XXVII. | Menuju Caelia Selatan
Di hari keberangkatan, stasiun kereta sekolah penuh berjejal dengan keseluruhan murid. Dua belas murid Kelas Sembilan, lima belas murid Kelas Tiga, lima belas murid Kelas Enam, mereka menjalankan tugas mereka dengan cepat dan teratur, tidak perlu lagi menunggu aba-aba dari Instruktur.
Kelas Tiga menjadi yang banyak berurusan dengan peralatan tempur dan perkeretaan, sementara Kelas Enam mulai menaikkan perbekalan dan memeriksa bahan bakar dan cadangannya. Kelas Sembilan membantu sebisa mereka untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal maupun jatah persediaan tidak sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.
Setelah selesai mengabsen para murid tiap-tiap kelas, pada Senin tanggal 15 Agustus, tepat pukul 6 pagi, kereta diberangkatkan menuju Redcrosse. Perjalanan mereka akan memakan waktu kurang lebih dua belas jam, lebih singkat dibandingkan menuju Barrows. Lalu lintas menuju Barrows lebih padat ketimbang rel percabangan menuju Redcrosse yang hanya dioperasikan satu jenis perjalanan kereta dengan rute tunggal, menurut anak-anak Kelas Tiga yang memegang kemudi kereta.
Kota Redcrosse, sama seperti Kota Folia, terletak di perbatasan antara provinsi. Namun, karena letak mereka yang strategis dekat dengan sebuah tanjung, daerah kota itu lebih cenderung jelas pada Provinsi Caelia dibandingkan Kota Folia yang kerap disebut sebagai bagian Bluebeard.
Keadaan kereta yang penuh orang pun memaksa mereka membagi sif untuk penggunaan gerbong tertentu seperti gerbong makan pada jam-jam yang telah ditentukan. Ann telah mengira akan ada waktu santai di kamar gabungan sambil tidur-tidur cantik, tapi tentu saja Instruktur Bathory sudah 'menyewa' gerbong meeting untuk mengadakan kelas, sama seperti Ekskursi Daerah bulan kemarin, sementara kelas lain mengadakan agenda mereka masing-masing di gerbong terpisah.
"Hari ini, kita akan belajar Sejarah!" pekik Instruktur Bathory senang, yang disambut jelas oleh tuaian nafas lesu. "Sebelum kalian berkomentar kalau saya bukan guru Sejarah, ini berhubungan dengan mata pelajaran Aplikasi Sihir."
Ann memaksa dirinya untuk duduk tegak sebelum dipecut oleh Instruktur Bathory yang mulai berjalan di kisi-kisi antara kursi sambil ia menyalakan proyektor di gerbong pertemuan dengan sekedar jentikan jari.
Di layar terkembang itu tertulis, Klan Titania dan Asal Teknik Sihir Angia, sebuah topik yang pernah disebutkan ketika mereka hendak mengendarai Warden untuk pertama kalinya.
Selama ini dan selama yang Ann perhatikan, pelajaran sihir oleh Instruktur Bathory adalah lebih untuk optimasi penggunaan sihir baik oleh penyihir di kelas mereka maupun pada mereka yang menggunakan sihir untuk meningkatkan kekuatan serangan atau pertahanan. Ann tidak menggunakan sihir sama sekali tapi tentu saja ia harus membuka matanya untuk mata pelajaran yang sangat ia benci ini.
"Seperti yang kalian ketahui pada dasar sihir, kita meminjam energi dari sebuah sumber selayaknya air yang didapat dari sungai - kita mengambil energi dari garis ley - leyline." layar itu bergeser ke sebuah garis besar pengertian leyline.
"Manusia bisa memanfaatkan energi ini namun tidak semua manusia bisa memanfaatkannya dengan benar, ini dikarenakan tubuh manusia yang sulit beradaptasi dengan energi eksternal yang lebih kuat. Oleh karena itu, diciptakanlah katalis yang kalian kenal sebagai Cincin Peri sehingga tidak perlu lagi kalian kelelahan atau kepayahan akibat meminjam energi dari garis ley."
Layar bergeser ke halaman selanjutnya, sebuah lukisan yang familier bagi Ann. Mereka semua melihat lukisan ini di atap bangunan terbengkalai milik bangsawan Leanan yang telah punah, sebuah ilustrasi mengenai awal peri dan manusia bertemu di daratan Angia.
"Sebelum kita menuju detail rancangan di balik Cincin Peri, saya ingin mengingatkan kembali soal sejarah awal mula. Sylph dan turunan-turunannya yang turun dari langit dan bertemu manusia kemudian membina hubungan harmonis sehingga daratan Angia mulai hidup," ah, Ann sering mendengar petikan ini dari tiap kelas Sejarah yang asli dimulai. "Di sinilah terbentuk sebuah klan yang merupakan asimilasi dari peri dan manusia yang lalu diberi nama Titania."
Gambar ilustrasi di layar berikutnya sangatlah indah. Mereka adalah manusia normal tanpa sayap, tapi tubuh mereka seakan berpendar dengan sendirinya. Seperti kunang-kunang di malam hari tanpa cahaya. Ilustrasi pendamping yang menyertai gambar manusia Titania adalah kemampuan mereka dalam mengendalikan garis ley, yang disimbolkan dengan elemen-elemen dasar dunia: api, air, tanah dan udara.
"Klan Titania diberi kelebihan karena memiliki tubuh manusia namun kekuatan setara peri sehingga mereka tidak terlalu membutuhkan katalis dalam menghimpun kekuatan," Instruktur menjelaskan. "Mereka juga mampu mengoperasikan teknologi mereka sendiri, yaitu seperti Warden Titania asli yang sampai sekarang tidak bisa digunakan setelah klan ini punah."
"Instruktur, interupsi," Val menjeda. "Jadi, klan ini lebih maju dari manusia sekarang yang 'baru' menemukan Warden?"
"Benar. Saya rasa kemajuan ilmu sihir adalah kontribusi terbesar dari gagasan teknologi mereka," Instruktur Bathory menjawab. "Akan tetapi, manusia-manusia biasa yang merasa direndahkan oleh kelebihan itulah yang memantik terjadinya Perang Seratus Hari."
Ilustrasi berikutnya adalah daratan yang menyala karena api perang. Peri-peri diburu oleh manusia yang serakah akan kekuatan. Mereka yang mampu untuk pergi dari daratan Angia pun pergi. Ada juga mereka yang menyerahkan diri dan memilih untuk menetap. Sylph akhirnya mendamaikan tanah itu seratus hari kemudian, walau bayarannya adalah musnahnya klan asimilasi dan rasa dendam para peri yang tersisa. Perlahan-lahan, zaman para peri pun usai dan kisah itu terpatri menjadi sebuah sejarah.
"Apa itu artinya kita sudah jahat?" tanya Hana polos.
"Ya, tapi menurut rekam jejak perang, pihak Peri-lah yang memulai perang ini. Mereka mungkin tidak menduga akan dikalahkan oleh manusia yang mereka pikir tidak punya apa-apa."
"Jadi, peri yang lebih jahat?"
"Saya tidak bisa menyimpulkan siapa yang jahat, yang bisa saya tekankan adalah perang ini tidak akan terjadi bila tidak ada kecemburuan sosial dari manusia dan pihak peri yang memanfaatkan ketengangan di antara kedua belah pihak," Instruktur Bathory menjelaskan. "Menurut catatan lama di Kota Suci, perebutan tanah sengketa antara pihak peri dan manusia kerap terjadi di era tersebut."
"Sama-sama busuknya." pungkas Alicia.
"... Kesimpulan yang cukup kasar, Kadet Curtis, tapi saya paham dengan jalan pikiran tersebut."
Di layar berikutnya, tergambar sebuah ruangan raksasa dengan banyak sangkar. Di tengah-tengah ruangan, terdapat dinding yang terukir relief peri besar bersayap enam. Sebuah pemandangan yang tidak biasa tapi Ann mengenal sayap itu sebagai sayap-sayap Sylph.
"Berikutnya, saya akan membahas teknologi Cincin Peri, yang awalnya ditemukan di tempat ini -- sekarang tempat ini dinamakan Lahan Suci yang letaknya tepat di Norma," Instruktur Bathory memulai. "Di sana, ilmuwan terpandang menemukan sejenis batu yang dapat dengan mudah menghubungkan antara garis ley dan sirkuit sihir yang secara alamiah dimiliki masing-masing manusia. Batu itu kemudian ditempa menjadi cincin, dan teknologi seputar Cincin Peri berkembang dari sana."
"Apa masih menggunakan batu yang sama, Instruktur?" tanya Blair.
"Ya, walau sekarang sudah ada material turunan yang sebanding dengan batu yang mereka temukan di Norma," Instruktur Bathory melanjutkan. "Mereka menamai batu itu sebagai Bloodcalyx karena warnanya gelap seperti darah dan memiliki struktur seperti kelopak bunga."
Serempak kelas menyuarakan kekaguman mereka tentang hal tersebut, suara o yang cukup lama dan panjang.
Ann menatap gambar Lahan Suci sekali lagi, mengernyit. Tidak ada tempat seperti itu di Kota Nelayan, tidak juga rumah ibadah yang dibuat persis dengan suasana sedemikian rupa, lagi Ann merasa pernah melihat tempat itu sebelumnya.
Tapi, di mana? Apa mungkin di ibukota Caelia, Euryale? Euryale punya banyak bangunan tua bersejarah juga, kata kakaknya.
"Kenapa, Ann, mukamu terlihat bodoh."
Fiore yang duduk disampingnya berbisik.
"Tumben kamu nggak bertanya soal sejarah, oh pemegang peringkat tertinggi di sekolah."
Pemilik rambut pirang itu hanya terdiam, tidak juga mendecih atau menggertakkan giginya tanda kesal. Mata kirmizinya menerawang ke arah Instruktur Bathory yang mulai menjelaskan lebih lanjut tentang pembuatan Cincin Peri dan pemanfaatan Bloodcalyx serta lokasi tambangnya di sekitaran tanah Angia.
"Aku merasa pelajaran ini membosankan."
"Mau kubilang ke Instruktur biar beliau tahu?"
"Kamu bisa nggak sih sekali-sekali diam?"
Ah, Fiore sudah menggigit seperti biasa. Ann pun nyengir.
"Nih, aku diam."
"... Terserahlah."
Lahan Suci Para Peri. Lukisan Pertama. Cincin Peri. Perang Seratus Hari. - Ann tidak menyukai sejarah, walau ia merasa ada sebuah benang merah di sana.
Benang merah yang tidak bisa ia tarik menjadi kesimpulan. Ada yang hilang. Ini pertama kalinya sesuatu hilang mengusiknya.
Tapi, apa? Bukankah segalanya sudah lengkap dan mereka hidup meminjam kekuatan para Peri yang mereka pernah perangi sebelumnya? [ ]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro