Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1

Bunyi ketukan pintu sudah terdengar empat kali. Liandro masih menempel di kasur dengan layar laptop menayangkan video youtube di sebelahnya. Pemuda itu sama sekali tidak ada niatan untuk membukakan pintu. Penciuman setajam anjingnya sudah tahu sosok di balik sana, dan ia tidak ingin bertemu dengan orang itu.

"Hey~"

Bulu kudung Liandro berdiri, mata kucingnya melebar. Orang di balik pintu tadi tiba-tiba berbisik di belakangnya. Secara insting ia melompat dua meter dari kasur. Sementara itu, orang yang membuatnya demikian justru duduk bersila, tersenyum tanpa dosa.

"Jangan sembarangan teleport ke rumah orang!" desis Liandro.

"Hm ... maaf, maaf." Orang itu terkekeh. "Habis kau tidak buka pintu."

Liandro perlahan mendekat, tetapi tidak naik ke kasur. Ia meraih laptopnya dan menjeda video. "Kenapa kemari?" Ia memindahkan laptop ke meja nakas lalu duduk di lantai.

"Ih, jahat. Kayak aku cuma datang pas butuh doang."

Tatapan datar dan tidak suka langsung Liandro lontarkan. "Las, kau selalu datang kalau butuh doang."

Las, pemuda itu, diam sejenak sebelum tersenyum malu. Ia merogoh saku, lalu melemparkan kotak hitam mengilap. Liandro menangkap kotak itu, langsung dibuka.

"Itu kamera—"

"—mana ada—oh." Liandro hendak mengejek kalau-kalau Las salah membawa barang, tetapi ketika pemuda itu mengubah mata manusianya menjadi mata elang, ia dapat melihat sesuatu super kecil di sana. "Terus?"

Las menghela napas, berusaha tabah dengan sikap tidak suka Liandro padanya. "Kau berubahlah jadi semut, terus aku akan memasang kamera padamu."

"HAH?" Liandro tidak tahu ekspresi macam apa yang ia pasang, ataupun omong kosong yang Las lontarkan. "KENAPA KAU TIDAK BUAT ROBOT SEMUT?!"

Las berpindah dari kasur ke depan muka Liandro. Pemuda itu mencengkeram kedua bahu Liandro. Dengan tubuh lebih tinggi sepuluh sentimeter, ia memandang Liandro dari atas. "Ayolah! Aku ingin tahu bagaimana jadinya kalau dipasang ke semut betulan."

"Kau pikir aku semut betulan?!" protes Liandro.

Akan tetapi protes itu tidak terdengar oleh Las "Padahal aku mau buat film dokumentasi, tapi robot semut 'kan tidak bisa sembarangan masuk ke sarang semut."

"Terus menurutmu aku bisa?!"

"Makanya kita coba dulu!"

Las tersenyum percaya diri dan menatap penuh harap, tetapi di mata Liandro, dengan backlight, orang itu tampak seperti setan. Setan yang selalu mengajaknya ikut ke neraka.

"Ya sudah." Liandro menghela napas lagi. "Minggir dulu."

Senyum lebar Las berubah jadi senyuman lega. Ia mundur dua langkah, sambil tidak melepas pandangan dari Liandro.

Liandro menghela napas ketiga ketiga kali. Dengan pandangan malas ia pandang kotak itu. Mendadak ia menyesal tidak langsung kabur sejak awal hanya karena mager.

"Las," panggil Liandro.

"Hm?"

"Kenapa kau—" Kaki kiri Liandro mundur, dan tangan kirinya pun ikut. Dengan sekuat tenaga ia cepat melempar kotak itu. "—tidak minta tolong abangku!"

Kotak itu melesat cepat, tetapi berhasil ditangkap Las tepat waktu sebelum menghantam tembok berkat teleportasinya. "Hm? Jangan gitu—Lian?" Ketika tersadar, Liandro telah menghilang.

***

Las muncul di depan pintu rumah sebelah, lalu mengetuk pintu, "Nila ...."

Gadis berambut sebahu membukakan pintu. "Las, ada perlu apa?"

Las tersenyum lemas, itukah pertanyaan pertama muncul di kepala gadis itu? Pemuda mendadak penasaran, apakah ia benar tampak seperti orang yang hanya datang jika butuh?

"Liandro di sini?"

Nila menunjuk ke kirinya, tepatnya ke rumah Liandro di sebelah. "Tidak ada? Kamu suruh Andro apa lagi?" Nila tersenyum jail, agak ingin tahu.

Las menggeleng, lalu tersenyum ramah. "Hm, hanya minta tolong untuk projek. Kalau tidak ada aku pulang saja. Terima kasih. Salam buat Kak Denta."

"Mampir du—" sebelum Nila selesai, pemuda itu sudah lenyap. "Yah ...."

Nila menutup pintu. Dari balik lengan baju panjangnya, seekor ular hijau kecil merayap keluar. Si gadis mengangkat tangannya agar bisa bertatapan dengan si ular. "Sudah tuh."

"Tunggu dulu." Karena anatomi binatang tidak mendukung, Liandro berkomunikasi melalui telepati. "Dia bisa balik kapan aja."

Nila hanya ber-oh pendek. Sambil berjalan, ia memindahkan Liandro ke lehernya.

"Kalian makin akrab, ya?" celetuk Nila.

"Sembarangan!"

"Jadi cemburu ...."

"Cemburu?" nada bicara Liandro berubah, kentara penasaran.

Nila berhenti di depan kompor. Mereka sudah sampai di dapur. Ia menoleh ke Liandro, menatap mata mungil pemuda yang sedang menjadi ular itu.

"Andro, gantiin gas dong."

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Kamu cemburu ke siapa?"

"Aku serius, gasnya habis." Tidak mengacuhkan pertanyaan Liandro, Nila berjongkok mengambil gas yang telah kosong. "Nih, gantiin, ya?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro