Pesona di Balik Kolam: Pilihan Cinta dan Takdir
Tema: Cinta dan Pengorbanan; Ambisi dan Kebebasan; Misteri dan Daya Tarik
Genre: Drama Romantis; Fantasi; Intrik Sosial
(❁'◡'❁)
📌"Cinta sejati tidak pernah memenjarakan; ia membebaskan, bahkan jika itu berarti kehilangan."📌
▶⫷⫸⫷⫸◀
Di sebuah perkebunan megah yang diselimuti aroma mawar dan taburan cahaya lentera malam, Henrietta Eaton berdiri di balkon kamarnya, mengamati para tamu berpakaian elegan yang menari di bawah sinar bulan. Gaun sutra biru lautnya memancarkan keanggunan, kontras dengan misteri yang ia sembunyikan. Di usianya yang baru menginjak 30, Henrietta telah menjadi legenda: seorang janda muda yang cantik, cerdas, dan kaya raya. Namun, legenda itu menyembunyikan rahasia gelap.
Henrietta menoleh ke kolam di kejauhan, tempat seekor katak gemuk melompat ke daun teratai. "Malam ini bukan untukmu, John," gumamnya dengan nada penuh sindiran. John Eaton, mantan suaminya, kini menjalani kehidupan barunya sebagai penghuni kolam, akibat kutukan yang ia dapatkan dari permainan liciknya selama pernikahan mereka.
Musim panas itu, keponakannya, Evangeline "Eva" Eaton, datang untuk tinggal di perkebunan Henrietta sebelum pertunangannya dengan seorang bangsawan muda bernama Lord Percival Hayworth. Henrietta, yang menyayangi Eva seperti putrinya sendiri, tidak bisa mengabaikan kegelisahan yang terpancar dari setiap gerak-gerik keponakannya.
"Dia tidak mencintaiku," Eva akhirnya mengaku pada suatu malam, setelah pesta berakhir dan hanya mereka berdua yang tersisa di teras. "Dia mencintai apa yang aku bawa: nama keluarga Eaton dan kekayaan yang mengikutinya."
Henrietta merasakan desakan empati bercampur amarah. Bayangan John Eaton muncul di pikirannya, dan ia mengenali pola serupa pada Percival. Pria-pria seperti itu tidak layak mendapatkan cinta atau kekayaan keluarga Eaton.
Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi ketika Henrietta akhirnya bertemu Lord Percival. Pria itu datang ke pesta dengan karisma yang menyaingi kilauan lampu kristal di aula dansa. Percival tidak seperti yang ia bayangkan; pandai bercanda, tajam pikirannya, dan memiliki tatapan penuh teka-teki yang mampu membuat jantung Henrietta berdegup lebih cepat.
"Malam yang mempesona, Lady Eaton," katanya, membungkukkan kepala. "Tapi, saya percaya keindahan sebenarnya ada di tangan penyelenggaranya."
Henrietta tertawa kecil, mencoba menutupi ketertarikannya. Tapi semakin lama mereka berbicara, semakin sulit baginya untuk menyangkal. Percival lebih dari sekadar pemburu kekayaan. Atau... mungkin ia terlalu pandai memanipulasi?
Ketika Eva dengan getir mengeluhkan sikap dingin Percival di hari berikutnya, Henrietta mulai merancang rencana. Sebuah pesta lagi akan diadakan—pesta terakhir musim panas itu. Namun, tujuan pesta itu tidak seperti yang terlihat. Henrietta ingin melihat apakah Percival layak hidup sebagai katak, atau jika, mungkin, ia layak mendapat tempat di sisi seorang wanita sepertinya.
Malam pesta tiba. Henrietta memperhatikan dari kejauhan saat Percival menarik perhatian tamu-tamu dengan keanggunannya. Kemudian, ia memutuskan untuk turun ke lantai dansa dan menantangnya dalam percakapan cerdas dan menggoda. Sepanjang malam, Henrietta merasakan ketegangan yang aneh. Percival memujinya, mencuri pandang ke matanya, membuatnya melupakan rencana jahatnya.
"Apakah aku akan menjadi seperti suamimu?" Percival berbisik, suaranya cukup rendah untuk Henrietta saja. "Atau, mungkin aku bisa menjadi sesuatu yang lebih?"
Kata-katanya menghantam Henrietta seperti angin kencang. Di bawah senyuman Percival, Henrietta melihat kesan ambigu—sebuah tantangan sekaligus ketulusan. Apakah ia pria licik, atau hanya pria yang menginginkan kebebasan seperti Eva?
Di akhir malam, Henrietta duduk di tepi kolam, merenungkan pilihannya. Ia memegang botol kecil berisi ramuan yang mampu mengubah manusia menjadi katak. Apakah Percival akan mengalami nasib seperti John, hidup dalam kolam tanpa pikiran, atau apakah ia pantas mendapatkan sesuatu yang lebih?
Pikirannya terpecah antara cinta, kesetiaan, dan dendam. Saat Henrietta memandang ke arah kolam, bayangan John terlihat di antara riak air. "Apakah aku mengulang kesalahan yang sama?" bisiknya pada dirinya sendiri.
Henrietta tahu satu hal pasti: Percival harus ditemuinya lagi. Dan kali ini, ia akan memastikan bahwa keputusan yang diambilnya bukan hanya untuk Eva, tapi juga untuk dirinya sendiri.
▶⫷⫸⫷⫸◀
Keesokan harinya, matahari terbit dengan warna keemasan yang memantul di atas air kolam. Henrietta bangun lebih awal dari biasanya, hatinya masih diliputi pergolakan. Dia memutuskan untuk mengundang Percival ke taman pribadinya, sebuah ruang yang hanya dikenal oleh orang-orang terpilih yang cukup beruntung mendekatinya.
Percival datang tepat waktu, mengenakan setelan kasual yang tetap memancarkan keanggunan. Di tengah aroma lavender dan melodi gemercik air mancur, Henrietta langsung masuk ke inti percakapan.
"Lord Hayworth," dia memulai, "Apa yang membuatmu menerima pertunangan ini? Apakah itu Eva, atau... keluarganya?"
Percival tersenyum tipis, mengusap dagunya sebelum menjawab. "Pertanyaan yang tajam, Lady Eaton. Tapi aku tidak akan berbohong—kedudukan keluarga Eaton memang menarik. Namun, aku tidak bisa mengabaikan pesona Eva. Dia memiliki kecantikan dan kelembutan hati yang jarang kutemui."
Henrietta mengangkat alis, menyembunyikan ketidakpercayaannya. "Namun, kau membuatnya tidak bahagia," balasnya, nadanya tegas. "Dia tidak merasa dicintai. Jika kau benar-benar menghargainya, kenapa dia merasa seperti barang dagangan dalam kesepakatan ini?"
Percival terdiam sesaat, lalu menghela napas berat. "Kau benar," katanya. "Aku menerima pertunangan ini karena tekanan keluarga, sama seperti dia. Tapi aku juga ingin mencoba membuat ini berhasil. Jika dia merasa tidak bahagia, itu salahku, dan aku ingin memperbaikinya."
Henrietta terkejut dengan kejujuran itu, tetapi juga terganggu. Ada sesuatu yang aneh dalam caranya berbicara—seolah-olah Percival mencoba menyeimbangkan kejujuran dengan pesona yang disengaja.
Ketika mereka berjalan lebih jauh ke taman, Percival tiba-tiba berbalik, menatap Henrietta dengan intensitas yang membuatnya terpaku. "Dan kau, Lady Eaton? Kau telah menjalani pernikahan yang tidak bahagia, jika rumor itu benar. Apa yang akan kau lakukan jika kau diberi kesempatan kedua? Apakah kau akan mencari cinta, atau memilih jalan yang lebih aman?"
Henrietta tidak menjawab. Pertanyaan itu terlalu akrab, seolah mencerminkan perang batinnya sendiri. Dia hanya tersenyum kecil, lalu mengubah topik pembicaraan, mengundangnya untuk bergabung dengan pesta lain yang akan dia selenggarakan dalam beberapa hari.
Malam pesta terakhir tiba. Henrietta mengenakan gaun merah yang mencolok, sebuah pernyataan yang memancarkan kekuatan sekaligus menggoda. Eva, yang tampak lebih ceria malam itu, berada di sisi Henrietta, tersenyum canggung saat Percival datang mendekat.
Di tengah pesta, Henrietta membawa Percival ke balkon, jauh dari keramaian. Di sana, dengan pemandangan kolam yang tenang di bawah mereka, dia membuka rencana yang telah dipikirkannya.
"Aku bisa memberimu kebebasan," kata Henrietta, suaranya lembut tapi penuh kekuatan. "Kau tidak harus menikahi Eva. Kau bisa memilih hidup yang kau inginkan... atau kau bisa tetap tinggal di sini, bersamaku."
Percival terlihat terkejut, tapi senyumnya tetap ada. "Itu tawaran yang menarik. Tapi apakah ini tentang kebebasanku, atau sesuatu yang lain, Lady Eaton?"
Henrietta mendekat, jantungnya berdegup kencang. "Mungkin keduanya," jawabnya jujur.
Percival menatapnya lama, lalu berkata dengan nada yang lebih serius, "Aku menghargai Eva, tapi aku tidak mencintainya. Dan kau, Henrietta... kau adalah teka-teki yang ingin sekali kupecahkan. Tapi jika aku memilihmu, apa yang akan kau lakukan padaku? Apakah aku akan berakhir di kolam itu, bersama suamimu?"
Henrietta terkejut. "Kau tahu?" bisiknya.
Percival tersenyum sinis. "Tentu saja. Rahasiamu lebih terkenal daripada yang kau kira."
Henrietta merasa jantungnya berhenti. Tapi sebelum dia bisa berkata apa-apa, Percival mendekat, suaranya berubah menjadi bisikan yang penuh godaan. "Tapi aku tidak keberatan. Jika aku harus menjadi katak untuk berada di dekatmu, itu adalah harga yang layak dibayar."
Henrietta terguncang oleh kata-katanya. Dia tahu bahwa Percival adalah pria yang penuh ambisi, tetapi dia tidak menyangka pria itu akan mengambil risiko sebesar ini hanya untuk mendekatinya. Apakah ini cinta sejati, atau hanya permainan lain?
Di penghujung malam, Henrietta berdiri di tepi kolam, botol kecil ramuan itu di tangannya. Eva telah memutuskan untuk membatalkan pertunangannya, merasa bahwa Percival tidak pernah benar-benar mencintainya. Tapi Percival tetap tinggal, menunggu Henrietta membuat keputusan.
"Apakah aku akan mencintaimu?" Henrietta bertanya pada dirinya sendiri. "Atau kau hanya akan menjadi John yang lain?"
Akhirnya, Henrietta menuangkan ramuan itu ke air. Tapi alih-alih menjadikannya katak, dia membebaskan John dari kutukannya. Di kejauhan, Eva dan Percival meninggalkan perkebunan bersama, mengabaikan semua rencana sebelumnya.
Henrietta tahu bahwa cinta sejati membutuhkan keberanian untuk melepaskan. Dan kali ini, dia memilih kebebasan—untuk dirinya sendiri dan untuk mereka yang ada di sisinya.
Jakarta, 08 Januari 2025
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro