Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Enchanted

"Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untukku, senpai."

"Sudah lama kita tidak bertemu, kurasa aku pantas mendapatkan liburan ini."

Rinnian memandanginya tak percaya, "Sudah lama? Baru satu minggu."

"Satu minggu dan empat hari?" Vil mengkoreksi.

Rinnian tertawa mendengar jawaban itu, ia menendang kerikil di hadapannya sembari terus berjalan. Menyusuri taman di malam hari memang menyenangkan, bunga bunga jadi terlihat lebih indah di malam hari.

Belum lagi kunang-kunangnya.

Terlebih lagi, taman ini termasuk apa yang orang-orang sekarang sebut hidden gem, tak banyak yang tahu soal tempat ini. Membuatnya jadi tempat strategis bagi keduanya untuk menghabiskan waktu.

Ya, Rinnian mencoba mengikuti nasihat sang kakak. Ketimbang terus lari dari masalah ia memberanikan dirinya untuk bicara dengan Vil.

Dan disini keduanya kini, duduk manis di kursi taman. Tanpa bertukar sepatah kata pun. Sejujurnya ini membuat Rinnian nyaman. Duduk dan merasakan kehangatan dari masing-masing.

Namun ia kesini bukan untuk hal itu.

"Senpai."

"Rinnian."

Keduanya memanggil di waktu bersamaan. Membuat mereka sama-sama mengerjap dan tertawa lepas. Seakan semua kecanggungan beberapa waktu silam tak pernah terjadi.

"Kau duluan."

"Tidak, senpai duluan."

"Ladies first."

Rinnian menatap Vil dengan pura-pura syok, tak menyangka si taruna akan menggunakan kalimat itu kepadanya. Sementara yang ditatap hanya memberi gestur 'silahkan' kepadanya lewat gerakan bahu.

Rinnian menarik napas panjang sebelum memulai.

"Maaf, atas tindakanku yang tak wajar belakangan hari ini," katanya.

Pandangannya ia arahkan ke bawah, menatap jemarinya yang tengah memainkan bajunya, sebuah terapi kecil ketika dirinya gugup.

"Aku ...," Rinnian kembali menarik napas, "Kurasa aku sedang takut."

Vil tidak berkomentar, hanya menatap sang tambatan hati dengan wajah kebingungan.

"Senpai adalah artis terkenal, semua orang selalu memperhatikan senpai. Aku takut bahwa fakta kita bertunangan mungkin berefek kepada karir senpai. Atau bagaimana jika penggemar senpai berkurang karena hubungan kita? Karena aku?"

Ahh, muncul lagi, sifat berfikir berlebihan sang gadis. Sudah berapa lama Vil tidak melihatnya seperti ini?

"Rinnian."

Vil menggenggam lembut tangan sang puan, menggaet jemarinya dengan milik Rinnian.

"Ketakutanmu itu tidak berdasar. Aku tidak tahu apa yang kau takuti, tapi semuanya baik-baik saja. Kita baik-baik saja."

Rinnian hanya menatap lesu Vil, hati kecilnya masih merasa semuanya berat. Vil jadi teringat Rinnian yang selalu melihat layar gawainya di tiap kali pertemuan mereka.

"Ini pasti karena semua artikel itu kan? Aku sudah minta Adele untuk bicara dengan media dan menurunkan beritanya. Tapi mereka tidak semudah itu dibujuk."

Rinnian meneguk ludah kasar. Kan? Vil terlalu peka, tidak mudah dikelabui.

Lama tak ada kalimat yang tertukar diantara keduanya, Vil pun melepaskan gelak tawanya. Membuat Rinnian menatapnya heran.

"Maaf, maaf. Jujur saja awalnya aku berpikir diamnya dirimu ini karena kau menyesal telah menerima lamaranku. Aku merasa lega alasannya bukan itu," ia mengaku.

Pernyataan itu membuat Rinnian melotot, panik, "M-m-m-mana mungkin! Bisa memiliki senpai sebagai pasangan hidup, aku.. aku adalah gadis yang paling bahagia di seluruh dunia."

Kalimat terakhir itu ia ucapkan dalam bisikan, namun Vil masih dapat mendengarnya.

Gemas, Vil menarik gadis itu ke dalam pelukan erat. Hangat dan nyaman.

"Ya Tuhan, kau ini benar-benar," Vil menghela napas lega.

Rinnian terlonjak sesaat dalam pelukan itu, namun perlahan membalas pelukan tak kalah eratnya.

Rasanya tanpa perlu dibahas lagi, Rinnian sudah merasa tenang.

Ya, untuk sekarang. Ia rasa semuanya akan baik-baik saja.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro