Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[Stage 8|A] Lupa

"Te-terus sekarang harus gimana, Mas? Saya benar-benar enggak ingat apa yang terjadi semalam." Otak Arum buntu. Begitu pun Gallend yang satu tangannya masih setia memijit pelipis.

"Cuma ada satu cara." gumam lelaki itu. "Ingatan kita berdua. Semoga nantinya kita bisa ingat kejadian semalam." Gallend merutuki dirinya sendiri. Sebanyak apa ia minum alkohol semalam sampai benar-benar lupa begini?

"CCTV?" pertanyaan Arum membuat Gallend menoleh pada gadis itu lagi. Bergeleng, Gallend tampak tak setuju. "Kamar hotel enggak punya CCTV, Rum. Itu pelanggaran privasi."

Seusai Gallend menjawab, bahu Arum langsung merosot. Gallend benar. Dia hampir lupa saking bingungnya.

"Kita enggak punya cara lain untuk ta-" Arum terkesiap ketika Gallend tiba-tiba saja berdiri dari duduknya. Menatap Arum dengan senyum tipis yang perlahan mengembang. "Kecuali itu, Rum!" sambungnya lagi sembari menjentikkan jari di udara.

"Apa Mas Gallend?" Arum bertanya antusias.

Tapi, bukannya menjawab, Arum menemukan Gallend tanpa sadar justru memandang ke arah bagian bawah tubuhnya sekilas. Saat menyadari sesuatu, gadis itu tersentak. Buru-buru ia mendekati Gallend dan menampar pipi lelaki itu lagi hingga mata Gallend membulat kaget.

"Kok, kamu malah nampar saya?"

"Habis Mas Gallend kenapa mukanya jadi mesum gitu? Saya kan takut. Awas, ya! Mas Gallend enggak boleh macam-macam sama saya!" peringat Arum.

"Saya enggak pernah macam-macam sama wanita, Rum. Cuma satu macam aja."

"Sama aja."

"Sama gimana? Emang kamu tau apa yang saya macamin?"

"Kok, Mas Gallend jadi ngalihin topik, sih? Takut, ya, ketahuan mikir kotor kayak tadi."

Arum makin kesal saat melihat Gallend memutar bola matanya.

"Kamu bisa enggak, sih, enggak suudzon mulu sama saya?"

"Enggak bisa."

Terperangah, Gallend bergeleng-geleng kemudian tidak habis pikir dengan jawaban Arum.

"Jadi maksud Mas Gallend tadi apa? Cara lain gimana?"

Gallend menggumam tidak jelas. Satu tangannya mengelus-elus leher, canggung. "I-itu.." Ia menggeleng untuk ke sekian kali. "enggak jadi, deh. Nanti saya ditimpuk lagi."

Arum berdecak kesal dan berkacak pinggang. "Mas Gallend jangan main-main, ya! Ayo cepat bilang! Cepetaaan. Kalau enggak saya timpuk beneran lagi, nih."

"Kamu kenapa jadi kayak orang malak, sih?" Gallend ikutan tersulut emosi.

"Mas Gallend kenapa jadi bentak-bentak?"

Pupil mata Gallend melebar. "Siapa yang ngebentak?"

"Mas-nya." Tunjuk Arum ke arah Gallend yang berdiri menatapinya dengan mata membulat tak percaya.

"Saya enggak bentak."

"Nah, itu!" telunjuk Arum mengacung pada leher Gallend. "Itu ngomongnya pake otot."

Gallend menghela napas panjang. Dia sungguh tidak sanggup lagi menyambung perdebatan antah berantah ini.

"Ok. Gini.."

Arum berusaha mendengarkan seksama kata-kata Gallend. Tapi dia mencebikkan bibir saat Gallend berucap, "tapi, janji jangan mukul saya."

"Iya." Jawab Arum malas-malasan.

"Kamu pernah dengar pelajaran sekolah dulu tentang proses pembuahan, kan, Rum?"

"Kok malah ngomongin buah, toh, Mas? Kan, kita lagi bahas kejadian semalam."

Gallend menepuk jidat. "Bukan buah yang sebenarnya, Aruuum. Maksud saya proses hubungan intim antara laki-laki dan wanita." Menyadari ekspresi waspada yang tercetak nyata di wajah Arum, Gallend segera memilah kata lain. "Anggaplah sepasang suami istri, nih, ya.. jangan mikir macam-macam dulu. Dengar dulu penjelasannya sampai tuntas."

Arum mengangguk, meski hatinya mulai merasa tidak nyaman.

"Kamu tau, kan, kalau saat pasangan suami istri melakukan hubungan, maaf, seks untuk menghasilkan keturunan, ada tanda-tanda tubuh mereka yang terasa sakit setelah melakukanya. Terutama untuk si perempuan."

"Sakit di bagian mana?"

"Kamu enggak tahu?!"

Arum menggeleng dengan wajah polos. "Saya belum pernah nikah, Mas."

"Bener ju-" gantian Gallend yang bergeleng. Menyetujui perkataan Arum sama saja dengan mengatakan bahwa Gallend bukan lelaki baik yang polos. Gallend sendiri juga belum menikah. Lalu kenapa dirinya bisa lebih tahu?

Arum menaikkan satu alis, bingung mendapati Gallend kini memandanginya cukup lama. Dia tidak sadar lelaki itu tengah bertanya-tanya tentang seberapa polosnya Kencana Arum?

"Jadi, sakitnya di mana Mas? Ayo cepat bilang, dong. Supaya saya bisa cepat tau, apa kita melakukan itu semalam atau enggak."

"Di bagian bawah tubuh. Di bagian dekat paha. Di organ intim yang-"

BUGH!

Lima detik terlewat dalam hening setelah kata-kata Gallend terputus akibat sebuah bantal sofa melayang ke wajahnya. Menahan kekesalan yang amat sangat, lelaki itu menatap Arum dengan mata memicing.

Sementara Arum langsung menciut melihat sorot angkara murka dari Gallendra untuknya.

"Kamu udah janji enggak pukul saya, kan, Ruuum?!"

"Maaf, Mas.. saya lupa."


PS : Gaes, karakter Arum di sini adalah sosok wanita yang bener2 polos dan gak neko2. Mungkin kalian gemes dan heran kenapa arum bisa gak tau banyak tentang hal basic dari sex education, padahal usia dia udah pertengahan dua puluhan. Bukankah saat sekolah kita pernah diajarin tentang proses tersebut oleh guru? Masa itu aja Arum gak tau?

Nah gini ges.. ehem (cailaaah). Maaf juga kalo pembahasan ini agak dewasa, ya. Aku hanya ingin menyaring ilmu yg aku tau aja. Tapi mohon koreksinya kalo salah.

Sepengetahuanku, saat sekolah memang ada pelajaran mengenai hal itu oleh guru. Tapi gak sedetail2nya sampai memberi penjelasan tentang efek dr rasa sakit yang biasanya memang sering menyerang wanita setelah berhubungan kan? Guru biasanya hanya menjelaskan dengan bahasa ilmiah yang sopan dan baik.

Pengetahuan tentang sex edu memang gak hanya berasal dr guru sih, bisa dari org tua atau bahkan seminar2. Tapi di Indo sendiri, banyak ortu yang masih merasa tabu membahas ilmu itu pada anaknya. Seminar2 juga baru belakangan tahun ini mulai dianggap sebagai sesuatu yg penting dan lumrah untuk dibahas pada kaula muda.

Jadi wajar aja, kalo arum gak ngerti tentang itu. Bukannya dia gak tau tentang hubungan begitu, tapi karena dia dasarnya memang anak yang gak neko2, berasal dari keluarga yang tata kramanya masih penuh sopan santun banget (kecuali kakaknya🤣), pergaulan dia juga safe. Jadi menurutku wajar aja.

Nah etaa, gaess..

Lagipula, aku juga ada kenalan yang sikapnya 11-12 sama Arum gini. Kalau kalian pergi ke desa2, aku rasa masih ada juga cewek yg polos banget kayak Arum gini. Sebenernya gak cuma di desa sih, di mana aja. Tergantung dari kepribadiannya seseorang juga.

Memang pengetahuan tentang sex edu udah sangat meningkat sekarang, tapi aku tipe yg percaya bahwa masih ada seseorang yang punya karakter seperti Arum. Ini hanya pendapatku ya tapi. Kalian bebas punya pendapat sendiri, hehe. Yang jelas aku makasih banget buat kalian yg udah mau baca dan mendukung cerita ini 😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro