Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

° Three °

"Ah, Kevin dan Mei. Halo."

Begitu memasuki perpustakaan dan sudah memilah beberapa buku, Mei mendapati dua sosok yang tak asing berada di salah satu tempat duduk di perpustakaan, dengan buku catatan dan buku kimia yang tergeletak di atas meja mereka.

"Halo, Su, Sherry juga." Senyuman Mei ditujukan untuk dua sosok yang sedang duduk berdua itu, netra ungunya memandang buku-buku yang ada di meja mereka. "Sedang mengerjakan tugas kimia bersama?"

"Benar, kami sempat berunding dan akhirnya Sherry mengajakku untuk mengerjakannya bersama saja," jawab Su dengan ekspresi tenang seperti biasanya. "Apa kalian mau gabung?"

Mei sebetulnya tidak keberatan jika bergabung dengan mereka, tetapi ia dapat melihat ekspresi Sherry yang seketika berubah muram. Dalam hati, Mei mengetahui-sahabatnya itu ingin menikmati momen berdua saja dengan si laki-laki pujaan.

Tetapi, ada rasa tidak enak jikalau menolak ajakan Su. Orang macam apa yang tega menolak ajakan Su, laki-laki paling baik hati dan lembut di Thousand Feathers Academy?

Mei memutar otak, memilih alasan paling tepat untuk menolak tawaran Su.

Oh, bisa. Ada satu alasan yang cocok.

Meski ia sangat, SANGAT benci melakukan ini-tetapi, demi Sherry ia akan melakukannya.

Mei menarik napas dalam-dalam, kemudian menarik lengan Kevin supaya laki-laki itu berdiri di sampingnya. Ia tersenyum kaku, "Maaf, Su. Aku pergi ke sini bersama Kevin."

Kevin nyaris berteriak terkejut, tetapi Mei mencubit lengannya dan memasang tatapan mata yang menyiratkan 'ikuti-saja'. Memahami kode dari Mei, Kevin kemudian meletakkan tangannya di bahu Mei dan memandang dua sosok itu dengan tatapan percaya diri. "Iya, benar. Maaf ya, Su. Mei ada janji denganku."

"Oh, baiklah kalau begitu." Su terkekeh senang, bagaimana pun juga-Kevin sudah menjadi sahabatnya di sini, dan sebelum itu pun ia sudah pernah dengan rumor bahwa si murid pindahan itu menyukai Mei. "Selamat bersenang-senang, kalian berdua. Aku akan melanjutkan tugas ini dengan Sherry."

"Kalian juga, kami pergi ke sebelah sana, ya."

***

Mei dan Kevin duduk berhadap-hadapan. Sepuluh menit sudah berlalu, tetapi belum ada pembicaraan lagi yang keluar dari bibir mereka. Mei sibuk membalikkan lembar-lembar halaman buku, sementara Kevin memfokuskan atensinya untuk memandang wajah Mei yang serius.

Sadar dirinya ditatapi, Mei menengadahkan kepala dan membalas tatapan laki-laki itu. Tertangkap basah memandangi Mei, Kevin langsung menatap ke arah lain.

Pada akhirnya, Mei angkat bicara, "Jangan salah paham. Aku melakukan yang tadi karena Sherry, bukan karena kau."

"Sherry? Memangnya dia kenapa?"

"... Bukankah sudah jelas dari gelagatnya? Sherry suka pada Su dan ia ingin berdua saja dengannya."

Kevin nyaris tersedak mendengar penjelasan Mei. Tak ia sangka-bahwasannya gadis itu menyukai Su. Ia tahu persis, Su juga memiliki ketertarikan yang sama padanya-tetapi, ia tidak pernah mengatakannya langsung pada Kevin.

"Oh ya? Su juga menyukai Sherry, lho." Kevin terkekeh kecil. "Aku ingat saat dia memandangi Sherry terus-terusan, sampai tak sadar aku sudah ada di sebelahnya."

"Hmm, syukurlah kalau begitu. Harusnya, mereka tinggal menyatakan cinta saja," jawab Mei tanpa memandang wajah Kevin, ia masih berkutat pada buku bacaannya.

Reaksi Mei terhadapnya selalu dingin. Meski Kevin sudah terbiasa, tetapi lama kelamaan ia merasa gemas juga. Maka dari itu, ia memberanikan diri bertanya, "Mereka saja sudah saling menyukai. Kira-kira, kapan kau akan menyukaiku juga, Mei?"

"Aku tidak tertarik pada orang yang populer sepertimu," jawabnya.

Kevin mengernyit. "Populer, ya? Memangnya, bagimu populer itu seperti apa?"

"Populer itu seperti kau, banyak penggemar, tapi terlalu percaya diri. Memangnya kau kira aku akan menerima pernyataan cintamu?"

Jawaban yang menyakitkan, rasanya cukup untuk menusuk lubuk hati Kevin yang terdalam. Kalau dipikir-pikir-ia memang terlalu percaya diri, bahkan sejujurnya sejak ia menyatakan cintanya pada Mei, Kevin sudah yakin perasaannya akan diterima.

Tetapi, justru penolakan yang ia dapatkan, dan Kevin merasa lebih tertantang dan semakin menyukai Mei yang seperti itu.

Ia berkata, "Justru bagiku, yang populer itu kau."

Kini berganti Mei yang mengernyit, sampai-sampai ia mengalihkan atensinya dari buku yang ia baca. "Apa maksudnya? Kau meledekku, ya?"

Kevin menggelengkan kepalanya cepat, tak ingin membuat Mei salah menangkap arti. "Tidak, tidak! Aku serius."

"Mau kutunjukkan kenapa aku menyebutmu populer?"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro