16
Follow Instagram missbebeklucu
Pak Keydan diam memandangku. Matanya melirik ke bawahku, lalu naik. Setelah itu dia berkata, "Kamu meninggalkan kunci kamar kamu menggantung di pintu."
"Ah!" Sepertinya aku lupa ambil kunciku sendiri. Aku mengangsurkan kedua telapak tanganku. "Boleh saya minta kunci saya?"
Pak Keydan mengangkat kunci kamarku dan meletakannya di atas telapak tanganku. "Kamu punya kebiasaan buruk sekali ya," katanya.
Ini ajakan berantem?
"Karena saya satu kali ceroboh meninggalkan kunci, bukan berarti Bapak bisa sebut saya punya kebiasaan buruk sekali. Setiap orang bisa salah," balasku. Aku masih menahan diri untuk nggak menyembur orang ini seperti yang biasa aku lakukan kalau nggak suka sama ucapan orang lain. Soalnya, aku itu lebih memilih mengeluhkan sikap orang lain langsung di depannya dibandingkan diucapkan di belakang. Mana bisa dia buat perbaikan kalau diomongi di belakang.
"Satu kali ceroboh?" Pak Keydan maju selangkah dengan mata menyorotku tajam.
"Ya..." Suaraku menurun kala ingatan Jumat malam menyambar benak. Sial. Apa Pak Bangcat mau menyinggung soal malam itu?
"Tampaknya kamu memiliki masalah terhadap ingatan jangka pendek, ya." Wajahnya mengejekku.
"Tampaknya Bapak seperti dokter merangkap peramal yang bisa mendiagnosa dan menebak masa depan," sindirku.
Gayaku boleh berani. Kakiku yang gentar. Cicilan kartu kredit dan tagihan sewa kost bulan depan bisa-bisa jadi korban sotoyku saat ini.
"Saya hanya mengatakan apa yang saya lihat." Kepalanya menunduk sedikit, menyamai tinggi badanku yang nggak setinggi dia. "Tapi ada bagusnya juga kebiasaan jelek kamu kalau saya ada di dekat situ. Bahaya kalau orang lain."
"Bagus?" Aku mendelik. Orang ini amnesia? Dia sudah selingkuh dari istrinya. Bukan berarti aku selingkuhannya loh. Aku itu korban kebanyakan minum dan salah ajak teman tidur.
"Saya yakin kamu ingat kesalahan lain apa yang sudah kamu perbuat. Karena saya menghormati kamu, saya nggak akan buka mulut."
Nah! Ini dia! Ketahuan, kan niatannya.
"Bapak mau saya tutup mulut supaya nggak ada orang lain yang tahu kebejatan Bapak ke saya. Begitu, kan?" bongkarku.
"Ke-kebejatan? Saya?" Dia menunjuk dirinya sangsi.
Aku tahu akting ini biasa dimainkan para playing victim. Pura-pura suci, nggak tahu apa-apa, eh meleng dikit dia tikam korbannya.
"Iya. Bapak tahu saya mabok dan Bapak ambil kesempatan dengan ajak saya ke hotel. Bapak tahu bias saya Chanyeol jadi Bapak pura-pura jadi Chanyeol terus nganu nganu saya. Benar, kan?" Keberanianku melejit bersamaan emosiku. Orang kalau marah memang paling berani. Banteng pun bisa aku seruduk.
"Bias? Chanyeol? A-apa?"
"Bapak nggak usah pakai alasan nggak paham. Saya di sini korban. Gini deh, Pak. Saya tahu Bapak nggak mau pernikahan Bapak rusak. Saya juga nggak mau nama baik saya rusak. Saya nggak akan tuntut Bapak soal Jumat malam itu. Saya juga nggak mau pertanggungjawaban. Anggap aja kita sama-sama salah-"
"Sebentar."
"Bapak jangan nyela. Saya belum selesai ngomong. Saya tahan-tahan diri di kantor. Mumpung kita di luar jam kerja, saya mau bicarakan semuanya biar jelas. Dan Bapak nggak usah pakai jabatan Bapak buat ancam saya. Kita harus selesaikan ini secara dewasa. Bapak dan sa-"
Ucapanku terpenggal. Pak Keydan membungkamku menggunakan bibirnya. Aku termangu. Sebelum kesadaranku berkumpul, Pak Keydan sudah mengulum bibir bawahku.
Oh, bangcat. Ciumannya enak.
###
22/02/2021
🙈 Aku gak tau. Aku gak liat. Pre, imanmu pertebal.
Saya siap gendong kamu.
🐷 Yang baca juga mau, Pak. Boleh gantian? *Kabooooor
( /// 'ิϖ'ิ/// )
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro