Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Malaise

"Ya, soal gedung pernikahan. Kami berpikir untuk melangsungkan acara di luar gedung."

"Luar gedung? Maksudnya pantai? Atau taman?"

"Taman ... ah, gazebo, lebih tepatnya. Untuk upacara pemberkatan ...,"

Apa yang Vil dan pihak penyelenggara itu bicarakan, semuanya tak puan dengar dengan sepenuh hatinya.

Berhari-hari ia larut dalam dilemanya sendiri, akan beban hati yang sudah menghantuinya sejak seminggu yang lalu.

"Rinnian?"

Satu tepukan di pundak itu menyadarkan si gadis dari lamunannya.

"Hm? Hah? Ya? Ada apa?" tanyanya balik.

"Kau baik-baik saja? Apa kau sakit? Kau terlihat lesu."

Vil menatapnya dengan raut khawatir.

"Aku ... baik-baik saja,"

Rinnian tersenyum.

Jawaban itu tak cukup membuat Schoenheit muda puas, ia mengernyitkan alisnya, kali ini berpindah posisi untuk menatap pujaan hati, "Kau yakin?"

Tanyanya lagi, kali ini sembari menepuk ringan pipi sang gadis.

Rinnian menarik napas kecil, sebelum dirinya mengangguk dan tersenyum simpul.

=====POPULAR=====

"Baiklah, sebenarnya ada apa?"

Tanya Vil ketika keduanya sampai di mobil.

"Tidak ada apa-apa."

Rinnian tahu, meski berbohong sekuat apapun, tunangannya bukan orang yang mudah dibodohi. Bahkan, Vil bukan orang yang bisa ditipu. Sekeras apapun seseorang mencoba mengakali Vil, ia selalu lebih maju selangkah dibanding orang itu.

Tak terkecuali dirinya.

Ia berpindah pandang, netranya menatap Vil, yang sedari tadi sudah memandanginya dengan serius.

"Aku hanya kelelahan, dengan semua tugas dari dosen. Senpai tahu kan aku murid tingkat akhir?"

Vil yang mendengarnya menghela napas gemas, "Kau pikir kita baru kenal berapa lama?"

"Rinnian yang kukenal tidak akan menatap kosong ke awang-awang disaat membahas sesuatu yang penting."

Mendengarnya membuat Rinnian tertawa lesu.

"Meski kuakui, aku tidak suka melihat dirimu yang selalu memaksakan kondisimu, kurasa itu salah satu hal yang membuatmu menarik di mataku," tambahnya.

"O ... oh??"

Jika kepalanya sekarang tak dipenuhi beban pikiran, ia yakin dirinya sudah terkesima dengan kalimat itu. Meski di awalnya ada sedikit teguran kecil.

"Ada apa?" Vil mencoba bertanya lagi.

"Aku ...,"

KRING KRING!

Mendadak, gawai si gadis berbunyi nyaring, menandakan akan ada satu panggilan masuk, tanpa banyak bicara Rinnian segera mengangkat panggilan itu. Sementara Vil dari kursi pengemudi menunggu dengan sabar.

Selesai dengan panggilannya, Rinnian kembali menatap Vil. Wajahnya terlihat kusut. Tidak ada yang tahu apa ia kecewa, atau ... senang?

"Senpai, adik ayahku.. bibi, ia mampir ke kediaman kami, dan aku diminta untuk segera kesana."

"Bibimu yang bekerja di luar Kerajaan Mawar."

Rinnian mengangguk.

Vil menghela napas pendek, "Baiklah, kalau begitu kita langsung pulang saja, kuantarkan."

"Maaf."

"Hei, jangan minta maaf. Kita bisa lanjutkan mencari gaun untukmu besok."

Tak banyak kata yang keluar dari mulut sang gadis. Hanya anggukan kecil disertai senyum simpul terukir di wajahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro