Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⭒❃.✮:▹ [3] ◃:✮.❃⭒

"Kita harus mencari cara agar bisa sampai ke sana," ujar Arisa serasa menunjuk tempat di seberang.

Mustahil untuk ke sana, jurang telah memisahkan wilayah itu, tidak ada jembatan untuk digunakan.

"Sudah siap semuanya?" ujar Saaya sembari menatap mereka berempat dengan senyuman tipis.

"Siap untuk apa?" ucap Arisa dengan manik yang masih menatap langit biru.

"Mencari jalan." Dalam benak Saaya terpikir untuk berkeliling ke arah yang lain daripada melewati jurang yang bukan hanya memakan waktu yang lama tetapi mustahil.

"Etto... bagaimana kita mau kemana?" ucap Tae menyarankan mereka ke tempat air terjun tadi yang tepatnya berada di sebelah timur.

"Kurasa kita harus pergi ke air terjun, tidak ada tempat yang lain lagi, kalau dilihat dari jauh seharusnya tidak ada halangan pada jalan menuju air terjun," ujar Saaya seraya mengingat-ingat area sekitar air terjun, "ayo kita ke sana."

"Em, aku setuju, Saaya-chan, di tempat aku jatuh tidak ada apa-apa, hanya ada hutan ungu ini," tambah Rimi.

"Aku tidak setuju," balas Arisa dengan tegas sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Eh? Kenapa, Arisa-chan?" tanya Rimi seraya memegang bahu Arisa.

Arisa memang sering tidak setuju dengan pendapat member lainnya, alasannya karena mereka lebih lugu.

Saaya yang sudah seperti kakak bagi mereka itu, tidak sekalipun Arisa tidak menyetujui sarannya.

Baru kali ini saja.

"Kasumi mungkin saja ada di sana." Jari Arisa menunjuk wilayah tadi, entah sudah berapa kali bahwa mustahil untuk kesana.

"Tapi-" Baru saja Tae ingin berbicara, namun Arisa memotongnya, "itu tidak mustahil, kita harus memikirkan cara." 

"Arisa, waktunya tidak akan cukup, " jelas Saaya, "kita harus mencari benda lagi, dan juga belum tentu berhasil."

"Kalau misalnya kita pergi ke tempat air terjun itu, dan bagaimana kalau Kasumi tidak ada di sana?" Suara Arisa naik setengah oktaf, wajahnya menunjukkan raut tidak senang.

"Arisa-chan...." Rimi berusaha membujuk Arisa, "sepertinya perkataan Saaya-chan benar."

"Arisa, dengarkan aku, kita semua terjatuh di sana, dan Rimi terjatuh di hutan, mungkin saja Kasumi ada disana." Arisa memang agak pemaksa, Saaya hanya perlu menjelaskannya pelan-pelan.

"Baik...," Arisa akhirnya tidak bisa berkata apa-apa, apa yang dikatakan Saaya jauh lebih masuk akal.

"Yosh, kembali ke tempat tadi!" seru Tae seraya berjalan kembali masuk ke hutan ungu.

Mereka berjalan menuju ke tempat mereka jatuh, menuju ke air terjun tadi.

***

"Indah...," puji Rimi yang baru saja melihat semua keindahan tempat Tae dan lainnya jatuh, "kalian terjatuh di tempat yang sangat indah!"

Mereka sudah tiba di tempat Tae, Arisa dan Saaya terjatuh tadi, tinggal berjalan sejauh lima ratus meter dan mereka akan sampai.

"Berhenti mengagumi keindahan ini, kita harus bergegas." Mata Arisa menatap tajam mereka semua dengan tangannya yang menujuk-nujuk air terjun besar itu.

"Ah!" Rimi tersentak, netranya menangkap seseorang sedang berbaring di belakang semak-semak kristal.

"Ada apa, Rimi-rin?" Tae langsung menggenggam tangan Rimi untuk menenangkannnya.

"I-itu...." Jari Rimi menunjuk pada semak-semak yang ada di ujung kiri.

"Eh? Ada orang?" Arisa dengan cepat berjalan menuju ke lokasi yang Rimi tunjuk, "heh!?"

"Asuka-chan!" Suara Arisa yang keras kembali terdengar, ia benar-benar terkejut karena melihat Asuka yang sedang pingsan.

"Asuka-chan," panggil Rimi yang saat ini sudah berjongkok di samping Asuka yang masih belum siuman.

Tae ikut berjongkok, lalu ia memukul pelan pipi Asuka, dengan harapan ia segera siuman.

"Ugh." Asuka mulai membuka netranya, berusaha menyesuaikannya dengan cahaya surya.

"Asuka-chan, kenapa datang ke sini?" tanya Tae pada Asuka yang masih terbaring.

"Mencari Onee-chan," jawab Asuka sambil merapikan rambutnya, "maaf, aku telah merepotkan kalian semua."

"Asuka-chan, kami pasti akan menemukan kakakmu." Saaya menepuk-nepuk bahu Asuka, meyakinkannya.

"Ayo, cepat, waktu kita tidak banyak." ucap Arisa seraya menjulurkan tangannya pada Asuka.

"Hm." Asuka memegang tangan Arisa lalu berdiri, matanya memandang air terjun itu cukup lama, "onee-chan ada di sana."

"Eh? Benarkah?" tanya Saaya, alisnya terangkat, menatap heran Asuka.

"Instingku berkata begitu," ucap Asuka seraya memegang dadanya, merasakan detakan jantungnya.

Mungkin yang dikatakan Asuka benar, kakak-beradik mungkin punya koneksi tersendiri yang hanya mereka rasakan.

"Sudah sampai." Tae memainkan air di sungai itu, sesekali ia memercikkannya pada mereka.

"Otae!" ucap Saaya berusaha menghindari serangan air Tae, kedua tangannya pun berusaha melindungi wajahnya yang akan basah.

Saaya pun memercikkan air pada Tae, begitu juga Tae yang sedang membalasnya, Rimi pun terkena percikan air itu.

"Hoi! Kalian bertiga jangan bermain, kita harus menemukan Kasumi." Suara tegas dari Arisa terdengar lagi, dan Asuka hanya menatap mereka bertiga dengan datar.

"Maaf," ujar Saaya disertai nada penyesalan, "aku tidak bermaksud untuk menunda-nunda."

Asuka mulai memasukkan kakinya kedalam air, tinggi airnya hanya selutut jadi ia masih bisa berjalan diatas bebatuan yang terlihat jelas dari atas dikarenakan permukaan airnya yang jernih.

Saaya dan yang lainnya masih memakai seragam sekolah, lengkap dengan kaos kaki dan sepatu putih mereka.

Namun sepertinya mereka tidak peduli dan tetap berjalan di air meski kaos kaki juga sepatu mereka basah kuyup.

Kaki Asuka tak sengaja menginjak sesuatu di dalam air itu, Asuka yang sadar akan hal itu pun mengangkat kakinya, melihat apa yang telah dia injak.

"Gelang?" Mata Asuka menatap gelang yang terlihat jelas meski berada dalam air, hatinya mulai gelisah.

Ia mengambil gelang tersebut, dan apa yang ia pikirkan seperti apa yang ia lihat, gelang dengan bintang merah mudah, dan juga lonceng-lonceng kecil.

"Onee-chan." Asuka mulai panik, kini ia menambah kecepatan berjalannya.

"Asuka-chan! Jangan jauh-jauh, bahaya!" seru Saaya setelah melihat Asuka yang kini berlarian di atas air.

"Onee-chan ada disini!" teriak Asuka pada mereka berempat yang membuat mereka kini ikut berlarian di air.

"Kasumi!!!" Suara mereka yang keras pun tidak akan terdengar oleh Kasumi jika ia sedang tidak sadarkan diri.

"Onee-chan!" Tepat setelah Asuka meneriaki nama kakaknya untuk kedua kalinya, ia terpeleset hingga kepalanya kini berada dalam air.

"Asuka-chan!" teriak Tae saat melihat Asuka terjatuh ke dalam air, ia berlari menuju tempat Asuka secepat mungkin.

Asuka yang berada dalam air itu melihat sesuatu- bukan, seseorang sedang berada dalam air juga.

"Haa!" Asuka baru saja ditarik keluar oleh Tae, entah kenapa Asuka sampai lupa cara berenang, padahal dia dulu anggota klub berenang.

"Onee-chan!" Jarinya menunjuk ke arah ia melihat seseorang tadi, ia begitu yakin kalau seseorang tadi adalah kakaknya, Kasumi.

Saaya dan Arisa langsung menuju ke tempat yang Asuka tunjuk, mereka berdua spontan mengangkat orang tersebut.

"Kasumi!" Arisa terkejut bukan main, itu memang Kasumi, entah ia harus sedih karena Kasumi pingsan, atau senang karena telah menemukannya.

Saaya dan Arisa langsung buru-buru mengangkat Kasumi, Tae dan Asuka juga berlari ke sana untuk membantu, begitu juga Rimi.

"Seeno!" Mereka mengangkat Kasumi bersamaan dan membawanya ke daratan.

"Onee-chan!" Asuka memanggil-manggil kakaknya yang bersandar pada lutut Saaya dengan keadaan pingsan.

Arisa menekan dada Kasumi dengan pelan, berusaha mengeluarkan air yang sudah masuk ke paru-parunya.

"Uhk!" Kasumi mulai memuntahkan sejumlah air dengan terbatuk-batuk, itu membuat Asuka dan yang lainnya merasa agak lega.

"Minna...," ucap Kasumi yang baru tersadar itu dengan lemas.

"Sst! Jangan bicara dulu," ujar Arisa sambil meletakkan jari telunjuknya di atas bibir kasumi, "kamu baru sadar."

"Onee-chan!! Aku sangat khawatir tau," Mata Asuka berair, lega rasanya melihat Kasumi sudah ada di depan matanya.

"Kalian kenapa bisa ada di sini?" tanya Kasumi yang sudah dalam posisi duduk, dengan salah satu tangannya memegang bahu Arisa.

"Aku memegang tulisanmu yang berisikan lirik-lirik lagu baru kita,"  jelas Tae, "kamu pasti tersedot ke dalam juga ketika kamu tidur."

"Ah!" jawab Kasumi seraya menjentikkan jarinya, "benar juga."

"Jadi semuanya, bagaimana kita keluar dari sini?" ujar Saaya sambil memainkan jarinya dengan gugup.

Semuanya terdiam, hening menguasai, mungkin semuanya tidak memiliki jawaban.

"Ehm, Arisa, apa saja yang kalian alami daritadi?" tanya Kasumi disela-sela keheningan akut ini.

"Kami melewati berjalan melewati hutan ungu, lalu Tae hampir terjatuh pada jurang dan-"

"Ah! Aku ingat!" seru Tae tiba-tiba, memotong perkataan Arisa, "lirik itu, sama persis, aku sempat membacanya."

"Saat aku terjatuh, temanku akan menolongku, dengan tali persahabatan yang ajaib!" Kasumi bernyanyi mengikuti nada buatan Tae.

Hal yang mereka alami sebelas dua belas dengan lirik karangan Kasumi.

"Berarti, jalan keluar kita ada di lirik itu?" tanya Asuka disertai senyuman pada bibirnya.

"Mungkin saja!" balas Rimi dengan kegirangan, rasanya tidak sabar untuk keluar dari sini, pemandangan di sini memang lebih indah, namun mereka lebih memilih dunia nyata mereka.

Kasumi meraba-raba isi kantongnya, untung saja ia menyimpan kertas kemarin malam.

"Pensil?" tanya Kasumi yang sudah memegang kertas putih kosong itu, ajaibnya kertas itu tidak basah sedikitpun.

"Ini!" Saaya selalu membawa pensil kemana-mana, sangat kebetulan mereka memerlukannya saat ini.

Kasumi mulai menulis liriknya dengan bebatuan sebagai mejanya, ia sesekali melihat ke bawah, mengingat-ingat lirik yang sudah ia tulis.

Setelah menulis hampir semua liriknya, ia pun berhenti.

"Semuanya, apa yang harus aku tulis lagi?" tanya Kasumi pada seluruh anggota Poppin' party, "aku ingin kalian yang melanjutkannya."

Kasumi sudah menulis di bagian mereka menemukan dirinya, dan meminta mereka untuk memikirkan sisa liriknya.

"Wandarando, tali persahabatan ini akan selalu ada, dalam fantasi maupun nyata." ujar Tae.

"Dunia ini berkilau namun aku harus kembali, mengucapkan selamat tinggal pada cahaya magis ini," ucap Arisa pada Kasumi yang sedang menulis kata-kata yang diucapkan Arisa.

"Cahaya kami di dunia nyata lebih terang, dengan sentuhan magis terakhir, kami kembali!" tambah Saaya.

"Satu, dua, tanda titik telah ditulis, Poppin's Wandarando telah menjadi kenangan, dan magi ini akhirnya luruh," ujar Rimi.

"Dan kami kembali." Kasumi menulis kalimat terakhir dalam lagu tersebut dan kemudian mengangkat kertasnya.

Kasumi yang telah berdiri itu pun mulai memegang tulisannya, dan benar saja, cahaya dengan kombinasi warna biru dan kuning itu pun muncul dari kertas.

"Ayo semuanya!" ucap Kasumi yang sudah mulai menghilang seraya memamerkan gigi rapinya.

Semuanya pun akhirnya memeluk Kasumi, membiarkan cahaya itu memakan mereka juga.

Sudah saatnya mereka pulang.

***

Sudah seminggu sejak kejadian dimana Poppin' party dan Asuka terjebak dalam kertas itu dan berhasil keluar.

Kertas itu masih menjadi misteri, entah liriknya yang berbobot fantasi atau kertasnya yang menarik mereka.

Tidak ada yang tahu, misteri kertas yang diberikan Ako.

Hari ini adalah hari konsernya Poppin' party di CiRCLE, dan mereka akan mempersembahkan lagu baru.

Lagu yang penuh fantasi, Poppin's Wandarando.

"Semuanya sudah siap?" tanya Kasumi pada anggota lainnya, mereka sudah berada di belakang panggung, dan sebentar lagi giliran mereka tampil.

"Siap!" seru mereka semua secara serentak.

Mereka semua pun pun mengulurkan tangan mereka di tengah-tengah, seperti biasa, sebelum mereka tampil, meneriakkan yel-yel adalah hal yang wajib.

"Popipa! Pipopa! Popipapapipopa!" seru mereka semuanya.

"Poppin' party, sudah giliran kalian," ujar Marina, salah satu staff di CiRCLE.

"Yosh!" Mereka semua pun naik ke panggung, kembali menebarkan kebahagian yang mereka bersama.

"Semuanya!! Terima kasih bagi yang sudah datang!" ujar Kasumi memberi salam pembuka pada seluruh penonton.

"Kali ini, kami bawakan lagu baru kita, Poppin's Wandarando!" tambah Kasumi lalu ia mulai bernyanyi seraya memainkan gitarnya.

Dan alunan musik pun memenuhi panggung.

- Fin -

Lemony's note

Huah, akhirnya selesai juga.

Ngomong-ngomong tadinya mau di tambah map gitu, biar kagak bingung, ya, karena kata-kata ku ambigu parah wkwkkw.

Tapi, tapi, tapi!

Gambar lemon jelek TnT, jadi ya, membayangkan lewat kalimat ambigu lemon pasti membuat kepala kalian sakit.

Terima kasih untuk yang sudah membaca fanfiction ini, love y'll 💖✨

Maaf fantasi lemon yang biasa-biasa saja :')

With love,

Lemonychee~🍋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro