Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

° Four °

"Hei, kenapa kau membawaku ke sini?"

Berawal dari pertanyaan Kevin, entah bagaimana ceritanya tak lama setelah itu Kevin sudah menyeret Mei untuk pergi ke pinggiran kota, tepatnya di taman kecil yang hanya dipenuhi orangtua dan anak-anak.

"Kau kadang-kadang pergi ke sini, 'kan?"

Memang betul kalau Mei memang suka pergi ke taman itu-tetapi, darimana laki-laki itu mengetahuinya? Ia selalu pergi ke sana sendirian-tanpa diketahui siapapun termasuk Sherry.

"Tahu darimana?" Mei bertanya dengan nada penasaran, sekaligus menyelidiki laki-laki itu. "Kau membuntutiku? Dasar stalker."

Buru-buru Kevin membantah tuduhan Mei yang menurutnya tak berdasar. Sesuka apapun ia pada gadis berkacamata itu, tak mungkin Kevin akan melakukan hal nekat seperti membuntuti gadis itu seperti seorang stalker.

"Rumahku kebetulan ada di dekat sini, dan tempo hari aku melihatmu ada di taman ini, sungguh!" Kevin menjelaskan sejujurnya, tak ingin dianggap lebih hina lagi oleh Mei. "Percaya padaku! Aku tidak mungkin menjadi penguntit!"

Mau tak mau, Mei mempercayai itu. Setidaknya-ia tahu kalau Kevin takkan berani melakukan tindakan yang tergolong 'kriminal' itu. "Baiklah, baiklah. Aku percaya padamu."

"Kembali ke pertanyaanku sebelumnya, kenapa kau mengajakku ke sini?"

Senyuman cerah Kevin merekah, ia menarik lengan mungil gadis itu untuk mengikuti langkahnya, yang tentu membuat Mei menggerutu. Akan tetapi, Kevin tidak menggubrisnya, dan mengajak gadis itu untuk menuju ke area permainan yang dipenuhi anak-anak.

Begitu sampai di sana, anak-anak yang tadinya asyik bermain-main pun langsung mengalihkan atensi mereka untuk memandangi dua remaja SMA itu.

Salah satu anak kecil menunjuk Mei dengan bersemangat. "Ah, kakak cantik yang waktu itu!"

"Ini kakak yang waktu itu membuat semacam eksperimen dan membuat miniatur air terjun hanya dengan menyampur benda-benda aneh, lho! Kalian ingat, 'kan?" Anak itu memandang teman-temannya dengan antusias, teman-temannya kebingungan tetapi mereka kembali teringat sebab penampilan Mei sangat mudah diingat.

"Kakak! Ayo main dengan kami lagi! Aku belum lihat air terjunnya ... waktu itu aku sedang sakit, jadinya tidak main di sini."

"Aku juga mau lihat lagi air terjunnya, kak!"

Mei cukup kewalahan ketika anak-anak itu mengelilinginya dengan tatapan berbinar-binar. Memang betul beberapa waktu lalu ia pernah melakukan projek sains di taman itu, supaya anak-anak itu tidak mengganggunya-Mei memilih untuk membuatkan air terjun untuk mereka dengan sains sederhana.

Siapa yang menyangka, anak-anak itu malah menyukainya?

Kevin dapat melihat jelas wajah Mei yang merona kemerahan ketika anak-anak itu menyanjungnya. Sedingin apapun Mei, hatinya akan tetap luluh ketika mendapat pujian dari anak-anak itu.

Laki-laki itu kemudian menghampiri Mei dan menepuk pundaknya. "Tunggu apa lagi? Anak-anak itu ingin melihat air terjun buatanmu."

"Iya, kakak! Kami mau lihat air terjunnya!"

Mei menyentuh pipinya sendiri, ia merasa canggung sekaligus senang dalam hati. Pada akhirnya, ia menyetujui, "Baiklah, aku akan-"

"Oh, aku punya ide yang lebih bagus! Kakak cantik ini bisa membuat miniatur gunung meletus, lho! Bukankah itu lebih keren?"

Seruan anak kecil itu semakin membahana, Mei menoleh ke arah Kevin dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Hei, katanya membuat air terjun-!"

"Kenapa menolak? Jangan-jangan, kau tidak bisa membuat gunung meletus, ya~?" goda Kevin sambil tertawa-tawa.

Mendengar perkataan Kevin yang terkesan meremehkannya, Mei justru merasa tertantang. "Tsk, kau pikir aku siapa? Membuat miniatur gunung meletus adalah hal mudah bagiku!"

"Kalau begitu, lakukanlah."

"Tentu akan kulakukan!"

***

Langit sudah berubah menjadi oranye, anak-anak itu sudah kembali ke rumahnya masing-masing, menyisakan Mei yang duduk di kursi taman. Tak lama kemudian, Kevin datang menghampiri Mei, memberikannya sebotol air mineral sebelum duduk di samping gadis berkacamata itu.

"Minumlah, Mei~ Kau banyak beraktivitas hari ini."

Mei menerima air mineral pemberian Kevin dan kemudian meminumnya beberapa teguk. "Semuanya 'kan karena kau yang menyuruhku membuat hal lain setelah membuat gunung meletus."

"Tapi anak-anak itu senang, 'kan? Kau pun juga senang."

Mei menghela napas pendek. "Aku tidak senang, merepotkan sekali harus mengurus anak-anak itu."

"Kalau kau tidak senang, aku yakin kau sudah pergi sejak awal aku mempertemukanmu dengan anak-anak itu."

Skakmat, perkataan Kevin membuat Mei terdiam. Mei benci ini, ketika bersama Kevin-rasanya laki-laki itu membongkar rahasianya satu persatu.

Memang betul, ia senang ketika bersama anak-anak kecil tadi. Hanya dengan eksperimen sains sederhana, mereka kegirangan seperti mendapat harta karun saja.

Rasanya, Mei jadi teringat masa lalu-saat masih seumuran anak itu, ia juga sudah merasa bangga hanya dengan membuat eksperimen sains itu.

"Baiklah, baiklah. Kau benar, tuan pangeran Thousand Feathers Academy," kata Mei dengan nada meledek. "Tapi apa hubungannya ini dengan aku yang populer?"

"Aku tidak punya banyak penggemar sepertimu."

Kevin kemudian mengusap-usap pucuk kepala Mei. "Populer itu tidak melulu banyak penggemar dalam artian-mereka menaruh rasa padamu? Bagiku, populer artinya kau disukai orang-orang. Kau lihat, anak-anak itu suka dan kagum padamu."

"Selama ini kau menilai popularitas itu dari sekolah saja. Padahal, kau jauh lebih populer di sini, banyak orang menyukaimu. Tadi pas awal kita tiba, hanya ada lima atau enam anak, semakin lama rasanya seluruh anak di daerah sini ikut melihatmu, 'kan?"

Perkataan Kevin ada benarnya, hati Mei dapat menerima penjelasan itu. Ada rasa lega dan senang yang muncul dalam hatinya ketika ia mendengar penjelasan sederhana yang diutarakan Kevin-walau jika ia pikir dari sudut pandang rasional, perkataan Kevin hanyalah sebuah kalimat untuk menghiburnya.

Tetapi, tak apa-apa. Setidaknya, Mei menghargai Kevin yang sudah mengutarakan pendapatnya.

"Hm, baiklah. Aku menerima ucapanmu." Senyuman Mei yang tulus untuk pertama kalinya ia tunjukkan pada laki-laki berambut putih itu. "Terima kasih, Kevin."

Kevin terpana ketika melihat senyuman Mei yang tertuju hanya padanya, tawa hangat Kevin mengudara. "Bukan masalah, Mei~ Aku senang dapat melihat sosokmu yang seperti ini."

"Memangnya aku yang sekarang seperti apa?"

"Kau ... lebih terkesan manis? Biasanya, kau selalu cemberut dan berwajah dingin ketika bersamaku."

"...."

"Ah, wajahmu merona! Bagaimana? Apa sekarang kau sudah jatuh cinta padaku?"

Pertanyaan Kevin dibalas dengan sebuah tamparan pelan di wajahnya yang rupawan, membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan. "A-aku hanya bercanda, Mei!"

Mei tidak membalas perkataan Kevin, ia kemudian beranjak berdiri dan berjalan beberapa langkah ke depan. Ia menoleh ke arah Kevin, kemudian sekali lagi tersenyum tipis. "Mungkin ... sedikit? Kau berbeda dari apa yang aku duga pada awalnya."

"Berusahalah lebih keras lagi, mungkin suatu saat nanti aku bisa jatuh cinta sepenuhnya padamu, tuan populer~"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro