Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23

Nggak ada yang tahu betapa besar beban di kepalaku menantikan jam mengarah ke waktunya pulang. Jack mendadak terserang diare hari ini dan aku ditunjuk sebagai trainer di kelasnya. Dirgantara terjebak macet dari tempat training di kantor user dan meeting yang mestinya dia pegang jadi aku yang gantikan. Aku sudah melototi Zee, just in case dia mau berulah dan bikin aku kena getah. Untungnya manusia ini sadar diri bahwa pekerjaannya harus ditanggung sendiri atau aku akan pura-pura pingsan supaya gagal dioper pekerjaan. Bukannya aku mau perhitungan, sodara-sodara. Loyalitasku nggak buruk terhadap perusahaan. Namun memperoleh beban kerja orang lain di saat pekerjaanmu sendiri sudah menumpuk itu menyebabkan sakit hati. Menurut riset yang aku baca di sosmed (I knew, it's obvious but I usually attach with those information than journal), sakit hati itu bikin penyakit organ dalam dan nambah keriput di kulit. Biaya perawatan kian hari kian mahal dan skincare bagus itu bukan yang lima puluh ribu dapat krim pagi dan krim siang terus dalam seminggu jadi kinclong.

Bu Inggrid melirikku beberapa kali, terlihat ingin melempar pekerjaan lagi. Aku sok sibuk mengetik sampai bunyi keyboard komputerku mendominasi.

"Ngetiknya biasa aja," tegur Dirgantara.

Aku mendengkus. Manusia ini nggak tahu banget berterima kasih. Sudah aku gantikan, nggak ada basa-basinya. Cuma bilang, "Oh, lo yang gantiin. Oke deh."

Kampret lah manusia ini.

"Lo baik-baik aja?" tanya Zee yang tumben mau peduli.

"Gue nggak baik-baik aja," jawabku tegas.

Jam mejaku belum menunjuk waktu pulang. Tersisa setengah jam lagi dan jantungku makin deg-degan. Memang ada untungnya punya banyak pekerjaan hari ini, tapi aku akan lebih senang jika bisa mengerjakan jatah kerjaku saja, lantas punya waktu untuk merenung. Ingat ya, aku akan bertemu Jess istrinya bangcat. Mentalku harus kuat dan hatiku mesti tegar.

Setengah jam pun berlalu. Setengah jam yang rasanya terlalu cepat. Mentalku belum terbentuk sempurna dan hatiku belum siap digempur makian kalau-kalau Jess ingin mengumpat perbuatan laknat aku dan suaminya.

Aku yakin Jess akan mendapratku. Mana ada istri yang santai menghadapi perselingkuhan istri.

Ponselku berdenting. Aku melonjak. Pesan yang masuk seolah menarik napasku. Dari bangcat. Menyuruhku menemuinya di parkiran.

Aku bergegas merapikan barang-barang ke dalam tas dan pamit ke Bu Inggrid yang tampak berberat hati melepas kepulanganku. Insting cungpretku benar. Bu Inggrid mau melimpahkan pekerjaan padaku. Dari empat anggota tim, minus Jack yang pesakitan, Bu Inggrid masih bisa menyuruh Dirgantara dan Zee. Aku melulu yang dikasih ekstra pekerjaan, mana sanggup.

Pak Keydan sudah berdiri di dekat mobilnya sewaktu aku tiba di parkiran. Dia bagian eksekutif dan lot parkirnya eksklusif. Aku tahu dari hasil gibah di sela jam kerja.

Aku spontan bersembunyi saat sadar Pak Keydan sedang bersama seseorang. Aku mengintip dari balik tiang.

Pak Bahar?

Apa yang Pak Keydan lakukan bersama Pak Bahar?

Nggak sampai lima menit, Pak Bahar pergi dari situ dengan wajah marah. Aku menunggu sampai Pak Bahar hilang dari pandangan baru menghampiri Pak Keydan.

"Kamu sudah datang? Saya pikir, mau kabur," sindirnya.

"Saya kan mau melakukan pengakuan dosa ke istri Bapak," balasku.

Alih-alih ketakutan, Pak Keydan malah tersenyum santai. Dia membuka pintu pengemudi dan masuk duluan.

Meski heran, aku tetap berputar ke pintu penumpang depan. Kemudian menyusulnya masuk mobil.

"Nanti, di depan Jess, jangan pura-pura nggak tahu apa yang sudah kita lakukan," sindirnya lagi.

Sindir aja terus, Pak.

###

19/03/2021

Yihaaaa... ada yang tersindir 😆

Jangan kabur lagi ya!

🐷Tapi sa-saya mau kabur ke hati Bapak. Gimana dooong? Dikasih nggak Pak?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro