
Bab 3 A Thing About You
Suasana taman depan kampus tampak asri. Di musim semi ini banyak mahasiswa mahasiswi bersantai di taman kampus. Mereka saling bercanda atau berkumpul secara berkelompok. Diantara mereka ada seroang wanita canti duduk manis di rumput. Mata hijau Malena fokus pada layar laptopnya. Tangan mungilnya lincah mengetik papan keyboard. Bibir tipisnya komat kamit seperti bicara sendiri.
“Malena, sudah belum?”Noey menatap pasarah pada sahabatnya. Malena terus asyik dengan ketikannya.
“Nanti, sedikit lagi,”jawab nya santai. Pandangan matanya tetap ke arah layar laptop.
“Huah, lama amat …”
“Sabar.”
Neoy memakan burgernya sesekali menyeruput coke. Sedangkan malena asyik dengan moccachino nya. Mata brown nya asyik menjelajah area sekitarnya. Dalam hatinya pasti ingin tahu, ya kali saja ada pria tampan sedang melihatnya.
Namun alih-alih pria tampan, Noey tampak tersedak dengan coke nya, ketika sahabatnya ini teriak. “Yak, I’m finish. Horray!’ teriak malena senang bukan kepalang.
“Oh my gosh! Uhukk! Jangan teriak dekat telinga aku donk!” gerutu Noey sambil menepuk-nepuk dadanya.
“Sorry dear,” Malena terkekeh melihat wanita berambut pony tail ini mengerucutkan bibirnya.
Noey langsung menyambar laptopnya secepat kilat dan langsung dimasukin ke dalam tas. “Huh, menyebalkan! enggak usah pinjam laptopku lagi ya,” canda si cantik pemilik netra sapphire.
“Meledek kau ya, hahahaha.”
Noey memanjangkan lehernya. Matanya melihat kerumuman di depan gerbang taman kampus. Dengan rasa penasaran dia bangkit dari situ.
“Hey, ada apa?” Tanya manik hijau itu.
“Disana ada sesuatu. Kesana yuk.” Ajak Noey.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, kedua wanita cantik itu berjalan tergesa-gesa menuju sumber kehebohan tersebut. Netra hijau bening itu menangkap sosok tubuh jangkung, atletis, rambut hitam, berpakaian kemeja denim dan celana hitam. Sosok itu sedang berdiri yang tak jauh dari kolam. Susah juga ya mendekati nya. Ketika sosok itu membuka kacamata hitamnya alangkah terkejutnya dia.
“Si Ethan!!!” jerit malena.
Merasa ada yang memanggil namanya lelaki itru menoleh. Manik biru nya mencari siapa yang memanggil namanya.
“Oh my gosh!! Dia mencarimu!!” seru Noey sambil mengguncang tubuh malena. Malena hanya menutup mulutnya.
“Hei there.”
Malena terkesiap. Dia merasakan tatapan membunuh dari gadis-gadis yang memburu lelaki itu. Sosok tubuh atletis itu menghampirinya. Malena malah mundur ke belakang. Wajahnya pias. Dia tahu siapa sosok itu. Pria yang sedang digilai para gadis. Bahkan termasuk…aku. Ethan...
“Siapa yang mau minta tanda tangan dari aku?”
para fans itu tidak akan membiarkan idolanya mendekati wanita jelek seperti malena. Mereka langsung menyerbu idolanya. Bahkan Malena sampai tergencet. Dia berusaha keluar dari kerumunan namun tangannya tidak sengaja mendorong tubuh orang itu lalu tercebur ke kolam taman.
BYUURR
My gosh! Jeritnya dalam hati.
“Malena!” Jerit Noey. “Kau tidak apa-apa?”
“Bagaimana ini? aku tidak sengaja mendorongnya…” seru nya panik.
Pria tegap itu menghela napas. Dengan elegan dia keluar dari kolam taman kampus. Matanya mengunci sosok mungil tengah menatap dirinya. Malena malah memandang tubuh orang itu tercetak jelas di bajunya yang basah. Sungguh sempurna…
“Sini kau!”
Malena memandang sahabatnya. Yang ditatap hanya mengangkat bahunya. Bagaimana ini? aduh…mampus aku. Dengan langkah pelan-pelan dia menuju kearah lelaki itu.
“Kau sengaja ya?” Tanya pria bertubuh tegap.
“Hah? Apaan?” Malena tidak mengerti.
Tangan kanan sang model menyisir rambutnya yang basah. “Jangan pura-pura tidak mengerti. Kau tadi mendorongku dan akibatnya aku jatuh ke kolam air.”
“Ta-tapi aku kan tidak sengaja,” Malena berusaha membela dirinya. Dia yakin, dia tidak sengaja mendorongnya.
“Bilang saja kau mau minta tanda tangan dariku, pendek,” sindir Ethan.
Apaaa??? Dia bilang aku pendek??? Grrr, beraninya dia mengataiku pendek…
“Malena, sabar jangan marah dulu…” Noey berusaha meredakan hati Malena.
“Heh kau! Apa-apaan kau ini? beraninya bilang aku pendek?” amuk Malena. “Heh, dengar ya buaya, aku tidak pendek. Aku ini posturnya tinggi, apa kau tidak lihat? Buta ya? Jangan mengatai orang sembarangan!!” raung Malena.
“Apa?? Kau mengataiku buaya?”
“Iya! Kau buaya! Buaya darat!!” jerit Malena sambil berlari meninggalkan fans nya yang terkutuk, Noey dan tentu saja si buaya darat.
“Malena! Tunggu akuu!” Noey langsung menyusul, tapi tangan kirinya dipegang oleh Ethan.
“Eh?”
“Tunggu…” ucapnya datar.
*******
Dua hari kemudian…
wanita yang memakai dress pastel selutut dibalut cardigan cream berjalan santai ke kota. Untung hari ini memakai sepatu datar. Matanya sibuk melihat-lihat sekitar. Ada boneka lucu bentuk buaya. Malena tersenyum sendiri. Buaya ya? Ah sial gara-gara buaya dia jadi teringat lagi sama orang itu. Sial, sial! Ucapnya berulang kali. Aku kenapa sih memanggil dia buaya? Aduhh pupus sudah anganku untuk menjadi pacarnya. Walau itu hanya angan belaka tapi boleh kan berharap? Harusnya tidak mengatai dia buaya. Tapi dia memang keterlaluan sih…
Terdengar nada panggilan ponsel lipatnya di dalam tas. Dengan cepat dia membuka siapa yang menelpon dia. “Ya, ada apa Noey?”
“Kau dimana?”
Di jalan.”
“Jalan mana?”
“Ah, berisik sekali. Kenapa sih nanya-nanya kayak detektif segala?” sungutnya. Mata indahnya tak sengaja melihat lowongan kerja sampingan di cafe ternama tepat dia berdiri. Aha, kebetulan…
Malena!!”
“Apa? Enggak usah teriak-teriak napa?”
“Kau ada dimana?”
Kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam café. “Bye.”
Malena terlihat bercakap-cakap dengan pemilik café. Raut wajahnya terlihat senang. Dia menuju ke ruang ganti untuk menaruh tas nya. Ponselnya berdering lagi. Ah, shit. Kenapa lagi sih? gerutu Malena seraya memencet tombol hijau di ponselnya. “Ada apa sih?”
“Kau dimana?”
“Aku kerja dulu. Bye.”
“Malena!” pemilik cafe memanggil namanya.
“Ya, aku segera keluar.”
“Tolong meja nomer 8.”
“Baik.”
Ketika dia menghampiri meja nomer 8, seorang pelanggan tidak sengaja menyenggol lengannya. Hasilnya kopi itu tumpah. Malena sangat terkejut. Aduh baru hari pertama sudah sial begini…
“I’m sorry, Sir.” Buru-buru dia mengambil lap bersih di meja di pantry. Maaf, aku akan segera menge--LAP?!” pekik Malena.
“Hallo,” nada baritone itu datar, sedatar seperti wajahnya yang angkuh.
“K-kkau lagi!?” telunjuk malena terus menunjuk pria itu.
“Surprise,” ucapnya sambil bersedekap dada.
Demi apa ini? dia lagi. “Hey kau! Kenapa kau disini?” serunya marah.
“Begini ya seorang pelayan membentak pelanggan?” sindirnya tak mau kalah.
“Kauu…” geram Malena.
“Ada apa ini? tenanglah,” pemilik café berusaha melerai kami.
“Bapak mundur saja. Biar saya yang mengatasi pelanggan kurang ajar ini.”
Pria berwajah datar itu tersenyum sinis.
“Maaf, dia adalah pelanggan setia kita, Malena,” ujar pemilik café tersebut.
Mulut malena menganga lebar. Rahangnya seperti mau jatuh ke bawah saja. Entah nasib sial apa menimpa wanita ini. pasrah deh… keluhnya.
“Hei, tolong celana di pahaku dibersihkan.”
Ingin rasanya dia mencakar wajah nan tampan ini. “Lap saja sendiri sana.”
“Kau menumpahkan kopi dekat asetku ini.”
Malena benar-benar marah. Lap yang dari tadi dia pegang dia lempar begitu saja di meja. “Lap saja sendiri!” raungnya.
“Kau mau ‘masa depan’ ku cacat ya?”
“Itu ‘masa depan’ mu, bukan masa depanku,” ucap malena berapi-api.
“Baiklah, kalau sampai cacat karena ulahmu, apa kau sanggup membayar semua itu? Aku seorang model ternama. Aku yakin kau tak kan mampu,” sindirnya.
Adu mulut dengan orang ini tidak akan selesai. “Baiklah, aku minta maaf,” ucapnya pasrah.
“Minta maaf? Itu tidak cukup,” terang laki-laki itu mencibir.
Kepala malena semakin berdenyut. “Mau mu apa sih?”
Senyum manis tersungging di sudut bibirnya. Mata birunya berkilat menatap netra hijau yang indah. “Mudah saja. Jadi pacarku…”
“Apaa?? Tidaaakkk!!!” raung Malena sekuat tenaga.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro