Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XIII. | Persiapan

Minggu kedua dari hari awal sekolah, lima hari sebelum hari keberangkatan mereka ke ibukota Provinsi Leanan, sudah dijadwalkan oleh wali kelas mereka untuk melakukan 'tahap persiapan'.

Ann sudah mengira-ngira persiapan yang dilakukan akan merepotkan, dan entah kenapa ia cukup kesal karena instingnya benar.

Walau mereka bukan bagian kelas yang butuh untuk mengetahui pembuatan barak, dapur umum dan lumbung senjata, dikarenakan satu atau dua hal, siswi-siswi Kelas Tiga dan Kelas Enam tidak bisa turut semuanya dalam Ekskursi Daerah. Alhasil, siswi-siswi Kelas Sembilan pun digilir untuk belajar cepat cara membuat barak, teknik menghitung, mempersiapkan dan menyiasati stok obat dan makanan, mempersiapkan bahan-bahan tertentu yang digunakan dalam keadaan darurat, dan Ann sudah tidak mau ingat apa saja yang mesti mereka pelajari dalam lima hari.

Mereka akan tidur di dalam kereta pribadi sekolah, tapi barak sebagai simbol keberadaan mereka di tempat itu tetap harus dibangun. Sudah setengah jam mereka mempelajari simpul-simpul tali, bagaimana menggunakan palu yang benar, juga bagaimana mengatur sudut untuk memasang pancang.

Ann bahkan sudah tidak menghitung berapa kali ia menguap, dan Blair yang duduk di depannya masih saja terbahak. Mereka tengah duduk di atas rerumputan lapangan utama, dijemur di terik matahari siang bulan Juli. Mereka tidak boleh bubar sampai paling tidak satu tenda jadi dan tidak roboh ketika ditendang.

Ya, tadi Instruktur Faye menendang pondasi tiang mereka seperti wanita sembrono yang sengaja tersandung, tenda mereka bubar. Memalukan juga ketika anak-anak Kelas Tiga sudah mencontohkan mereka dengan lima tenda dalam setengah jam.

"Kuapku selucu itu kah?"

"Nggak, aku cuma salut karena kamu nggak menyembunyikan rasa bosanmu," ia melirik ke arah kanannya, menyenggol sedikit punggung Alicia. "Nggak kayak si narapidana satu ini."

"Blair! Jangan senggol! Nanti simpulnya cop--tuh kan!"

Tali sambung yang mereka bertiga buat terputus lagi, tenda yang semula sudah separuh tegak sekarang kempes lagi. Val segera menghampiri mereka dengan geram.

"Niat sedikit kenapa sih!?" pekiknya.

"Iya ketua iyaa~" Ann menahan kuap lebarnya lagi.

"Kalau nggak selesai-selesai, aku nggak akan biarkan kamu tidur malam ini, Ann Knightley!"

"Eeh~"


Hari-hari yang semula terasa panjang karena pelajaran demi pelajaran dan kegiatan demi kegiatan, kini terasa makin panjang akibat materi ekstra itu.

Untungnya, setelah intens mengulik tali-temali dan pancang, mereka tidak lagi membuang waktu lama untuk membuat tenda dan (akhirnya) membentuk dapur umum. Mereka tadi tidak boleh makan siang sampai bisa mendirikan tenda, lalu mereka mulai menghimpun dapur umum dengan peralatan yang disediakan.

"Tidak semua kayu bisa digunakan untuk dibakar di dapur ya," Instruktur Lysander memperlihatkan jenis-jenis kayu ke hadapan mereka. Beberapa siswi tengah memilih kayu untuk menopang alat-alat masak di atas tungku api. "Seingatku pohon di Leanan kecil-kecil, jadi kalian harus mengumpulkan banyak ranting-ranting dan daun kering."

"Instruktur Lysander, kapan kita boleh memegang Warden?"

"Pertanyaan yang tidak masuk akal dengan tema dapur umum, Kadet Wiseman." ia menghela nafas panjang. Sepertinya belum cukup Gloria bertanya soal Warden di dalam kelas Ekonomi, berulang-ulang. "Rasanya sudah diingatkan dari awal kalau kita tidak akan ke Leanan membawa Warden, kalian juga belum diberi kurikulum Warden."

Gloria mendesis. Dia dengan cepat berbalik badan dan mencoba membantu yang lain. Instruktur Lysander kemudian menjelaskan bahan masakan yang bisa ditemukan di alam dan cara membedakan bunga atau jamur tertentu beracun atau tidak.

Ann tidak ingin menghafal, paling tidak ia ingat untuk jangan menyentuh jamur yang berwarna cerah atau bunga yang wangi sekali. Kalau tidak salah, kakaknya pernah bilang kalau misal dia tidak yakin, tangkap saja apapun dari laut. Di laut dangkal, tidak ada ikan berbahaya yang dapat terpancing, menurutnya.

Sayangnya, daerah Leanan yang mereka kunjungi masih jauh dari laut.

"Oh ya, kalian semua harus masak. Jangan sampai saya cuma lihat kadet Muriel yang masak, paham?"

Setengah dari kelas turut mendesah pilu.


Makan siang kala itu diisi oleh Instruktur Bathory dan Muriel yang mengajarkan untuk membuat kari. Berdasarkan perintah Instruktur Lysander untuk menyuruh mereka semua memasak, disediakan dua belas pot untuk berkreasi. Resep kari milik Muriel dan kari yang dibuatnya menjadi variabel kontrol.

Di bawah tenda panjang yang mereka bangun, di atas kayu api menyala yang mereka sudah siapkan, di tengah sengat matahari tengah hari, sebelas orang berkonsentrasi membuat kari mereka masing-masing. Selayaknya kompetisi, mereka berfokus untuk menghemat waktu dalam menyajikan makanan.

"Kenapa kari? Bukannya ada juga ration militer?" tanya Eris saat ia mengaduk pot miliknya sesuai instruksi. Instruktur Bathory tengah berdiri di depan pot miliknya.

"Kari itu bisa dibilang makanan mewah, mengingat dalam keadaan terburuk, kalian akan makan tanpa mencecap ada rasa ketika bertugas," jelas Instruktur, ia tampak bangga ketika menjelaskan. "Tapi, kari juga termasuk makanan yang praktis, cepat dan mengenyangkan. Hampir seluruh barak di antero Angia menyukai kari. Bahkan mereka punya resep kari tersendiri di barak-barak tertentu."

"Begitu, alasan yang kompleks. Jadi kari disini sudah mengakar menjadi tradisi." Eris mengangguk-angguk. "Lalu, ada satu hal yang mengganjal di benak saya, Instruktur."

"Ya?"

"Mengapa kari buatan Hana cenderung hijau padahal kami semua menggunakan bahan yang sama?"

Instruktur Bathory segera menyuruh Hana untuk berhenti memasak dan memerintahkan semua orang menjauh dari pot kari hijau tersebut.

Terlalu banyak hal terjadi hari ini, kepala Ann rasanya hampir pecah, tapi kari masakan anak-anak Kelas Sembilan bisa dibilang cukup enak. Blair penasaran apa yang sebenarnya dimasak Hana, tetapi pot misterius itu sudah diamankan dan Hana sudah diberi sedikit 'wejangan' oleh Instruktur Bathory soal memasak. Mungkin mereka tidak akan melihat lagi Hana memasak selama beberapa waktu, atau, selamanya mereka tidak akan melihat Hana memasak.

Lobi asrama malam itu lebih sepi dari biasanya. Ruang latihan yang setiap malam tertutup karena Eris sibuk di dalam sana kini terbuka, kosong melompong. Ruang makan asrama pun sudah tidak berpenghuni, walau baru saja satu jam lewat dari jam makan malam. Kamar mandi yang umumnya riuh rendah hanya berisi satu-dua orang, tidak ada anak Kelas Sembilan yang mondar-mandir atau duduk-duduk di lobi asrama.

Cuma Ann, yang kebetulan malas sekali menggerakkan diri sehabis mandi, merasa tiap sendi tubuhnya ngilu dan otaknya panas karena berpikir seharian sambil diberkahi matahari siang. Ia menggunakan handuk bekas mandi untuk menutup matanya, diam dalam sensasi dingin sekejap. Kepalanya bersandar nyaman di kepala sofa lobi yang memang terkenal empuk.

"Boleh aku duduk di sebelahmu?"

Ann beringsut dari posisi setengah tersungkurnya, mendapati mata merah tajam Karen menatapnya balik. Sama sepertinya, Karen terlihat baru saja selesai mandi. Masih ada titik-titik air di rambut peraknya. Sesekali ia mengelap wajahnya dengan handuk.

"Duduk saja."

"Terima kasih."

"Tidak ada orang lain selain kita."

"Aku sekedar basa-basi."

Senyumnya tersungging sedikit. Ia turut menyandarkan kepalanya di badan sofa, hela nafas panjangnya menimbulkan jejak putih. Malam bulan Juli tidaklah dingin, tapi Karen terlihat seperti orang yang baru saja melewati badai salju: pucat, sedikit kemerahan di pipi dan di ujung-ujung jari.

"Mumpung kita sendiran," Karen mengimbuh. "Apa itu kemampuan alamimu?"

Ann mengerling, "Apa?"

"Deduksi berdasarkan fakta lokasi."

Ann tidak terlalu paham apa maksud perkataan Karen, lagi sirat yang dipancarkannya mengatakan, 'aku tahu kamu tahu apa yang aku maksud' atau 'aku tidak minta perdebatan yang tidak perlu'.

Satu-satunya yang terlintas di benak Ann adalah saat Instruktur Bathory memuji grup mereka sebagai satu-satunya yang menjawab 'soal' dengan 'tepat'; tidak melawan robot kedua, juga memberi solusi ketika melawan Golem Penjaga.

"Aku tidak tahu itu kemampuan alami atau bukan," Ann mencoba apa adanya. "Aku cuma ... sekedar tahu."

"Begitu." jawaban Karen terdengar netral, namun ada ketidakpuasan di sana, dengan dirinya melipat tangan di depan dada.

Jam di ruang lobi telah menunjukkan tepat sembilan malam. Masih ada satu jam menuju Jam Malam. Lorong-lorong telah senyap lebih cepat, kemungkinan karena semua sudah capek dengan hari ini, terutama Kelas Sembilan. Ann masih tidak ingin pergi dari sofa itu, berat tubuhnya sudah nyaman ditangkap permukaan lembut, mungkin ia bisa saja tidur di sana.

"Bagaimana rasanya sekamar dengan Gloria?"

Ann sekejap menaikkan kepala. Pertanyaan yang terlampau sangat asal, acak. Tidak Karen.

"Gloria, dia ... menyukai robot dan teknologi, atau mungkin fanatik? Dia pernah tidak tidur semalaman hanya untuk membetulkan jam weker," Ann memulai. Rasanya aneh kalau dia menjawab terlalu singkat, pertanyaan itu terasa begitu serius. "Dia tidak mengganggu. Dia ... pendengar yang baik? Kurasa."

"Baguslah."

"Tapi kuminta kamu saja yang duduk sama dia kalau kelas Ekonomi Militer."

"Capek meladeni obsesinya dengan Instruktur Lysander?" Karen terkekeh.

"Sangat."

"Boleh saja, kuterima permintaanmu."

Mereka menikmati sunyi yang nyaman selama kurang lebih lima belas menit, hingga Karen memutuskan untuk berdiri.

"Kamu berbakat, tapi kamu terlalu cuek, Knightley."

Ann melengos. "Kakakku juga bilang begitu."

"Jangan terlalu tak acuh, nanti kamu cepat kehilangan sesuatu."

"Kakakku juga sering bilang begitu."

Karen tersenyum, terlihat puas dengan sesuatu yang ia simpulkan.

"Selamat malam, Knightley," dan ia memberi sebuah peringatan. "Ingat saja pesanku baik-baik." [ ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro