Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 1: Penipuan

Demi menghiasi Bumi Perkemahan kami dengan teriakan dan darah ....

Jumat, 25 Agustus 20xx

Pukul 10.50 WIB

Kemah Blok Kelas XII di Bumi Perkemahan bukanlah kegiatan yang menyenangkan.

Selepas turun dari kawanan mikrolet di tempat parkir, sejenang tibanya segenap rombongan ratusan remaja peserta perkemahan, pemindaian diri masing-masing pun dilakukan. Saatnya kertas daftar berperan.

Ceklis nomor satu. Sesuaikah seragam almamater?

Ceklis nomor dua. Lengkapkah barang-barang bawaan?

Ceklis nomor tiga. Adakah peserta tertinggal?

Baik, semua beres. Tidak ditemukan hal mengganjal. Saatnya memasuki area Bumi Perkemahan. Tinggal lewat gapura, tak ada masalah. Panitia-panitia serta ibu-bapak pembina melalukan mereka yang lulus tahap awal.

Surya sudah di langit tepat atas kepala, tetapi sayang mega pengelana mampir untuk sekadar istirahat. Akibat dari adanya fenomena alam lumrah ini, atmosfer sejuk lagi damai pun ditangkap. Para peserta bisa lega dari ancaman dehidrasi. Lagi pula, naungan pohon-pohon sudah membantu.

Begitu rombongan menghambur, tiap-tiap peserta berseragam pramuka lengkap bersegera menuju tempat sendiri-sendiri, berupa tanah lapang di bawah rimbunnya pepohonan konifera. Di situ, mereka harus menaja pendirian tenda sesuai kelompok sangga. Tentu Sangga Putra dengan Sangga Putri terpisah, dibelah oleh jalan setapak beraspal yang memanjang layaknya ular.

Memanfaatkan waktu tersedia untuk bersiap-siap, para peserta Kemah Blok membangun kerangka tenda menggunakan tongkat pramuka dan tali pramuka. Diperlukan kerja sama yang tinggi dalam hal ini. Seusai itu, baru dipasang alas serta selimut dari terpal khusus. Tak lupa tiap sudut tenda dihubungkan ke pasak yang dibenamkan dalam tanah.

Butuh waktu lumayan lama untuk membangun sebuah tenda, bahkan dengan tenaga minimal lima orang pun. Padahal semasa di sekolah sudah dilakukan pelatihan. Mungkin bagi mereka yang berkeahlian rendah bakal kesulitan melakukan. Apalagi anak manja yang bisanya cuma mengeluh, hanya mulut yang bekerja, bukan tangannya.

Mereka memprotes tentang minimnya fasilitas area Bumi Perkemahan, leletnya kinerja anggota setim, banyaknya serangga penggigit dan pengisap, juga sulitnya beradaptasi dengan alasan perbedaan anasir iklim.

Lalu, mengeluh, "Oh, tidak! Kenapa tempatnya di hutan?" Ya, namanya juga berkemah. Memang biasa dilakukan di hutan atau di gunung. Bukan di samping rumah. Tolong jangan kebanyakan nonton kartun Setan-setanan Gigi Dua.

Orang-orang terbahak-bahak mendengar sahutan yang terkesan mencemooh itu. "Tahu rasa si anak manja!" Namun, sebagian lagi melirik sambil makan bawang--bukan memakan bawang sungguhan--karena rekannya tak serius bekerja.

Suara pelesit nan nyaring terdengar dari arah selatan. Kalau sudah disemprit panitia--kebetulan panitianya adalah orang-orang seangkatan yang dinamakan "Bantara"--seperti ini, artinya peserta Kemah Blok harus bergegas menuju lapangan guna mengikuti apel. Mereka membenarkan posisi setangan leher yang diikat cincin, memakai topi baret atau topi boni yang disemat emblem, membawa tongkat pramuka pula perlengkapan lainnya. Kemudian, berduyun-duyun berbaris rapi di lapangan sesuai kelompok sangga juga kelas masing-masing.

Instruktur apel siap memberikan pidato terbaiknya, para panitia Bantara berjaga di tempat, ratusan peserta mendengarkan dengan saksama.

"Dengan begini, kegiatan Kemah Blok Kelas 12 SMA 1 Bae resmi dimulai!" Tepuk tangan semarak pun tercipta.

Dan, demikianlah awal ceritanya rombongan kelas XII MIPA 1 yang terdiri atas 32 peserta, kini sampai di Bumi Perkemahan tanpa mendeteksi presensi satu pun manusia lain.

***

Apa yang peserta XII MIPA 1 temukan pertama kali selain keluhan serta sambatan adalah sesuatu yang tersangkut di sela-sela ranting pepohonan konifera dekat tenda Putri, berupa beberapa lengan atas, lengan bawah, paha, betis, perut, dada, dan kepala. Ada yang menyambung, ada pula yang terpisah.

Sejumlah orang tertawa setelah melihatnya, sementara yang lain hanya senyum-senyum atau sekadar ingin tahu atau berkernyit penasaran.

Pemandangan yang tertangkap memvisualkan beberapa bagian maneken mutilasi yang terpisah-pisah kemudian dengan iseng disangkutkan pada sela-sela ranting pohon.

Salah seorang putri bertanya 'ulah siapa itu?' sambil terkekeh. Tentu saja tidak ada yang mau serius menjawabnya. Para peserta mengalihkan kegiatan menuju tenda masing-masing. Tanpa menyadari keganjilan yang tengah leluasa merajai.

Habis kegiatan gerak jalan, atau istilah kerennya hiking, 32 peserta berseragam pramuka lengkap memasuki Bumi Perkemahan secara eksklusif seperti ketumbukan pengawal raja. Barisan depan membawa tongkat pramuka, sementara bagian belakang mencangklong tas beserta barang bawaan.

Bagian tengah? Mungkin mengawasi sekitar. Entahlah, cara main gerak jalan bisa saja bervariasi.

Ada dominansi yang berseragam pramuka dan berperan jadi peserta reguler, ada pula minoritas yang berkaus olahraga dan berperan sebagai panitia Bantara.

Selaku penjabat peserta reguler, para remaja putra yang hanya berjumlah lima menuju Tenda Sangga 1 Putra. Kebetulan posisinya paling dekat gedung khusus di utara--yang fungsinya akan diberi tahu nanti. Mereka bersantai-santai di dalam tenda, meski hawanya cukup panas lagi pengap. Terdapat remaja yang serius mengerjakan kertas soal yang mungkin didapat dari kegiatan gerak jalan tadi, lainnya asyik di pojokan bermain gim pada gawai, sisanya tidak tahu. Dua putra lain berkaus olahraga, berkedok Bantara, mendatangi Tenda Sangga 1 Putra. Berarti kini ada tujuh putra di sana.

11.30 WIB

"Sekarang kalian menyesal, kan? Menyesal, kan? Memutuskan kontrak Gue ... !"

(pelesetan "Nyeselkan" oleh Young Lex)

"Heh! Jangan nyanyi lagu pemanggil setan itu!"

Di mulut tenda, dua orang putra duduk berdekatan, tetapi tak bersebelahan, seolah-olah sedang bermusuhan. Yang satu adalah kutu buku ordiner, pastinya memakai kacamata. Dia cebol. Sering dikira anak SD apalagi ukuran seragamnya selalu S. Bahkan tingginya tidak mencapai penggaris metrik ukuran satu setengah meter yang ada di kelas. Namanya Ahim.

Satu lagi merupakan keturunan ras langka. Tinggi badannya hampir menyamai pintu ruangan (sayangnya di dekat tidak ada pintu untuk perbandingan), teman-temannya sering menjuluki tiang listrik. Berwajah khas Arab dengan alis tebal, rahang tegas, juga hidung mancung. Namanya Ghani.

Ahim ialah putra yang tadi menyanyi, sekarang tengah asyik mengerjakan soal. Sementara itu, Ghani menonton dengan ekspresi bosan. Tiba-tiba, si cebol berhenti memainkan pulpen, lalu berseru nyaring.

"Ghani ... !" Berulang-ulang. Mirip burung parkit.

Putra jangkung yang dipanggil menatap geram seraya memberi sasmita durja, "Wah, orang ini bodoh!" ditambah serapah semprotan pelengkap. Sayangnya, Ahim itu putra peringkat satu sekelas.

Mau tak mau, Ghani memalingkan muka dan bertopang dagu. Kalau telinganya mulai sakit, baru ditutup dengan tapak tangan.

"Ghani! Ghani! Ghani!" Cerewet.

Pilihan akhir yang diambil Ghani adalah mengunci mulut si burung parkit.

###

Kudus, 13 Januari 2020

[Author's Note]

William Most adalah nama penanya. Di dunia maya, dia biasa dipanggil Baim atau Jeruk--karena foto profil yang dia gunakan. Pemuda yang kini hampir berusia 20 tahun ini sudah tertarik dengan genre horor sejak kelas 10 SMA ketika hobi menonton anime dan membaca manga. Kini, dia menuntut ilmu di salah satu universitas di Yogyakarta, jurusan Mikrobiologi Pertanian.

Anak keempat dari lima bersaudara ini sering mengikuti event/lomba cerpen di Facebook dan Instagram sejak tahun 2018. Sekarang dia mencoba untuk merambah ke challenge menulis novel, salah satunya Tantangan Menulis Rasi ini.

Dia bergabung di platform Wattpad sejak September 2017 dan menghasilkan sejumlah karya fiksi. Karya-karya yang sudah dipublikasikan di antaranya "Bandeng Duri Lunak dan Semangka tanpa Biji" yang mendapatkan penghargaan Wattys 2019 kategori Horor/Paranormal, "People under Construction" yang memenangkan juara 6 BLP Writing Marathon, dan "XYZ Murder" yang diikutkan dalam tantangan menulis novel AN Fighter x KMC.

Dia bisa dihubungi di media sosial Instagram: @wahidibrahim161 dan Facebook: Ibrahim Wahid.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro