XII. | Ekskursi Daerah
Sejenak, Ann berpikir bahwa segala elemen dunia sudah bersekutu mendadak untuk membuatnya tidak pernah bersantai semenjak menetap di Sekolah Militer Dresden. Menduga bahwa dia telah menyesuaikan diri dengan kehidupan kelas dan sekolah, datang agenda mendadak Battle Royale yang membuatnya siaga. Dan, beberapa menit usai Battle Royale, ketika ia sudah berharap mandi petang dan mengira-ngira menu makan malam asrama, datanglah tamu baru yaitu Ekskursi Daerah.
Mungkin, mungkin ini adalah ganjaran karena Ann berpikir bahwa Kelas Sembilan berkurikulum tidak jelas dan tidak sesuai namanya dengan kelas-kelas lain.
Ann merasa pernah mendengar nama ‘Ekskursi Daerah’ dari buklet perkenalan sekolah, tapi ia tidak ingat sama sekali soal detailnya. Terkubur bersama tetek-bengek persekolahan lainnya yang Ann tidak mau terlalu ingat. Mengingat nama anak-anak sekelasnya saja sudah merupakan keajaiban.
Belum genap seminggu, terus-menerus ledakan kejutan menghampirinya, bagaimana nanti kalau sebulan letupan-letupan itu masih ada?
Auditorium yang berada di jantung wilayah sekolah tidak banyak berubah sejak hari pertama orientasi siswi. Tidak ada lagi kursi-kursi tempat duduk siswi baru, namun podium tinggi kayu dengan lambang pedang bersilang Dresden tidak dipindahkan kemana-mana, menetap sebagai sosok statis yang mengawasi ruangan berlantai parket mengkilap yang kosong.
Kepala Sekolah tidak menguasai mimbar hari itu, ia berdiri di lantai dasar dalam sikap istirahat, menunggu murid-murid Kelas Sembilan datang. Kini, tanpa perlu melihat kanan dan kiri, mereka akan membentuk barisan rapi dengan sendirinya. Tidak ada lagi suruh-menyuruh untuk menjadi yang terdepan di kepala barisan. Instruktur Bathory turut di samping Kepala Sekolah Durandal, yang kini tegap pada sikap sempurna.
Kepala Sekolah Durandal tidak terlihat lebih tua dari Instruktur Bathory, walau tidak setegap Instruktur Faye. Surai peraknya lebih gelap dibandingkan Karen, cenderung abu-abu monokrom, digerai sederhana sepunggung. Jas milik Kepala Sekolah berwarna hijau botol, dengan gelar kepangkatannya berupa tiga bintang di bahu kanan dan kiri. Lencana dengan logo setengah sayap berwarna emas tersemat di dada kanannya, perlambang Sylph yang merupakan peri utama Angia di masa lampau.
“Sudah bisa dimulai?”
Dua belas suara bersatu dalam seru setuju, yes ma’am, lantang dan keras.
Layar interaktif besar, mungkin yang paling besar di Sekolah Militer Dresden, melayang tepat di depan mimbar. Layar itu menunjukkan peta Angia, tepat diperbesar di bagian Kota Folia, tempat mereka berada sekarang. Kota Folia merupakan kota yang berada di antara dua Provinsi, batas antara Bluebeard dan Leanan hampir kurang kentara, tapi Kota Folia merupakan bagian dari Provinsi Leanan secara utuh.
“Sudah sejak awal Kelas Sembilan ditambah sebagai kurikulum baru di Dresden, kelas ini memiliki mata pelajaran khusus yang dinamakan Ekskursi Daerah.” suara Kepala Sekolah Durandal tegas lagi lembut. Aksentuasi di poin-poin tertentu terdengar lugas, alih-alih memperjelas maksud.
“Seperti tujuan Dresden untuk membentuk pribadi yang cakap untuk memimpin pasukan dan membuat keputusan cepat, Ekskursi Militer ini dimaksudkan agar kalian mengenal Provinsi-Provinsi di Angia beserta masalah-masalah yang mereka hadapi di keadaan nyata.”
Layar bergeser sedikit ke kiri, diperbesar ke Leanan, tepat di sebuah kota berlabel ‘Barrows’. Penanda titik ada di atas nama kota tersebut, berpendar berwarna hitam.
“Lima hari dari sekarang, kalian akan berangkat menuju tugas pertama kalian, yaitu ibukota Provinsi Leanan, Barrows,” ia melanjutkan. “Memang, belum satu bulan kalian belajar di bawah naungan Dresden, tapi saya berharap kalian mampu beradaptasi.”
Leanan, Ann mengerjap, Provinsi asing, dan kini ia akan menuju ibukota provinsi asing.
Ekskursi Militer itu, sesuai penjelasan Kepala Sekolah, meliputi mereka membangun barak sementara di area yang telah disiapkan. Mereka juga akan menemui kepala daerah setempat dan menerima tugas lanjutan dari beliau. Lima hari yang mereka punya sebelum keberangkatan akan digunakan untuk bersiap-siap, mereka akan sepenuhnya dipandu oleh Instruktur Bathory dalam segala tahapan mulai dari persiapan, keberangkatan, pelaksanaan tugas, dan pelaporan.
“Semoga Angin bertiup ke arah yang seharusnya.”
Kepala Sekolah menutup pidatonya dengan slogan suci Angia dan mereka akhirnya diperbolehkan bubar untuk menikmati sisa akhir minggu.
✾
Malam itu, hal yang tidak biasa tengah terjadi. Mereka berdua belas menikmati makan malam bersama di meja terpanjang di ruang makan asrama, entah apa alasannya. Muriel memasak sup jagung dan bubur kentang, yang langsung saja ia boyong ke meja mereka bersama panci-pancinya.
Ann mengambil banyak-banyak dari panci bubur, mengambil kursi terjauh untuk diam dan menikmati makanan sementara topik mengenai Ekskursi Daerah mereka mulai bergulir.
“Leanan ya … oh, Ketua Kelas, bukannya kamu dari Leanan? Berarti kamu bisa menjadi penunjuk jalan?” tembak Blair.
“Bukan cuma aku, ada Fiore Angelica Alba dan juga Lucia Florence.” Val membenarkan.
Fiore, yang duduk tepat di sebelah Val, mendelik, “Tunggu! Aku kurang tahu soal ibukota!”
“Hah? Tinggal di desa mana kamu? Belum pernah ke Barrows sebelumnya?”
Fiore sejenak gelagapan, “Agak di utara.”
“Utara,” Val mengulang, terlihat berpikir tapi dengan cepat mengiyakan. “Kalau kamu, Lucia Florence?”
Lucia sedari tadi tidak mengangkat sendoknya, hanya memainkan bubur di mangkuknya. Bibirnya mengatup, ia tertegun. “Saya?”
“Ya, kamu tinggal di mananya Leanan?” Blair yang menjadi jubir Val, mengulangi pertanyaan.
“Oh,” ia menjatuhkan sendok. “Saya tinggal ... tidak jauh dari Barrows.”
“Nah, berarti kamu juga bisa jadi penunjuk jalan,” tukas Val.
“Kita tidak boleh ke tempat selain tujuan ekskursi, ‘kan?” Karen bertanya. “Apa penunjuk jalan sangat diperlukan?”
“Oh, bisa saja misal seperti Hana tiba-tiba menghilang dari barisan-”
“Blair jahat! Hana tidak seliar itu!”
“Aku tidak menyebutmu liar!” sambutnya dengan gelak tawa, ia berdiri untuk mencubit pipi Hana.
“Dan, ya, kami juga mengawasi satu tahanan agar tidak kabur.” Eris menimpali.
“Tuan putri, kamu jahat sekali untuk mengiraku akan kabur darimu~”
“Diam, Alicia.”
Ann menopang dagunya menonton keramaian Kelas Sembilan yang kurang lebih sudah berbaur. Obrolan masih banyak disetir oleh tim hore (Blair, utamanya) tapi Ann sudah mendengar lebih banyak suara ikut menimbrung.
Di tengah pembicaraan yang mulai hangat tentang serba-serbi soal Leanan, Lucia tidak sekali pun ikut menjawab, masih mengaduk-aduk bubur kentangnya hingga hampir terpisah massa padat dengan airnya. Sesekali ia menyendok sedikit ke mulutnya, lalu kembali mengaduk.
“Buburnya asin?”
“Ah, tidak. Masakan Muriel sangat lezat.” wajahnya yang muram itu perlahan semakin pucat, walau pembicaraan tidak berkutat pada dirinya. "Leanan, ya … "
"Ada apa dengan Leanan?" sambut Ann.
"Barrows adalah kota yang indah, walau tidak terlalu dekat dengan laut," ucap Lucia. "Hutan di sana memang tak serimbun Spriggan maupun Bluebeard, sudah banyak rumah-rumah tua dan situs-situs sejarah yang ditinggalkan."
"Hm, jadi kamu tahu cukup banyak." simpul Ann.
"... Ya. Kurang lebih."
Bukan urusan Ann untuk mengetahui apa yang tengah Lucia dan bubur setengah airnya pikirkan, ia hanya sekedar mengiyakan. Mungkin Lucia sama dengannya, tahu apa yang setiap hari mereka lihat. Ann tidak tahu wilayah lain selain Kota Nelayan, ia bahkan tidak habis pikir untuk pergi ke daerah lain tanpa urusan tertentu.
Ann menuntaskan buburnya, meletakkan piringnya di dekat tempat cuci piring di dapur dan mengambil segelas air, namun Lucia sudah menghilang, membiarkan buburnya diam separuh, tidak dihabiskan.
"Kamu yang peka sedikit dong."
Fiore berpapasan dengannya dari arah dapur.
"Peka?"
"Soal Lucia, kukira tadi kamu menghiburnya, ternyata aku sudah salah berharap."
Ann mengedikkan bahu. "Oh."
Fiore menghela nafas panjang, segera melenggang pergi dengan gerutu yang tak bisa Ann dengar.
Itu bukan urusannya, walau ia penasaran mengapa Lucia begitu tidak ingin mendengar soal tempat dirinya berasal. Rasa ingin tahu tidak berarti harus selalu dipenuhi. Ia bisa memilih terus menjadi tak acuh.
Dan, jalan tak acuh adalah jalan yang akan Ann terus pilih.
Entah pendirian itu akan bertahan sampai kapan. [ ]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro