjap, terlihat heran dengan ucapan Jung Yi. "Siapa yang mengatakan itu padamu?"

"Ibu yang mengatakannya. Ibu sering melihat Ahjussi membawa wanita pulang."

"Eh?" Eugene tampak terkejut. Dia menatap tak percaya. "Ibu mertua mengatakan hal seperti itu?"

"Dasar dukun cabul," gumam Jung Yi dengan wajah datarnya.

Jung Yi langsung menarik tangannya dari Eugene. Tak lagi berminat untuk pergi, Jung Yi kembali memasuki halaman rumahnya dan menutup pintu gerbang dengan kasar sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.

"Ya! Jungi, apa yang baru saja kau katakan? Kau belum bisa mendapatkan sedikitpun?"

Jung Yi tak mempedulikan suara Eugene. Gadis itu kembali memasuki rumah dengan kasar dan menyisakan kekecewaan di wajah Eugene.

Memandang telapak tangannya yang baru saja dicampakan oleh Jung Yi, Eugene bergumam, "padahal aku sangat lelah hari ini, tapi kenapa masih belum bisa? Benarkah ini yang pertama kali bagiku?"

Eugene membawa rasa penasaran itu ke rumahnya. Dan setibanya di rumah, ia langsung tidur tanpa melakukan apapun sebelumnya.

†PREDATOR : ALONG WITH GOD

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro