
PUPUH 7
Mendengar suara gebrakan meja dari pak Pratama yang menggema sungguh menarik perhatian banyak orang, termasuk petugas yang berada diluar ruangan belakang panggung hingga masuk untuk melihat apa yang terjadi. Aku pun ikut terkejut karena, gebrakan nya cukup kencang hingga membuat vas bunga yang ada diatasnya turut bergoyang karena getaran dari gebrakan itu.
"Saya sudah bilang cukup! tapi kalian masih saja berdebat! tak bisakah kalian paham dengan bahasa Indonesia?" Bentak Pak Pratama dengan kesal.
"Pak, yang saya bicarakan itu benar kan? kita hidup dimasa modern... mana mungkin pak, ada yang namanya kutukan atau bahkan firasat buruk? bapak percaya? saya sih tidak!" Jawab Chelsea dengan nada yang jauh lebih meledek daripada sebelumnya.
"Chelsea! saya tahu anda adalah orang Amerika... namun, bukan berarti kamu tak bisa memahami tata norma kesopanan seperti ini... dimanakah sopan santun mu, Chelsea?" Jawab pak Pratama dengan tegas.
"Justru karena saya berasal dari Amerika... saya hanya berusaha menyadarkan bapak dan yang lainnya, kalau ini sudah modern... apalagi di Amerika... kita sudah tidak percaya dengan kutukan atau bahkan tahayul" Sahut Chelsea sambil berjalan mendekati pak Pratama.
"Bukan berarti kamu berasal dari Amerika kamu jadi bisa seenaknya ya!! hey! sadarkah kamu Chelsea, kamu tidak tinggal lagi di Amerika! kamu sudah tinggal di Indonesia!" Timpal pak Pratama selangkah mendekati Chelsea.
"Lalu apa pak? bapak ingin menghancurkan saya? coba saja pak! saya pastikan bapak yang akan menyesal! dan ini semua hanya karena tahayul bodoh!!" Bentak Chelsea.
"Chelsea... Chelsea... ternyata benar ya apa kata kebanyakan orang tentang kamu... saya sempat menyangkal bahwa kamu tak sepert itu... saya bahkan turut memperjuangkan kamu agar bisa lulus ujian akhir demi gelar kan... tapi nyatanya? saya salah! kamu bahkan jauh lebih parah daripada yang orang-orang katakan" Timpal pak Pratama.
"Bapak, jika tak tahu apapun tentang saya! baiknya bapak diam!! saya bisa adukan ini kepada ayah saya, dan saya pastikan bapak dapat di tuntut! atau mungkin-"
"Mau sampai kapan kamu bersembunyi dibalik bayang-bayang orangtua kamu, Chelsea? tak sadarkah kamu.. AYAHMU SUDAH BANGKRUT!! ITU SEBABNYA KAMU DAN KELUARGA KAMU DI DEPORTASI DARI AMERIKA!! AYAHMU TERLILIT HUTANG DAN TAK MAMPU MEMBAYARNYA!!" Bentak pak Pratama.
"Anda? anda..." Chelsea tak bisa bicara apapun kecuali terdiam mendengar ucapan dari pak Pratama yang sangat mengejutkan seakan ia baru saja tersambar oleh petir.
Pak Pratama kembali duduk dan minum, ia menenangkan dirinya sementara Chelsea terdiam duduk diseberang ruangan dengan menundukkan kepalanya. Tak ada yang bicara, tak ada satupun yang bergerak setelah mendengar ucapak pak Pratama mengenai keluarga Chelsea yang selama ini ia banggakan ternyata menyimpan banyak cerita hitam dan gelap yang membuat siapapun yang mendengarnya merasa terkejut. Termasuk dengan ku, yang pernah di bentak Chelsea dan di hujat sebagai orang miskin dan susah.
Jujur setelah mendengar itu, aku kasihan kepada Chelsea, seakan ia berusaha sekuat tenaga untuk menutupi kenyataan nya, namun tetap saja terbongkar oleh keadaan yang ia pancing secara tidak sadar. Aku pun berjalan keluar menuju ruang ganti seraya membawa jubah dan pakaian ganti. Saat Raka ingin menemani ku, aku menahan dirinya untuk tetap disana, membantu Regina jika Regina membutuhkan bantuan untuk persiapan.
"Bapak ingin kalian tetap hati-hati dalam berbicara dan bersikap... terlebih kita sedang berada di tempat yang sangat tradisional... tolong juga, hati-hati dalam melakukan apapun... jujur saya khawatir sejak saya melihat cermin itu pecah, saya tahu bahwa itu merupakan pertanda buruk... namun, mari kita tetap berpikir positif bahwa semua akan baik-baik saja" Ucap pak Pratama dan tak lama setelahnya ia pergi meninggalkan ruangan.
"Baiklah... kalian sudah dengar apa yang pak Pratama bilang kan? baiklah, untuk yang belum berganti pakaian, sekarang bisa ganti pakaian yaa... Raka tolong beritahu Pandu dan Dhafin untuk lebih cepat bersiap-siapnya. Chelsea, kamu juga tolong segera berganti kostum ya" Kata Regina.
Tanpa menjawab apapun, Chelsea segera mengambil selendang kuning yang berada dimeja dekat nampan dengan bunga tujuh rupa bersamaan dengan dupa. Ia segera berjalan menuju ruang ganti. Tak perlu waktu lama bagi Chelsea untuk berganti pakaian, tak lama setelah ia pergi keruang pakaian. Regina dan yang lainnya segera mengosongkan ruangan karena Regina ingin memasukan beberapa dekorasi dan baiknya mereka yang belum berganti pakaian segera berganti kostum.
Setelah Chelsea berganti pakaian, ia kembali keruangan belakang panggung untuk menaruh baju nya ke tas, dan ia duduk di depan cermin perak yang nantinya akan digunakan oleh Deta sebagai Roro Jonggrang untuk berkaca saat Pandu datang menghampiri. Chelsea menangis mengingat ucapan pak Pratama yang tak tanggung-tanggung membongkar semuanya, termasuk keadaan keluarganya saat ini. Chelsea merasa sangat malu mendengar dengan semua yang baru saja terjadi.
Ia terduduk di dekat nampan dan dupa seraya menatap cermin dan menyumpah serapah merasa kesal dan geram atas ucapan pak Pratama sebelumnya.
"KENAPAAAA ?!! KENAPAAAA ?!!!" Teriaknya dengan kencang namun seakan suara itu kedap hingga tak mampu menarik perhatian siapapun.
Chelsea berdiri hendak melempar cermin perak itu, namun secara tiba-tiba tubuhnya terasa seperti agar-agar, ia merasa pusing dan yang terakhir kali ia ingat adalah kegelapan yang pekat dan tepat saat ia ingin menarik ponselnya, tak sengaja ia mendorong guci berisi air mawar yang kini pecah berhamburan sementara airnya turut membasahi Chelsea.
Chelsea terdiam tak bisa bergerak, ia terbujur kaku didalam ruangan itu tanpa siapapun yang mengetahui keadaan serta keberadaan nya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro